06. Dia Jinjin

1.4K 234 8
                                    

Minho dan Jisung masih saling pandang, bertukar kebingungan serta keheranan terasa dari manik mereka.

Mata Jisung bahkan sudah berair, bulir bening siap jatuh kapanpun.

"Dokter Han !!"

Konsentrasi mereka berdua harus terpecah karena panggilan Hyunjin yang mendekat dan melambaikan tangan ke arah Jisung dari jauh. Gadis semampai yang membuat keduanya terheran pun mengikuti langkah Hyunjin. Gadis itu tertunduk.

"Jisung, maaf aku kemari lagi."

Ucapan Hyunjin tidak digubris sepenuhnya oleh Jisung bahkan Minho juga. Mereka berdua masih menatap gadis itu, yang ditatap masih menunduk.

"JII! JISUNG !! JIIISUUNG!!"

"Oh?"

Baru panggilan yang entah keberapa Jisung baru menyahut. Pemuda berjas dokter itu melihat Hyunjin yang sedang melipat tangannya di depan dada, kesal karena sahabatnya ini mengabaikannya.

"Dia siapa ?" Jisung langsung bertanya to the point.

"Oh, dia Jinjin. Sasaeng yang kuceritakan padamu tempo hari."

Jisung syok.

Jinjin ? Bukan Kim Hyunjin ?

"Sasaeng?" ulang Jisung. Mungkin dirinya tadi salah dengar.

"Iya, sasaeng yang bahkan tahu password apartementku."

"Aku tidak melakukannya!!" Gadis yang tadi hanya diam di samping Hyunjin akhirnya menyuarakan pendapatnya.

"Iya tapi suruhanmu yang melakukannya," Hyunjin berucap.

Gadis itu diam.

"Ini Jinjin sasaengku tapi sekarang dia berubah menjadi managerku karena takut diriku mati akibat overdosis obat tidur." Jelas Hyunjin pada Jisung dan Minho, lelaki itu masih mematung di tempatnya semula bedanya bunga yang dia jatuhkan telah diambil.

Gadis bernama Jinjin itu mendengus kesal namun tak juga berniat menyanggah.

Jisung mencoba mencerna sekaligus percaya apa yang dikatakan Hyunjin.

"Mau apa kamu kemari, Jin?" Jisung mencoba kembali pada realita, air matanya tidak jadi turun.

"Mau minta obat tidur hehe," Hyunjin berucap dengan kekehan di akhir kalimat.

"Jangan diberi dokter," Jinjin berbicara lagi.

"Percuma dong aku membuangnya." Jinjin lagi-lagi berbicara.

Hyunjin dan Jinjin saling menatap tajam.

Jisung dalam diamnya berpikir ke sana kemari.

Minho yang sedari tadi tak jauh dari Jisung sudah hilang ketika pemuda mungil itu melihatnya di tempatnya tadi.

"Ayo ke kafetaria, aku ingin bertanya banyak hal," Jisung berujar lalu terlebih dulu berjalan.

Hyunjin mengangguk dan menarik Jinjin menuju kafetaria mengikuti Jisung.

***

"Sangat mirip Kim Hyunjin kan ?"

Minho berjingkat kaget saat mendengar pertanyaan seseorang di belakangnya. Dia menoleh ke belakang tepatnya ke arah pintu kamar. Dia tadinya menatap hamparan pemandangan manusia berlalu-lalang melalui jendela.

Han Jisung di sana sembari membawa dua gelas kopi instan yang dibuatnya di pantri.

Minho mengangguk, "Sangat mirip. Aku tidak menemukan perbedaannya. Walaupun dulu hanya melihatnya sebentar tapi kejadian itu sangat membekas di ingatanku," ucapan terpanjang dari Minho kepada Jisung selama tujuh tahun ini.

Minho menatap wanita yang tergolek lemas di sana.

"Apakah aku harus menyelidiki gadis itu ?"

Jisung memberikan salah satu kopinya pada Minho.

"Terima kasih kopinya. Dan terima kasih jika dokter berkenan menyelidikinya."

"Sebenarnya aku tadi sudah bertanya-tanya padanya. Dan kemungkinan besar dia memang Kim Hyunjin." Jisung berucap dengan pandangan yang dia arahkan pada jendela besar di depannya.

"Bagaimana dokter bisa tahu ? Apakah dia mengaku?"

Jisung menggeleng, "Dia tidak ingat sama sekali kejadian tujuh tahun lalu ke belakang."

"7 tahun ? Itu tandanya sebelum kejadian itu terjadi ?"

Jisung mengangguk membenarkan pertanyaan Minho.

"Dan dia tinggal di Inggris hanya dengan ayahnya. Orang Korea bermarga Kim."

"Seseorang yang membawanya kabur tanpa bilang pada siapapun dengan keadaan Hyunjin yang sekarat ? Meninggalkan ibu Kim ?" Minho bertanya dengan sangat buru-buru, ekspresinya hampir tak terkendali. Hampir saja Jisung lupa bahwa Minho adalah pribadi yang santai dan kalem.

"Bisa jadi, kemungkinan besar iya."

Minho diam, menyusun kepingan puzzle di otaknya.

"Dan yang paling kuat adalah fakta bahwa dia punya bekas jahitan lebar di kepalanya. Aku sendiri tadi yang mengeceknya," Jisung kembali menjelaskan hasil temuannya.

Entah mengapa, walaupun sedang bingung dan kalut seperti ini Jisung malah menikmatinya. Tak dapat dimungkiri bahwa dia senang mengobrol banyak dengan Minho seperti sekarang. Tujuh tahun dia telah menunggu waktu seperti ini tiba, waktu di mana dia dan pujaan hati bisa mengobrol panjang lebar.

"Kuharap kita dapat terus saling berhubungan dokter Han. Bolehkah aku meminta nomormu ?"

Minho menyerahkan ponselnya pada Jisung.

"Tentu!" tanpa jeda Jisung langsung merespon dan mengambil ponsel Minho.

"Ini."

"Terima kasih dokter Han."

Mereka lalu saling diam. Sama-sama memandangi pemandangan di luar jendela, sesekali melirik wanita yang sedang tertidur lama di ranjang.

"Kuharap dia memang Kim Hyunjin."

Walaupun tidak menjawab, dalam hati Minho juga berharap demikian.

Walaupun tidak menjawab, dalam hati Minho juga berharap demikian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Sosok Kim Hyunjin

Aram Temaram | minsung✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang