Hai teman-teman readers yang aku cintai dan sayangi... 😚 ❤❤❤
Maaf yang sedalam-dalamnya aku sampaikan kepada kalian. 😔😔😔 Karena setelah sekian lama menghilang entah ke mana, aku baru saja kembali. Aku harap kalian dapat memaafkan keterlambatanku dalam meng-upadate cerita ini. Sekali lagi aku mohon maaf.
Aku yakin kalian udah kangen kan dengan Raisa? Iya kan...??? Kalau begitu, tanpa banyak bicara, langsung saja check it out!!! Aku harap kalian suka... 🤗🤗🤗
Kegelapan malam telah menyelimuti angkasa. Kilauan cahaya mentari di langit berwarna jingga telah lenyap, raib ditelan bumi. Sinarnya kini telah kembali ke peraduan, dan digantikan oleh terang rembulan malam.
Cahaya - cahaya lampu mulai berpendar menerangi tiap - tiap sudut Desa, yang diketahui bernama Loon. Lampu jalan bertenaga surya pun tak mau kalah. Sinarnya memancar ke segala penjuru jalanan, menepis kegelapan.
Sementara itu, aku sedang disibukkan dengan aktifitas memasak di dapur. Hidangan lezat harus bisa dihidangkan olehku di atas meja makan malam ini. Semua usaha, kemampuan serta kecakapan dan pengetahuan yang telah kuperoleh saat menjalani kursus memasak di Amerika harus bisa kutuangkan dalam ide masakan yang enak nan cemerlang.
Setiap lidah harus mengakui kepiawaianku dalam memasak. Aku harus bisa memasak makanan terbaik malam ini, tak boleh yang biasa - biasa saja. Harus ada sesuatu yang spesial untuk jamuan makan malam sebentar nanti.
Dengan dibantu oleh nenek, aku mulai menorehkan ide - ide brilianku. Satu per satu bahan - bahan dari masakan yang akan dimasak mulai kusiapkan. Takarannya pun mulai kuatur dengan sangat teliti dan pas. Tak lebih tak kurang. Semuanya seimbang sesuai dengan resep masakan yang telah mendarah daging dalam benak dan pikiranku.
Sesekali nenek memperingatkanku agar tidak menggunakan bahan - bahan penyedap rasa (MSG/Monosodium Glutamat). Aku hanya bisa menurut dan patuh padanya. Manis dan pahitnya lika - liku dunia masak - memasak makanan telah dilalui olehnya. Banyak sekali ilmu tentang kuliner Indonesia bahkan mancanegara yang tersimpan di dalam memorinya.
Nenek memberikan instruksi dan aku mengikutinya. Aku pasrah. Kali ini memang bukan saatnya bagiku untuk menunjukkan kemampuanku.
Mungkin di lain waktu. Semua ada masanya.Setengah jam kemudian, semua masakan telah kelar. Aku membantu nenek untuk menghidangkannya di atas meja. Kini, semua masakan untuk dinner malam ini sudah siap untuk disantap.
"Will! Cepat datang ke dapur!" Nenek memanggil Ayah dengan suara yang sedikit keras. Namun, cukup keras untuk orang seumuran Nenek.
Tak lama kemudian, Ayah telah muncul di hadapan kami. Napasnya sedikit tersengal-sengal. Dengan cepat ditariknya sebuah kursi dan mendudukan dirinya di atasnya. Dirapikannya pakaiannya yang terlihat sedikit berantakan.
"Ayah dari mana saja?" tanyaku sembari menarik sebuah kursi untuk duduk.
Pria itu hanya terdiam. Namun tak lama. Dia lalu berkata, "Ayah baru selesai memperbaiki kipas angin di kamarnya Ibu."
"Wah, papa hebat!" pujinya dengan senyum. "Aku kira papa hanya bisa berhadapan dengan laptop dan dokumen kerja papa. Tapi ternyata papa juga bisa melakukan hal lain di luar pekerjaan kantorannya papa."
"Nenek juga bangga bisa mempunyai menantu seperti Ayahmu ini, Raisa." Nenek pun turut memuji Ayah sembari berusaha duduk di sebelahku.
"Terima kasih atas pujiannya Raisa, Ibu," kata Ayah.
Nenek lalu menyodorkan kepadaku sebuah piring yang telah terisi penuh oleh makanan dan sebuah piring lainnya yang terdapat buah dan segelas susu putih di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALILAH
DragosteRaisa, wanita berdarah campuran Indonesia - Amerika, tiba di sebuah bandara yang membawanya pulang ke tanah airnya, Indonesia Namun, ada sebuah tragedi yang tiba - tiba terjadi di tempat itu. Seorang pria yang tak dikenalnya tiba - tiba datang dan m...