"Kodrat manusia bukan takut dengan sesama manusia."
-Sopia
"Sopia, Ini benar kamu? Aku kangen banget sama kamu" Ungkap Angga pada seorang gadis yang kini tengah ia pegang erat tangannya. Raut wajahnya seakan menggambarkan bahwa dirinya memang benar benar serius.
"Kamu kemana aja sih selama ini?" gadis itu tampak gembira. Seakan apa yang ia idamkan selama ini sudah terjawab. Nadi dipergelangan tangan yang saat ini digenggam oleh Angga seakan membawa bahagia sampai ke ulu hati.
"Aku ada di samping kamu. Selalu di samping kamu."
"Bohong. Kenapa kamu pergi?"
"Kadang seseorang tak perlu dekat dengan raga yang ia rindukan, karena kedekatan sejati itu hanya ada di jiwa. Yang penting kamu anggap aku dekat dengan mu. Maka aku akan benar benar ada di dekat kamu.""Kamu okey?" Angga tampak khawatir.
"Aku hanya akan okey kalau kamu itu benar benar selalu ada bersamaku. Aku udah gak sanggup hidup tanpa kamu"
"Tapi buktinya sekarang kamu masih bisa napas. Jangan terlalu berlebihan dalam menilai hidup, Sop. Tuhan denger. ingat, takdir tuhan itu selalu lebih indah dari sekedar rencana manusia. Kalau kamu mau pindah ke lain hati, aku siap kok. Yang penting kamu bahagia."
"Tapi kenapa kamu selalu datang kalau aku mulai bahagia sama orang lain?"
"Karena kamu sedang bersama orang yang salah."
"Maksud kamu?"
Bukannya menjawab, Laki laki bernama Angga itu justru pergi di telan kabut.
----
Lapppp...
Sopia membuka matanya cepat.
Sopia hanya mimpi. Tapi tak tahu kenapa semua itu seperti kenyataan.
Sopia menundukkan wajah nya, berusaha mengingat secara detail apa saja yang terjadi pada mimpinya.Angga, sorot matanya, bau badannya, lekuk alisnya, senyum manisnya, semua persis sesuai nyatanya.
"Kenapa Angga?"
"Andai aku benar benar ketemu kamu di dunia nyata. Sebentar... Aja"
Sopia menghela napas berat.'Karena kamu sedang bersama orang yang salah'.
Maksudnya?
Kata kata itu seakan inti dari semua yang Sopia impikan. Gadis itu tampak bingung. Semua seperti teka teki yang sulit ditemukan jawabannya.
Tak mau terlena dengan mimpi yang baru saja ia alami, Sopia langsung bangun dari tempat tidurnya, lalu menoleh ke jam alarm yang berdiri tegak di meja lampu.
"Jam enam"**********
"Udah lah Sop, gak usah di pikirin mimpi Lo yang halu itu" ucap Ade setelah Sopia menjelaskan detail isi mimpi yang ia alami. Bukan hanya Ade. Gita, Lisma, dan Ika pun sejak tadi mendengarkan dengan cermat apa yang sahabatnya curhat kan. Tentu saja mereka saat ini tengah berada di kantin, tempat dimana semua murid melepas lapar dan dahaga. Seperti biasa, setiap dari mereka sudah mengaduk aduk jus yang sudah mereka pesan sesuai selera buah masing masing.
"Tapi kok gue ngerasa kalo Angga tuh ngasih tau gue tentang sesuatu yang gak gue tau sebelumnya."
"Aduh... Ribetnyo Bahaso kau yo, Sopia" keluh Lisma.
"Jangan jangan sebenernya Angga tuh udah mati, dan dia mau ngingetin Elo" tebak Gita tampak tak berdosa.
"Sembarangan kalau ngomong. Enak aja Angga mati. Dasar mulut gak pakek saringan" bantah Sopia.
"Gue heran deh, jatuh cinta seribet itu? Hidup bukan melulu soal cinta, kan Sop? Udah deh... Buang perasaan Lo jauh jauh bila perlu ke Antartika sana" Ika memberi Solusi.Sopia tampak mendesah pelan.
"Eh guys... Kemarin gue kan diajak Amsan ke danau hijau, tapi pas gue sampek sana, gue tiba tiba inget kenangan Gue sama Angga. Tapi anehnya, kenangan itu kek nyata. Seakan Angga tuh bener bener sengaja mau buat gue gak bisa move on dari dia."
"Amsan, kau pacaran samo dio?" mata Lisma tampak membelalak.
"Biasa aja deh vas bunga"
"Seenak nyo bae, cantik cantik cak ni dibilang vas bungo. Eh. Kalian kan dah tau lamo kalo aku nak cari Amsan, kok dari kemarin dakdo yang ngantar aku kesano sih."
"Iya entar gue anter lo ke rumah Amsan." Sopia mencoba menenangkan Lisma.
"Eh. Setan budek, emangnya Lo mau apa ketemu Amsan?" tanya Ade penasaran.
"Alhamdulillah kok, Lisma sehat. Dak do nak pingsan."
"Ampun... Kenapa spesies kayak Lo itu ada di hidup gue sih Lisma...." keluh Ade merengek.
"Spesies spesies.... Emangnyo Lisma monyet" Lisma membela diri. Entah kenapa telinga perempuan itu mendadak normal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Metaforangga
Подростковая литератураSopia jera menaruh harapan pada seseorang, karena pada dasarnya manusia itu hanya mengikuti skenario tuhan, bukan keinginannya. Ia tidak menyalahkan tuhan. Sama sekali tidak. Justru dalam hal ini, ia yang sepenuhnya salah. Karena terlalu berharap de...