11. Permintaan yang Tertunda

1.2K 204 11
                                    

Kim Hyunjin telah mengingat semuanya. Dia mengingat wajah Minho, dia ingat kejadian malam hari tujuh tahun lalu, dia ingat ibunya yang saat ini sedang berada di depannya, terbujur lemah dengan mata tertutup.

Kim Hyunjin mengelus telapak tangan ibu yang selama ini sudah dia anggap meninggal karena papanya tak pernah menjawab ketika dirinya bertanya mengenai ibu.

Gadis itu menangis terisak dengan tangan kekasihnya, Hwang Hyunjin yang terus mengusap punggungnya.

"Maafkan saya," lelaki berseragam di depannya berucap pelan.

Gadis itu menulikan telinganya.

"Saya sungguh meminta maaf."

Minho lelaki berseragam itu Minho mulai terduduk, dirinya berlutut di depan Hyunjin. Menunduk gugup.

"Hentikan!! Aku tidak akan memaafkanmu."

Enggan menatap Minho, Hyunjin malah menatap ibunya yang terbaring lemah di sana.

"Sudah, Minho. Biarkan Hyunjin bersama ibunya dulu, ayo kita pergi," ajak Jisung yang tadi hanya melihat mereka berdua.

Minho masih enggan beranjak dari posisi berlututnya tapi Jisung terus mengajaknya keluar ruangan. Berbisik untuk berbicara dengan Hyunjin nanti saja, ketika amarah gadis itu telah reda. Kim Hyunjin juga butuh menenangkan diri.

Minho akhirnya berdiri.

Jisung menatap Hyunjin yang juga hanya bisa mematung, ia belum sepenuhnya tahu keadaan macam apa ini.

Jisung menatap mata sahabatnya itu seolah-olah berkata, "Kamu tenangkan Jinjin."

Hyunjin mengangguk. Itu sudah kewajibannya.

Jisung menarik Minho menuju ruang istirahatnya. Memberikan lelaki itu segelas air.

"Terima kasih, dokter Han."

Mereka lama diam, sama-sama berkecamuk dengan pikiran masing-masing.

"Hyunjin butuh waktu, Ho."

Minho diam karena meneguk air yang diberikan Jisung.

"Saya memang tak pantas untuk diberi ampunan." Minho berbicara. Dia sadar diri, "Saya bahkan tak pantas untuk bertemu dan meminta ampunan padanya."

Jisung yang mendengar ucapan putus asa Minho itu hanya bisa menggeleng.

Itu tak benar.

Tuhan saja selalu membuka pintu pengampunan bagi hamba-Nya.

Jisung menatap Minho, perlahan dia beranikan diri untuk mendekat. Dia rengkuh tubuh tegas Minho guna menyalurkan ketenangan dan kekuatan untuk orang terkasihnya itu.

"Dia baik-baik saja dan ibu Kim juga sudah kamu rawat dengan baik. Tuhan saja mau mengampuni hamba-Nya. Hyunjin tentu juga akan memaafkanmu, hanya saja dia butuh waktu," bisik Jisung disela pelukan mereka.

"Terima kasih dokter Han karena selalu ada untuk saya," gumam Minho, kedua tangannya membalas pelukan Jisung.

Minho baru sadar, kapan kali terakhir dirinya mendapat pelukan? Mengapa rasanya sehangat dan senyaman ini?

***

Malam hari menyapa. Jisung menyuruh Minho untuk pulang dan beristirahat selesai mereka pelukan lama tadi sedangkan Jisung baru saja menanggani pasien, sekarang dia keluar untuk mencari udara segar.

Hari ini adalah hari yang panjang.

Mata Jisung menemukan seseorang yang familiar.

Kim Hyunjin, duduk di bangku taman rumah sakit sendirian.

Aram Temaram | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang