Info pre-order 2

1.8K 59 33
                                    

Ollaaa....

Eike udah janji untuk kasih kalian kabar lebih rinci, kan? Nah ini info yang lebih rinci tentang pre order Sang Hakim dan Pencuri Hati.

Pertama, kalian cek dulu untuk bagian yang enggak ada di terbitan sebelumnya dan juga di versi Wattpad, ya.

PROLOG

Bunyi kaca jendela pecah disusul desing peluru yang melintas di dekat kepalanya membuat Paris menoleh kaget. Bagai adegan dalam film The Matriks, sang ajudan, Inspektur Dua Hardiyanto, berlari ke arahnya lalu menubruknya hingga jatuh dan bergulingan ke kolong meja. Sementara itu peluru membentur tembok dengan bunyi nyaring dan memantul ke arah berlawanan sebelum jatuh ke lantai.

"Tetap merunduk, Pak Hakim. Jangan bangun sebelum saya pastikan keadaan aman," ujar Anto, panggilan sang ajudan.

Paris hendak membantah karena—enak saja—dia bukan orang lemah yang tidak bisa membela diri sendiri, tetapi melihat tatapan Anto, dia sadar untuk tidak menambah beban perwira polisi yang masih muda itu.

"Baik," sahutnya dengan bibir menipis, menandakan rasa tidak suka.

Anto mengangguk. Dia merangkak di lantai dengan pistol di tangan menuju ke pintu. Bunyi langkah kaki yang saling berebutan karena panik terdengar dari luar, disusul pintu yang terbuka dan menampilkan wajah salah satu hakim rekan Paris. Wajah hakim itu langsung pucat melihat jendela Paris yang pecah.

"Mana Mas Paris?" tanyanya panik kepada Anto.

Paris yang kini duduk bersila di lantai, mengangkat tangan. "Di sini," jawabnya. Wajahnya tanpa ekspresi dan dia menyilangkan lengannya di dada. Kesal.

Rekannya menatapnya sebentar, kemudian kepada Anto yang kini berjalan dengan hati-hati ke jendela yang pecah.

"Pak Hakim Rommy tolong jangan masuk dulu, ikuti jalur evakuasi bersama yang lainnya," pinta Anto kepada hakim itu.

Sang hakim mengangguk, lalu merunduk mengikuti petunjuk petugas keamanan di luar ruangan Paris yang berantakan.

"Saya duluan, Mas Paris," serunya dari luar.

Kembali Paris hanya melambai. Saat dilihatnya Anto yang sedang mengintip di jendela, dia memutar matanya.

"Kenapa saya ndak boleh ngikut yang lain evakuasi?" tanyanya.

Anto melirik. "Sebentar, mbok sabar. Saya kan cuma memastikan kalau Pak Hakim aman," jawabnya sebal.

"Ini bukan di film Hollywood, tho, yo. Ndak ada lagi kok bunyi tembakannya."

Lirikan Anto berubah tajam. Dia kembali merunduk, menghindari jalur tembak, lalu mendekati peluru yang tadi terpental.

"Peluru khusus senapan sniper. Pak Hakim memang dibidik," desisnya.

Paris termangu.

"Malam ini Pak Hakim ndak boleh pergi sendiri ketemu Mbak Maira," kata Anto tegas, membuat Paris mengembuskan napas jengah.

EPILOG

"Maaf, ya. Akang sampai harus mandi beberapa kali," ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Pipinya memerah, apalagi saat Paris terkekeh.

"Tidak apa-apa, Ran. Kamu sudah membuat saya bahagia, jadi ndak usah minta maaf," sahut Paris.

Kirana tersipu-sipu. "Tapi, Kang ... kalau Akang keseringan mandi malam-malam begini, bisa-bisa Akang masuk angin," rajuknya lagi.

Paris berdecak. "Ndak pa-pa. buat kamu, apa sih, yang ndak saya kerjakan?" godanya.

Kirana tertawa malu. "Aih ... Akang teh bisa saja."

"Bisa, dong," Paris menjawab sambil mengedipkan sebelah matanya. Dia melepaskan handuk, lalu mulai mengenakan piama, tetapi saat itu matanya yang tajam sempat menangkap gelagat Kirana yang membelalak melihatnya lewat cermin. Mesum, Paris menyeringai.

"Saya sudah mandi, Ran. Ndak keberatan, kok, kalau kamu mau lagi ... hm?"

Kirana mengerjap cepat, dan wajahnya langsung dirambati warna merah merona.

"Aih ... Akang ...."

"Buat kamu dan bayi kita, apa yang ndak saya kerjakan? Menengok baby di rahim kamu setiap saat juga saya mau."

Kirana tersedak. "Halah ... itu mah maunya Akang saja," kilahnya, salah tingkah. Haduh ... memangnya kelihatan sekali, ya, kalau dia jadi lebih genit akhir-akhir ini? Karena sejujurnya, hasrat Kirana memang jadi mudah terbangkitkan, apakah karena hormon ibu hamil? Atau ... bawaan bayi?

Paris tertawa, dan mengurungkan niatnya mengenakan piama. Dia malah meraih tubuh mungil istrinya, lalu menggendongnya ke ranjang, dan membaringkannya di situ dengan hati-hati.

"Ya. Itu memang mau saya. I love you, and our baby, Chandra Kirana. More and more every day."

SELESAI

Nah, itu contoh perbedaan dengan versi terbit sebelumnya dan juga dengan versi Wattpadnya. Perbedaan lainnya adalah editing, eike kerjain editnya sendiri. Jangan khawatir, eike berbekal KBBI dan PUEBI, kok. Hehehe ... naskah ini juga udah enggak eike lihat lebih dari satu tahun, jadi berasa kayak edit punya orang gitu. Uhuy ....

Perbedaan berikut ada di cover. Kenapa sederhana banget? Yups, covernya hitam putih karena karakter dua tokohnya juga begitu. Terus, biarpun ada lucunya, cerita ini kan aslinya serius banget, makanya covernya dibuat serieus sekaleee ... Hehehe.

Nah, untuk rincian harga, ini dia:

Selama PO harga buku ini adalah Rp. 83.000/eksp. Di luar PO, harganya adalah Rp. 88.000/eksp, itu kalo masih ada yg stok yah. Harga belum termasuk ongkir dan eike cuma cetak sejumlah pesanan aja, anggep aja produksi akhir tahun. Soalnya ini SP, alias kerjain semua sendiri.

Berikut ini nomor2 telepon yang bisa kalian hubungi untuk dapat bukunya:

Asih Cintabuku bookshop: WA 0877 0087 2164 (Bekasi)

Monika Angelin: WA: 0857 1108 0885 (Jakarta)

Rani Sale Novel: WA 0821 3540 7000 (Surabaya)

Rumahbuku Bundarasya; WA 0815 7262 8557 (Bandung)

Lavanya Loves Books; WA 0899-0651-597 (Bandung)

Angelvin Olshop; WA 0813-9852-0888 (Tangerang)

Dini S Olshop; WA 0819-0907-9028 Jabodetabek

Bookishtorage; WA 0859-2129-3806 Jabodetabek

Chyntia Wasurjaya; WA +62 822-2111-9747 Jakarta

Nah, silakan kalian hubungi Mbak-mbak dan Mas di atas, yah. Eike tunggu PO kalian. Makasih banyak

Winny
Tajurhalang Bogor 6/12/19

Sang Hakim Dan Pencuri Hati (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang