2. Amsan

33 4 0
                                    

"intinya, hidup itu harus berguna buat orang lain. Iya kan?"
-sopia-

-----------

Sebuah keadaan bernama pingsan kini kalah dengan siuman. Itu yang terjadi pada Sopia saat ini. Sepasang matanya perlahan membuka setelah tadi terpaksa harus tertutup. Lensa penglihatannya kini masih belum mendapatkan titik normal. Semua masih terlihat blur. Tangan kanannya kini ikut bermain dikepalanya, menahan rasa sakit yang saat ini masih bersarang di organ terpentingnya itu. Merasa ada yang aneh dengan jidatnya, tangannya ia angkat ke sasaran hingga menyentuh handuk kecil berlipat yang basah di atas kedua pelipis matanya. Sopia masih dalam keadaan dikompres. Ia tak memprotes kenapa bagian atas wajahnya harus lapisi alat terapi sederhana itu. Tangannya kini ia kembalikan pada posisi semula.
Sopia mulai memejamkan matanya beberapa kali untuk melatih kembali Indra penglihatannya agar fungsinya yang sedikit terganggu dapat kembali seperti sediakala. Usaha pertamanya ini berhasil. Yang pertama dilihat olehnya hanyalah langit langit rumah yang dicat biru berlapis putih disela selanya. Persis seperti awan. Ia mencoba beradaptasi ditempat ia berbaring dengan menolehkan kepalanya ke arah kiri, mencari tahu dengan keadaan masih terbaring lemas. Lalu tersadar bahwa ia kini tengah terbaring diatas sofa merah di salah satu dari milyaran rumah.
Terlihat olehnya sesosok laki laki berseragam SMA berjalan ke arahnya, tempo langkahnya sedikit cepat penuh khawatir.

"Lo gak papa?" Tanyanya cemas. Dahinya ia bentuk lengkukan lengkukan kecil, menunggu kepastian bahwa orang yang berada didepannya itu baik baik saja.

Suara Sopia masih terdengar parau
"Gue ada dimana?" Tanyanya seraya mengambil alat kompres di keningnya itu, lalu meletakkannya ke dalam baskom merah berukuran sedang berisi air yang sudah tersedia di atas meja. Jarak antara sofa dan meja memang tak terlalu jauh. Hanya beberapa jengkal. Nampak lah luka merah bekas tinjuan di tempat yang tadi tertutup kompres, dan memang ada luka tambahan di bagian pipi serta hidungnya.

"Kok dibuka?"
"Nggak nyaman"
"Gue tanya gue ada dimana? Tanya Sopia lagi. Kali ini nada bicaranya meninggi, memastikan bahwa orang yang kini didekatnya itu orang baik.
Ia kemudian membangkitkan dirinya untuk duduk dengan tenaga yang masih minim. Belum benar benar pulih.
"Lo ada dirumah Gue..." Jawabnya sembari mengulurkan tangan membantu Sopia agar mendapatkan posisi yang diinginkan, yaitu duduk.

"Lo siapa?"
" Kenalin, gue Amsan. Riamsan Adam." Ujar laki laki yang usianya kira kira 17 tahun itu seraya mengulurkan tangan, yang tujuannya adalah untuk bersalaman sebagai tanda perkenalan. Sopia menyatukan tangannya dengan tangan yang kini ia kenal dengan sebutan Amsan, sebagai lambang bahwa ia menerima pertemanan yang di ajukan oleh orang yang ada didepannya. Kini kulit tangan yang putih bersih berpadu dengan warna putih kekuning Kuningan. Mata Sopia memandang wajah tampan yang menurutnya mubazir jika tuhan menciptakannya dengan sia sia. Beberapa detik, Sopia menurunkan tangannya dan mengalihkan pandangan kebawah, lalu mendongak ke atas. Ia tersenyum tipis, mensyukuri indahnya ciptaan Tuhan yang melekat pada sosok Amsan.
Yang ada di kepala Sopia saat ini hanya kata 'ganteng' yang melekat erat di fisik Cowok didepannya itu. Bagai lem tikus yang sukar dilepas ketika sudah menempel pada benda sasarannya.
Ia berkedip sekali, mencoba menyalahkan matanya yang terlalu mengikuti hipnotis yang melekat pada diri pahlawannya itu.

" Tapi... Lo kok bisa nolongin gue? Bukannya tadi kalau gak salah gue denger suara mobil polisi. Gimana preman premannya, ketangkep gak?" Tanya Sopia heran.
Begitu banyak pertanyaan yang timbul dibenaknya.

Amsan terkekeh.
"Jadi bukan cuma temen temen gue ya yang ketipu, ternyata Lo juga"
"Maksud Lo?"
Amsan yang sejak tadi berdiri kini ikut meletakkan pantatnya ke Sofa tempat Sopia duduk. Lalu menghadap serong, membuat keduanya sedikit bertatapan.
"Suara mobil polisi yang Lo denger tadi itu suara klakson motor gue. Gue sengaja masang suara itu supaya kalau orang lagi butuh bantuan dalam bidang bela diri, gue bisa nolong. Soalnya gue gak bisa silat. Cuma itu satu satunya cara supaya gue bisa berguna buat orang banyak."
Sopia membengong kagum. Lagi lagi Sopia memberi senyum dengan cuma cuma pada Spesies jenis Amsan.

MetaforanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang