But you'll never be alone
I will be with you from dusk till dawn
I will be with you from dusk till dawn
Baby i am right here...-Dusk till dawn
*Zayn malik & taylor swift----------
Hujan yang sejak tadi turun, kini tak lagi terlihat titik airnya. Semua berhenti, seakan sengaja menyudahi kegirangan perempuan bernama Sopia.
"Makasih ya." Ucap Sopia dengan senyum manisnya, setelah ia turun dari kendaraan yang sempat membuatnya begitu bahagia, tentu itu semua Amsan alasannya. Laki laki itu tak hanya mampu mengemudi motornya. Tapi juga mampu mengendalikan pikiran Sopia, supaya tetap memikirkannya walaupun kebersamaan keduanya kini telah masuk jatuh tempo.
"Sama sama" balas Amsan ikhlas. Kini bibirnya mau tak mau harus ia lengkungkan, senyum.
Ia masih dalam keadaan duduk di jok motornya yang kini tak berjalan, dan sopia berdiri menikmati indahnya pemandangan yang melekat pada wajah manis Amsan.Rambut Sopia yang masih dalam keadaan basah seakan menambah kecantikannya, meskipun di beberapa area wajahnya kini masih terdapat luka yang terlihat jelas. Tapi ia tak memikirkan hal itu.
Sopia memperlihatkan senyum khas dan menunjukan kecantikannya didepan Amsan. Meski ia tak tahu apa yang kini terlintas di benak Amsan, tapi setidaknya ia sudah berusaha berpenampilan baik.
Tak peduli jika itu membuat Amsan muak.
Tapi ia berharap besar, laki laki didepannya itu menambahkan rasa sukanya pada pesona yang ia berikan.Meski manusia yang berada di depannya itu seakan menebar aura kecantikannya, Amsan masih sempat melihat pagar Rumah di samping kirinya itu. Pagar rumah Sopia. Pagar itu tampak masih baru. Bukan karena rumahnya yang terlihat anyar, tapi karena catnya yang masih terang, berwarna putih diselingi hitam. Tampak seperti rumah mewah.
Kali ini satu diantara keduanya tak ada yang nampak canggung. Semua terlihat gembira,
Riang dengan apa yang baru saja terjadi pada mereka.
Sepertinya Sopia harus memperbanyak rasa terima kasihnya pada hujan. Sebabnya, ia bisa seperti sekarang, bahagia dengan hadirnya manusia baru dalam kehidupannya.
Tak tahu Amsan, mungkin sama, bahagia.
Sopia mencoba berfikir positif."Lukanya nggak papa?" tanya Amsan seraya menunjuk bagian wajah Sopia.
Sopia baru menyadari betapa terlenanya ia dengan hujan yang membuatnya girang, sampai sampai ia lupa dengan insiden yang membuat wajahnya memar.
Ia memegang wajahnya yang masih terasa sedikit sakit, lalu memperlihatkan senyum tipisnya pada Amsan. Berusaha terlihat kuat didepannya."Don't worry. It's okey"
"Beneran?" tanya Amsan risau.
Lagi lagi Sopia tersenyum.
"Beneran..."
"Mau masuk dulu?" tawar Sopia penuh harap, semoga laki laki itu mau singgah dirumahnya barang sejenak. Memperpanjang periode kebersamaan dengan melakukan penyuguhan secangkir kopi atau sekedar roti, mungkin."Enggak, makasih" tolaknya halus.
"Jadi langsung pulang?"
"Iya. But before that, boleh minta nomor WhatsApp?"
"Why not?" ujar Sopia berusaha untuk memperlihatkan wajah yang biasa biasa saja, padahal ia sadar benar, betapa senang hatinya mendengar Amsan meminta Nomor whatsappnya, tanpa seorang Amsan tahu, perasaan apa yang kini tengah berkecambuk di dalam dirinya.Amsan merogoh kantong celana, mencari handphone miliknya. Tapi alat itu kini tak kunjung ditemukan, ia lalu memasukkan tangannya ke saku baju sekolahnya. Tapi hasilnya nihil. Ponselnya nya tetap tak ada.
Ia berhenti melakukan kegiatannya sejenak, mengingat ingat dimana alat komunikasinya itu ia letakkan.Beberapa detik akhirnya ia tersadar. Hp nya tertinggal dirumah. Ia lalu menepuk bagian atas wajah dengan tangan kanannya. Ia tahu, itu bukan salah jidatnya sehingga ia lupa dengan alat yang menurutnya sangat penting itu, melainkan ia sendiri yang lalai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metaforangga
أدب المراهقينSopia jera menaruh harapan pada seseorang, karena pada dasarnya manusia itu hanya mengikuti skenario tuhan, bukan keinginannya. Ia tidak menyalahkan tuhan. Sama sekali tidak. Justru dalam hal ini, ia yang sepenuhnya salah. Karena terlalu berharap de...