KABAR BAIK

12 2 0
                                    

Hai para pembaca setia "KEMBALILAH"... Jumpa lagi... Maafkan author/penulis yah, karena udah lama nggak update (long hiatus). Sebagai permohonan maaf, saya sebagai penulis mempersembahkan....

Selamat membaca... :-) 

Jangan lupa vote dan comment yah.

***

Seorang wanita paruh baya menyunggingkan senyum manis ke arahku ketika aku baru saja hendak duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengannya. Aku membalas tersenyum kepada wanita itu. Sedangkan nenek dengan pelan duduk pada kursi yang berada di sampingku.

"Kenalkan, nama saya Ibu Ayu," ucap wanita itu dengan suaranya yang sangat lebut sembari mengulurkan tangannya kepadaku.

Aku lalu balas menjabat tangan wanita yang bernama Ibu Ayu itu dan memperkenalkan diri, "Nama saya Raisa, bu."

"Jadi, begini loh cucuku Raisa," kata nenek . "Ibu Ayu ini sebenarnya adalah bibi kamu. Nenek dan ayah dari Ibu Ayu adalah saudara kandung. Jadi, Ibumu dan Ibu Ayu adalah saudara sepupu. Kamu kan baru saja datang di sini, jadi nenek berpikir bahwa sangatlah penting bagimu untuk mengenal silsilah keluarga Ibumu juga. Bukan keluarga Ayahmu saja yang kamu kenal."

"Iya, memang benar apa yang dikatakan nenekmu, Ra. Jadi, panggil saja saya dengan sebutan Tante Ayu, biar lebih akrab," kata wanita berambut sebahu itu. "Ngomong-ngomong ini kali pertama kamu datang di kampung halaman Ibumu?"

"Tidak, Tante," jawabku sedikit malu. "Sebenarnya ini merupakan kali kedua aku datang di sini. Kata Ayah pertama kali aku datang di sini yaitu ketika aku baru berumur satu tahun."

"Wah, rentang waktunya lama sekali," jawab Tante Ayu dengan ekspresi kaget. "Berarti cuma sedikit orang saja di kampung ini yang kamu kenal dong?"

"Iya Tante," jawabku. "Lebih tepatnya hanya orang-orang di dalam rumah dan baru Tante saja yang aku kenal."

"Kamu jarang keluar rumah yah?"

"Iya Tante, sejak pertama kali datang di sini, saya sama sekali belum keluar dari dalam rumah. Soalnya tidak ada yang mengajak saya untuk jalan-jalan. Kalau ada saya pasti tak mau menolak."

"Kalau Tante ajak kamu jalan-jalan sekarang mau nggak?" kata Tante Ayu memberi tawaran.

Aku hanya mengangguk, tanda setuju.

Nenek yang sedari tadi hanya terdiam sontak angkat bicara, "Sekarang kamu tidak usah ganti pakaian lagi. Sana pergi dengan Tantemu! Nenek izinkan."

Aku hanya bisa menuruti perkataan Nenek. Tante Ayu bangkit dari tempat duduknya dan langsung keluar. Aku mengikutinya dari belakang dan kami pun meninggalkan rumah.

Selama berkeliling Tante Ayu selalu memperkenalkan satu per satu rumah yang kami jumpai. Dengan sangat antusias aku mendengarkan beliau. Kami pun sempat berjumpa dengan beberapa orang yang lewat. Hingga kami berjalan melewati sebuah rumah yang sangat besar. Rumah dengan tiga lantai itu menjulang tinggi, dilindungi dengan pagar yang tinggi juga. Aku merasa sedikit aneh. Karena sejak tadi berkeliling bersama Tante Ayu, tak sekali pun aku melihat rumah yang sebagus dan semegah rumah yang berdiri dihadapanku ini. Untuk menghilangkan rasa penasaranku, akhirnya kuputuskan untuk langsung bertanya kepada Tante Ayu.

"Tante, siapa saja dan berapa banyakkah orang yang menghuni rumah sebagus dan sebesar ini?"

"Menurut kamu berapa orang?" tanya balik Tante Ayu padaku.

"Karena melihat daya tampung dari rumah sebesar ini, menurutku ada lebih dari sepuluh orang yang tinggal di dalam," jawabku dengan pasti.

"Salah," jawab Tante Ayu sambil tertawa kecil. "Rumah ini dihuni oleh tak lebih dari dua orang. Dua orang itu adalah seorang pemuda bernama Anggara Purnawarman dan seorang pembantu yang mengurusi rumah itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBALILAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang