05. Dia?

1.5K 239 9
                                    

Hari ini UGD ramai dengan pasien. Kebanyakan pasien datang karena mengalami kecelakaan di jalan raya. Mungkin sekarang pengendara jalan mulai ngawur.

Jisung baru saja selesai menangani  tepatnya menjahit seorang pasien dengan luka di bagian tangan dan kaki.

"Senior Jisung, biar kutangani pasien selanjutnya. Ini waktu senior istirahat kan ?" Seorang pemuda yang lebih tinggi darinya berucap. Tersemat nama Yang Jeongin di jas snellinya.

"Terima kasih Jeongin ssi."

Jisung menepuk pundak kanan pemuda yang lebih muda empat tahun darinya itu sebelum pergi beristirahat.

Kafetaria lumayan ramai. Ya maklum karena ini adalah jam makan siang. Para keluarga maupun seseorang yang sedang membesuk kerabatnya di sini pun perlu mengisi perut mereka.

Jisung menengok ke kanan dan kiri untuk mencari bangku yang kosong guna menjadi tempat dirinya makan.

"Dokter Han di sini!"

Sebuah suara yang Jisung yakini untuk dirinya. Pemuda bertinggi seratus enam puluh sembilan sentimeter itu mencari sumber suara dan mendapati seseorang yang sedang melambaikan tangan ke arahnya menunggu dinotis.

Jisung yang juga mengenal orang itu pun berjalan ke arahnya dan duduk di tempat yang ditunjukkan untuknya.

"Terima kasih direktur Lee."

"Sama-sama dokter Han."

"Selalu makan siang sendiri ?"

"Maaf direktur, saya rasa lebih elok apabila makan tanpa suara. Pakar kesehatan pula mewanti-wanti untuk tidak berbicara pada saat makan."

Ngomong-ngomong Jisung memang acap kali makan siang sendiri. Menurut Jisung, dia jadi lebih bisa menikmati makanannya tanpa perlu berbicara dengan partner makannya.

Direktur Lee langsung diam, kembali berpusat pada makanan di depannya tanpa menoleh lagi.

Jisung sengaja menjaga jarak dengan direktur rumah sakitnya itu karena rumor menyebutkan bahwa istri direktur Lee sangat cemburuan.

Tak mau rambut Jisung menjadi media penyaluran rasa cemburu sang istri direktur seperti yang ada di drama-drama.

Mereka makan tanpa ada suara yang menghiasi. Jisung juga makan dengan lahap, memang kafetaria rumah sakit ini yang terbaik.

Nanti akan kuberikan bonus pada kepala koki karena telah membuat masakan seenak ini. Jisung bertekad dalam hati.

"Aku sudah menyelesaikan makanku, terima kasih direktur Lee."

Jisung membungkuk kemudian berlalu dari hadapan direktur Lee tanpa menengok lagi.

***

Berbeda dari rumah sakit, markas petugas pemadam kebakaran tidak ada kafetaria, hanya ada kafetaria buatan mereka sendiri dan mereka sekaligus berperan sebagai koki.

Kata kepala mereka, "Kita saja yang memasak, hitung-hitung untuk menghemat keuangan. Lumayan kan menambah gaji ?"

Padahal kalau pemerintah tahu hal ini entahlah apa yang akan terjadi kepada mereka.

Minho kali ini bertugas sebagai koki. Dia sebenarnya tidak terlalu pandai memasak tapi semenjak menjadi pengawai di rumah makan ㅡ walaupun hanya bertindak sebagai waiter tujuh setengah tahun lalu dia sedikit mendalami ilmu memasak di sana.

"Apa menu siang hari ini, Ho?" rekan kerja Minho bernama Kim Jongin yang diketahui dari nametag di seragamnya itu bertanya.

"Nasi goreng kimchi."

Rekannya berseru.

"Bosan Lee Minhooooo!!!" Pekik rekan-rekannya yang mulai berdatangan.

Minho menampilkan senyumnya pada rekan-rekannya sembari berucap maaf karena hanya tahu resep nasi goreng kimchi untuk dihidangkan.

Mereka makan di tempat biasa, bersama-sama tapi beda spot walaupun masih berada di dapur ㅡ meja makannya tidak cukup menampung seluruh petugas.

"Kamu akan ke rumah sakit hari ini?" Tanya rekan Minho yang bernama Jongin tadi.

Minho mengangguk sebagai jawaban. Semua rekannya saja sudah tahu jadwal dia besuk ke rumah sakit.

"Aku berangkat setelah makan siang."

"Hati-hati ya, Ho. Titip salam untuk dokter Han," Jongin menampilkan senyum anehnya.

Bahkan rekannya tahu mengenai dokter imut yang selalu membenarkan tatanan rambutnya ketika bertemu dengan Minho itu.

***

Jisung yang tahu hari ini jadwal Minho membesuk pun berkaca di cermin toilet. Setelah merasa penampilanya sudah lumayan, dia pun keluar.

Tepat ketika dia keluar toilet dari arah depannya muncul Minho dengan sebuket bunga dan itu berarti Minho belum pergi ke kamar ibu Kim.

"Dokter Han!!!!"

Jisung yang tadi terfokus kepada Minho mau tak mau harus menatap lurus, sedikit memiringkan badannya karena orang yang memanggilnya berada di belakang Minho.

Dan entah mengapa Minho juga ikut menoleh ke arah orang yang memanggil Jisung dan spontan bunga yang dipegangnya erat tadi terjun bebas ke lantai.

Hyunjin di sana.

Ya yang memanggil Jisung tadi adalah Hwang Hyunjin.

Tapi bukan itu yang membuat Minho menjatuhkan bunganya.

Hyunjin tak datang sendiri. Dia bersama seseorang.

Baik Jisung maupun Minho sama-sama terkejut menyadari kehadiran orang yang bersama Hyunjin tersebut.

"Kim Hyunjin ?"

Jisung dan Minho pun saling pandang karena mengucapkan hal yang sama.

Jisung dan Minho pun saling pandang karena mengucapkan hal yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aram Temaram | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang