Tips Berdialog (2)

192 20 10
                                    

Masih membicarakan materi tempo hari tentang dialog.  Karena bagiku pribadi, dialog sangat berperan penting untuk menghidupkan sebuah cerita.  Oh, aku yakin kalian berpendapat sama.

Nah, sampai di mana kita kemarin?

***

1. Keberagaman Dialog-tag

Apa yang paling penting dalam sebuah cerita selain dialog?  Betul ... Dialog tag.  Dialog tag berfungsi untuk memberitahu siapa yang sedang bicara, dan seperti apa intonasi mereka ketika mengatakannya.

Namun, tak jarang penulis awam menulis dialog tag yang itu-itu saja, membuat dialog tidak hidup, bahkan kaku.  Padahal ada banyak sekali pilihan dialog tag yang bisa digunakan.

Dialog tag yang paling sering di gunakan penulis baru biasanya adalah "katanya".

Contoh ....

"Lill, aku mau makan," kata Phillip.

"Ambil saja di pot," kata Lillian.

"Kok di pot?" katanya.

"Memangnya kita punya makanan di rumah ini?" katanya.

Bukan hanya membuat sakit mata, tapi juga sakit hati membaca percakapan tadi, kan?  Datar, tidak seru, tidak berkesan apa-apa.  Itu karena kita tidak tahu keadaan serta reaksi tokoh ketika berbicara.

Berikut cara mengatasinya ....

"Lill, aku mau makan," kata Phillip.

"Ambil saja di pot," ketus Lillian.

"Kok di pot?" entak pemuda itu.

"Memangnya kita punya makanan di rumah ini?" hardik Lillian.

Nah, sekarang kita tahu bagaimana ekspresi tokoh serta intonasi pelafalan bicara mereka berkat dialog tag yang tepat.  Menggunakan dialog tag yang tepat membuat dialog lebih hidup.  Jadi buatlah se-beragam mungkin.

(Akan kuberikan ragam dialog tag di chapter lain)

2. Jangan Lupa Dialog Tag

Pernahkah kalian tiba-tiba berhenti membaca sebuah cerita, lalu membaca ulang karena tidak tahu siapa tokoh yang sedang bicara?  Nah, sepenting itulah penggunaan dialog tag.

Jika kalian sudah ahli memberi aksen pada dialog, atau sudah ahli memainkan deskripsi dalam dialog, hal seperti ini mungkin tidak akan terjadi.

Namun, jika kalian belum menguasai semua itu, jangan sampai melupakan dialog-tag!  Tidak lucu, kan kalau sampai pembaca bertanya-tanya "siapa sih yang lagi ngomong?".  Kita mungkin tahu jawabannya, tapi pembaca, kan tidak.

3. Perhatikan Tanda Baca

"Kamu mau apa?"

"Kamu mau apa!"

Bisa dilihat dari kedua dialog di atas.  Kalimatnya sama persis, tapi intonasi pelafalannya sangat berbeda.  Makanya sebagai penulis jangan pernah meremehkan tanda baca.

Mentang-mentang kecil kalian tidak peduli?  Padahal yang kecil itu bisa menyebabkan perubahan besar.  Bahkan kesalahan tanda baca bisa mengubah makna sebuah kalimat.

"Manusia makan daging sapi, kenyang."

"Manusia makan daging, sapi kenyang."

"Manusia makan, daging sapi kenyang."

Nah coba kalian pelajari tiga kalimat kembar di atas.  Apakah maknanya sama?  (Spoiler : tidak)

4. Dialog harus mencapai sebuah tujuan.

Lain dengan Filler yang benar-benar tidak berguna.  Terkadang dialog juga dibuat tanpa ada alasan tertentu.  Itu jiga tidak bagus!  Dialog ibarat jembatan bagi para tokoh maupun cerita untuk mencapai suatu tujuan.

Contohnya ....

Phillip dan Wiggy berdialog, karena mereka sedang membuat rencana penyerangan.

Louise dan Lillian berdialog, sehingga mereka menjadi sahabat.

Sekelompok pelajar berdialog, sehingga mereka bisa menyelesaikan tugas sekolah, serta membentuk sebuah genk.

Cynthia dan LJ berdialog, sehingga akhirnya mereka saling mencintai.

Jika dialog yang kalian buat tidak memengaruhi perkembangan tokoh maupun cerita. Apa salahnya jika dialog itu dihilangkan saja. Benar, kan?

5. Hindari Terlalu Banyak Dialog

Dialog memang menjadi jembatan antar tokoh agar menjadi lebih dekat, juga jembatan untuk mencapai sebuah tujuan dalam cerita.

Namun, bagaimana jadinya jika lima lembar, atau lima chapter dalam sebuah cerita hanya berisi dialog?  Sebagian mungkin menyukainya, tapi tidak sedikit juga yang akan merasa terganggu.

Terlalu banyak dialog juga membuat kemungkinan "dialog ketuker" menjadi lebih besar.  Seperti kata pepatah, "Sesuatu yang berlebihan itu tidak sehat".

Bakso enak, tapi makan lima mangkok jadi eneg.  Boba enak, tapi kebanyakan malah bikin kembung.  So ... You got my point, right?

***

_______________________________

Tidak terasa sudah sampai di akhir chapter.  (Ya ... memang ini chapter gak panjang-panjang amat). Semoga informasi di atas bisa berguna untuk kalian para penulis budiman.

Jangan lupa mampir ke cerpen-cerpen member STF jangan lupa juga meninggalkan jejak.

Sampai jumpa di chapter berikutnya ^o^/

_______________________________

All About WritingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang