Setiap orang pasti memulai sesuatu dari bawah, semua orang pasti mengalami yang namanya vase pemula. Namun, ada baiknya juga kita tahu seperti apa sih gaya penulis para pemula.
Bukan berarti menjadi pemula itu salah, tapi yang salah adalah kalau kalian tidak mau move-on dari vase pemula itu. Makanya marilah kita melihat tanda-tanda Penulis masih Pemula
***
1. Terlalu Banyak Tanda Seru dan Tanda Tanya
Tentu saja, pasti ada kalimat yang harus di akhiri dengan kedua tanda baca tersebut. Namun, jika dalam satu dialog ada lebih dari lima tanda itu, kalian harus memperbaikinya.
"Apa??? Dia dapat nilai seratus??? Bagaimana bisa???"
Kalian yakin dialog di atas enak dibaca? Enak di tenggelamkan mungkin iya. Kelemahan penulis pemula adalah belum mahir membangun sebuah dialog atau narasi yang kuat.
Makanya mereka memakai tanda baca sebanyak mungkin, berharap emosi dalam tulisan mereka lebih terlihat. Padahal malah sebaliknya.
Bagaimana cara mengatasinya?
- Batasi penggunaan tanda tanya dan tanda seru dalam dialog, minimal tiga saja dalam satu dialog. Jangan pernah menggunakan keduanya sekaligus (!?).
- Jangan menggunakan tanda seru dan tanda tanya di dalam narasi.
2. Pamer Pengetahuan
Setiap novel pasti membutuhkan riset. Biasanya setelah penulis selesai reset, mereka ingin membagi ilmu yang di dapat dari hasil riset tersebut kepada pembaca, benar, kan?
Penulis akan menjabarkan segala hasil riset mereka ke dalam cerita secara gamlang. Padahal itu adalah cara yang kurang tepat.
Misalnya begini ... Kalian baru saja mencari khasiat sebuah obat. Daripada menjabarkan kualitas obat itu secara rinci, seperti ini :
Paracetamol adalah obat yang bisa membuat turun panas.
kalian bisa menulisnya seperti ini :
Impy segera menelan beberapa paracetamol, itu cukup untuk membuat suhu tubuhnya mereda.
Jangan terlalu menggurui pembaca dalam novel kalian. Bisa jadi para pembaca jauh lebih pintar dari kalian para penulis budiman, kan?
3. POV yang melompat-lompat
Menggunakan sudut pandang campuran banyak digunakan karena berpotensi membuat novel menarik, meskipun secara "hukum kepenulisan" itu kurang dianjurkan.
Awalnya POV Impy, lalu beberapa paragraf kemudian pindah ke POV Jaki, lalu beberapa paragraf kemudian lagi, pindah ke POV Heri. Bahkan bisa ada 3-4 POV dalam satu Bab.
Ck-ck-ck-ck ... Ayolah penulis. Kalian bisa lebih baik dari itu. Gunkanan saja sudut pandang orang ke-3 jika kalian ingin memberitahu isi pikiran masing-masing tokoh. Jangan mengganti POV setiap kali tokoh berinteraksi.
Paling sering gantilah POV setiap satu bab, jangan setiap paragraf kalian ubah POV itu. Ketahuan pemulanya .... (Ups).
4. Tidak Konsisten dan Tidak Realistik
Tokoh yang katanya dingin, tiba-tiba banyak tingkah. Tokoh yang terkenal pemarah, malah kalem terus tiap bicara. Tokoh yang terkenal cengeng malah hampir tidak pernah digambarkan menangis sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Writing
CasualeSegala hal yang perlu diketahui penulis untuk berkembang dan menjadi lebih baik lagi.