20

134K 10.9K 1.7K
                                    


~~






Setelah mengurus 'mereka' kini Jaehyun kembali ke Apartemen nya sebelum ke rumah sakit tidak mungkin bukan Jaehyun kesana dengan pakaian kotor dan bercak darah dimana-mana. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian kini Jaehyun kembali ke rumah sakit.

Jaehyun melihat dua orang penjaga di depan ruang rawat Taeyong, sepertinya Yoona sudah pergi. Mereka membungkuk hormat pada Jaehyun sebelum membukakan pintu itu.

Hati Jaehyun kembali sakit saat melihat Taeyong yang belum juga sadar, ia kembali duduk di sebelah Taeyong menggenggam tangan nya erat lalu mengecup nya lembut. "Kau tidak merindukanku? Bangunlah Tae." Monolog Jaehyun.

Mata Jaehyun kini mengarah pada perut Taeyong, tangannya terulur untuk mengusap pelan perut Taeyong. "Seandainya saja aku mengetahuinya lebih cepat, mungkin Kau masih disini Nak." Lagi, Jaehyun menangis ketika mengingatnya. Meski oknum yang membuat anaknya tiada sudah Jaehyun berikan balasan namun tetap saja ia masih sakit hati.

Jaehyun meletakkan kepalanya pada pinggir ranjang lalu meletakkan tangan Taeyong pada pipinya, "cepat bangun sayang, aku merindukanmu." Mata Jaehyun terpejam tangannya masih menggenggam tangan Taeyong yang berada di pipinya.

Jaehyun merasakan tangan Taeyong bergerak sedikit demi sedikit, ia menegakkan tubuhnya. Mata Taeyong perlahan terbuka.

"Sayang? Kau sudah sadar?" Ucap Jaehyun, beban di tubuhnya seperti sedikit terangkat saat melihat mata Taeyong terbuka.

"J-jae?" Suara Taeyong sedikit serak.

"Minum dulu ya agar tenggorokan mu tidak kering." Jaehyun menyodorkan air yang disiapkan di meja sisi ranjang membantu Taeyong untuk minum.

"Aku panggil dokter dulu ya." Jaehyun berdiri dari tempatnya namun ditahan oleh Taeyong.

"Disini aja." Taeyong berkata pelan. Dan akhirnya Jaehyun kembali duduk namun kini ia duduk di tepi ranjang Taeyong. Tangan Jaehyun terulur untuk merapikan rambut Taeyong mencondongkan tubuhnya Jaehyun mengecup dahi Taeyong lembut.


"Maaf." Lirih Taeyong.

Jaehyun menatap Taeyong hati-hati dalam hatinya berkata apakan Taeyong telah mengetahui jika ia kehilangan anaknya, mengapa ia meminta maaf.

"Kenapa meminta maaf hm?" Jaehyun mengelus pelan pipi Taeyong.


"Aku telah membuatmu khawatir."


Jaehyun menghela nafas lalu mengecup punggung tangan Taeyong berkali-kali. "Kau membuka mata saja aku sudah bahagia sayang, jangan terluka lagi kumohon."


Taeyong menarik tengkuk Jaehyun lalu mencium bibir tebal Jaehyun dengan sangat lembut melumat perlahan lalu melepasnya.

"Perutku sakit Jae." Taeyong meringis. Jaehyun menatap sedih kekasihnya lalu tangannya mengelus perut Taeyong. "Bagaimana cara aku mengatakannya pada mu sayang." Lirih Jaehyun dalam hati.

"Aku panggilkan dokter sebentar ya, hanya sebentar." Jaehyun pun keluar untuk memanggil dokter Daniel.

Jaehyun kembali bersama Dokter Daniel, ia membiarkan Dokter itu memeriksa kekasihnya.

"Kau harus banyak istirahat Taeyong, tidak perlu banyak gerak oke. Obat nya jangan lupa diminum saya permisi." Dokter Daniel pergi dari ruang rawat Taeyong.

Jaehyun kembali mendekati Taeyong dan duduk di pinggir ranjang Taeyong. "Ada apa dengan wajahmu? Mengapa begitu tegang hm?" Taeyong mengelus pipi Jaehyun.

Jaehyun tersentak sebelum menggeleng lalu tersenyum pada Taeyong, "tidak apa sayang." Alibi Jaehyun. Padahal dalam hatinya ia sedang menyiapkan tekad untuk mengatakan apa yang terjadi pada mereka.

"Kau bohong." Sungut Taeyong.

"Aku tidak."

"Matamu mengatakan itu."

Jaehyun menggenggam erat tangan Taeyong yang tidak terpasang infus, "Tidak ada apa-apa sayang."

"Katakan apa yang terjadi Jaehyun!" Paksa Taeyong. Karena ia melihat keraguan serta kesedihan dimata Jaehyun.

Jaehyun menunduk dan memejamkan matanya sebentar lalu kembali membukanya, menatap Taeyong yang juga sedang menatapnya saat ini, "Berjanjilah padaku untuk tidak menyalahkan dirimu sendiri ketika aku mengatakan hal ini." Ucap Jaehyun.


Taeyong mengerutkan dahinya lalu setelahnya ia mengangguk.

Jaehyun menghela nafas panjang lalu tangannya mengarah ke perut Taeyong lalu mengelus nya, "Kemarin ada kehidupan di dalam sini, Namun Tuhan belum memberkati kita, Kita akan mendapat gantinya nanti." Jaehyun mengakhiri ucapannya.

Taeyong menatap Jaehyun dalam lalu pandangannya beralih pada tangan Jaehyun yang masih mengelus perutnya, "Aku hamil?" Tanya Taeyong pelan, "Tapi aku sudah kehilangan anakku?" Taeyong tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis begitu saja.

Jaehyun dengan sigap memeluk Taeyong dengan sangat hati-hati, "Hei tidak usah menangis, Dia sudah bersama Tuhan dia pasti bahagia." Hibur Jaehyun.

"Anakku pergi sebelum aku mengetahui keberadaannya." Taeyong menangis meraung-raung di pelukan Jaehyun. "Aku orang tua yang buruk Jaehyun." Taeyong meremas kemeja Jaehyun.

"Hei hei apa yang kau katakan sayang, aku sudah bilang untuk tidak menyalahkan dirimu sendiri." Ingat Jaehyun.


"Tapi Jaehyun dia pergi karena kesalahan ku." Taeyong.

Jaehyun melepas pelukannya kini ia menangkup pipi Taeyong, "sayang dengarkan aku, Kau yang terbaik kau bisa menjaga dia sampai kemarin. Yang membuat dia pergi adalah mereka yang menyiksamu seandainya saja mereka tidak menyakitimu dia masih ada bersama kita. Stop menyalahkan dirimu sendiri aku tidak suka." Jaehyun mencium bibir Taeyong melumatnya asal untuk melampiaskan kekesalannya pada Taeyong karena ia tetap menyalahkan dirinya sendiri.


"Jae?"

"Hm?"

"Kau tidak membenci ku?" Tanya Taeyong, matanya sudah tidak mengeluarkan air mata namun ia masih sesenggukan.

"Mengapa menanyakan hal itu, mana bisa aku membencimu." Jaehyun mengecup pipi Taeyong.

"Aku.. aku telah membuatmu kehilangan anak Jaehyun, seharusnya kau membenciku." Taeyong menunduk air matanya kembali mengalir.

"Omong kosong macam apa itu sayang, Hei kita akan mendapatkan gantinya jangan bicara seperti itu aku tidak akan pernah membencimu." Jaehyun menarik dagu Taeyong agar ia mau menatapnya.

"Aku hanya takut."

"Apa yang kau takutkan?" Jaehyun mengelus surai Taeyong.

"Kau tidak akan meninggalkan ku kan setelah ini?"

"Tidak akan pernah Taeyong jangan bertanya yang macam-macam." Jaehyun tidak suka Taeyong berpikiran seperti itu. Jaehyun sangat mencintainya mana mungkin Jaehyun akan melepaskan Taeyong begitu saja.

Taeyong menarik Jaehyun lalu memeluk erat tubuh kekar Jaehyun, "Jangan pernah pergi Jaehyun." Lirih Taeyong dalam pelukan Jaehyun.



Jaehyun membalas pelukan Taeyong, "Aku tidak akan pernah pergi."

























Tbc










































Jaeyong Area

Naughty Tiwai (Jaeyong) End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang