15.43
Vallen pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan malam ini dan besok. Sebenarnya tak bisa di sebut juga sih karena tempat itu seperti mall hanya saja menjual bahan-bahan makanan dan alat memasak. Tak lupa dia juga memakai masker karena wajahnya sudah dikenali masyarakat sebagai Defect.
Sebuah keluarga berjalan di depan Vallen. Seorang gadis yang sedang berjalan di temani kedua orang tuanya tampak bahagia sambil berpegangan tangan seakan takut gadis kecil mereka hilang. Seketika ingatan masa lalu Vallen tentang keluarganya kembali.
Dulu sebelum Theo lahir, keluarga mereka sering sekali piknik atau sekedar jalan-jalan. Vallen ingat saat Alex mengangkatnya seakan terbang di udara, Sandra yang selalu mengicir rambutnya, dan berjalan pulang dengan memegang tangan mereka takut jika dirinya tersesat. Tapi itu tak akan terjadi lagi dan hanya menjadi kenangan manis.
Sibuk mengingat masa lalu, Vallan tak memperhatikan jalan dan sempat menabrak seseorang sampai terhuyung.
"Maaf, aku tak sengaja" seru Vallen namun orang ditabraknya tak memberi respon kecuali terbatuk-batuk dan memegangi dadanya dengan tanganya yang terlihat memiliki urat orange.
"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Vallen takut lalu mendapat jawaban baik dan pergi namun sebelum melanjutkan perjalan, pria itu terjatuh ke arah Vallen yang sekarang terlihat kesulitan karena berat badan pria itu.
Pria itu sekarang sedang duduk dan meminum air yang baru di beli Vallen lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana dan menyuntikan benda itu ke lehernya. Vallen merasa ngilu melihat pria yang yakininya sebagai suffer itu mengingatkannya dengan suntikan yang pernah diberikan seeker padanya.
"Bagaimana?" tanya Vallen lagi lalu meminum air soda yang dibelinya.
"Baik, terimasih nona" jawab pria itu sopan dengan senyuman yang membuat garis rahangnya terlihat tegas memberi efek pada wajahnya menjadi lebih tampan dan sukses membuat Vallen membeku di tempatnya.
"Eh..em..baiklah saatnya aku pulang" kata Vallen namun dihentikan pria yang saat ini menghalangi jalannya dengan tangan kirinya yang berotot.
"Tunggu. Bisakah kau membantuku mencari tempat ini?" tanya pria yang memberinya selembar benda tipis dan transparan seperti ponsel.
"Inikan cafe Cup O' Joe , kalau dari timut cafe itu sudah terlewat" jawab Vallen tempat dimana Adam bekerja.
"Apa! Berarti udah kelewat" seru pria itu murung dan menundukkan kepalanya ke tangannya yang terlipat di meja. Vallen merasa kasihan mendekatkan wajahnya ke wajah pria yang sudah tenggelam di lipatan tangannya.
"Mau aku antar? Kebetulan aku pulang ke arah sana" kata Vallen yang langsung membuat wajah pria itu terangkat dan pandangan mereka bertemu.
"Bagus, ayo!" seru pria itu lalu lari menarik tangan Vallen pergi keluar dari mall. Vallen terkejut namun tak mampu menghentikan kakinya yang berlari mengikuti langkah pria yang dengan antusias menariknya menuruni eskalator.
Saat mereka menuruni eskalator Vallen bisa menarik tangannya lagi dan mereka menuju tempat parkir karena pria itu membawa motor dan menawarkan tumpangan. Karena pria itu hanya membawa satu helm, dia membelikan helm untuk Vallen dan pergi.
Di jalan yang kosong, ptia itu membawa motornya dengan cepat membuat rambut pirangnya terbang terbawa angin ditambah posisi duduk Vallen yang miring membuatnya menjaga jarak namun karena lampu merah dan motornya berhenti, tubuh Vallen terdorong lalu tangannya otomatis memeluk supir yang sekarang kebingungan.
Dengan gerakan cepat Vallen menarik tangannya sedangkan pria berambut hitam itu fokus kembali dengan lampu merah namun tak ada yang bisa menyembunyikan senyuman yang terukir di wajah mereka lalu saat si hijau muncul, kuda besi pun berpacu kembali.
Mereka sampai di sebrang cafe Cup 'O Joe, namun mereka hanya diam dan saling menunggu sampai ada yang memulai hingga Vallen harus turun dulu dan melepas helm nya. Bepum sempat Vallen melepas benda metalik itu, Pria yang namanya masih tak diketahui itu menghentikan aktivitasnya dan malah menatapnya.
Jujur Vallen tak nyaman dengan semua yang sedang dia hadapi tapi tak bisa berbohong juga kalau Vallen suka sekali dengan sikap pria yang baru ia temui. Mata mereka bertemu dan Vallen menyadari mata pria itu berwarna hazal sama seperti milik ibunya. Namun tatapan itu harus diakhir saat Vallen menggeleng geleng pelan kepalanya dan menatap tajam pria itu.
"Apa yang kamu lakukan?!" seru Vallen sedikit kesal dengan nada tinggi namun dia pun kaget mendengar suaranya sekeras itu.
"Aku..em..aku" Vallen semakin menyipitkan matanya menunggu jawaban. "Aku hanya...aku hanya ingin bilang helm ini untukmu"
Vallen tak bisa mempercayai orang lain begitu saja apalagi pada orang asing tapi tatapan dingin pria yang baru ditemuinya itu membuat tubuhnya bergetar ngeri dan memilih percaya saja. "Baiklah saatnya aku pulang, bye" kata Vallen pergi dan melambaikan tangannya.
"Tunggu" panggil pria itu membekukan Vallen yang tak mampu berbalik sampai pria itu menghampirinya. "Rumahmu masih jauhkan?" tanyanya.
Vallen tak tau harus menjawab apa karena ia takut jika pria di sebelahnya akan mengantarnya sampai rumahnya atau lebih tepatnya rumah Adam. "Tidak kok rumahku tepat di depan".
"Kau bohong. Aku tau tak ada rumah di sana yang ada pun perumahan yang jaraknya masih 5 km lagi itupun masih jauh kalau masuk perumahan" katanya membuat Vallen menggigit bibir bawahnya karena ketahuan bohong.
"Naiklah akan kuantar" katanya dengan sedikit senyuman di wajah dinginnya. Tak pake lama, Vallen kembali duduk ke atas motor dengan posisi miring lalu motorpun meluncur dan sudah sampai di depan rumah.
"Bolehkah aku bertanya?" tanya pria itu saat Vallen turun dari motor dan hanya mendapat anggukan kepala sebagai jawaban. "Siapa namamu?"
"Namaku Val-" mulut Vallen langsung terkunci mengingat saat ini dirinya adalah orang yang sedang dicari seeker dan bisa gawat kalau pria ini tau identitasnya. "Kau..kau bisa..memanggilku Lena" jawab Vallen dengan wajah polos yang dibuat buat.
"Begitu ya.. Kalau begitu kau bisa memanggilku Xavion, senang bertemu denganmu, Lena" kata Xavion dengan senyuman lalu memacu kuda beainya lagi.
Vallen menghembuskan nafas lega saat Xavion pergi saking takutnya jika pria itu tak percaya dengannya dan mencurigainya tapi semua sudah beres dan saatnya memasak saat pria tinggi muncul di belakangnya dengan tatapan tak suka. "Siapa orang itu?" tanya Theo dengan suara yang terdengar seperti mengintrogasi.
"Itu bukan urusanmu" jawab Vallen malas menjawab dan melangkah pergi namun tangan Theo menahan tangan kirinya. "Ih lepaskan aku mau memasak!" seru Vallen.
"Aku hanya bertanya siapa dia tapi kau malah mengelak apa jangan jangan-" kata Theo menatap dengan menyipitkan mata memikirkan sesuatu yang mengganggu Vallen.
"Ih apa sih tak ada yang seperti itu!" seru Vallen lalu menarik tangannya kasar dan berlalu pergi.
"Apa maksudnya tidak ada, aku hanya berfikir mungkin saja dia pacarmu" pancing Theo dan sekarang dia kena batunya saat sebuah sepatu melayang tepat ke wajahnya.
"Akh.. Dasar gadis galak" kata Theo namun sepertinya telinga Vallen sangat tajam seperti serigala.
🍃
Xavion kembali ke cafe Cup 'O Joe lalu memarkirkan motornya tepat di depan kaca yang sedang dibersikan seorang gadis yang sekarang berlari keluar. Lama Xavion tak bertemu gadis berambut hitam yang dikucir kuda dengan senyuman manis khasnya dan langsung menangkap gadis yang melompat ke arahnya.
"Aku sangat merindukanmu Xavion" kata gadis itu yang sekarang memeluknya erat. Xavion tak salah orang karena sangat tau parfum yang dipakai gadis manis ini dan melepaskan pelukkannya.
"Aku juga, Lia. Jadi..bagaimana dengan janjimu?" tanya Xavion menunjukkan deretan gigi putih dan rapih yang diikuti alisnya yang naik turun membuat senyuman Lia menghilang.
"Baru datang sudah merampok, dasar alpha werewolf" kata Lia gemas dan mencubit pipi Xavion. "Ayo" ajak Lia menggandeng tangan Xavion masuk ke cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONVALESCE: Get A Cure For The Earth
Viễn tưởngAbad 21, Bumi adalah planet yang sempurna untuk tempat tinggal makhluk hidup. Makhluk yang kecil dan hanya bisa dilihat di bawah mikroskop sampai makhluk besar yang memijakkan kakinya di tanah hidup perdampingan di Bumi. Namun 300 tahun berlalu. Man...