Empatbelas

8.4K 800 54
                                    

Zidan bernafas lega saat melihat istrinya terkurap diranjang mereka. Syukurlah, Zeylyna pulang ke rumah disaat emosi wanita itu membuncah. Zidan tak akan bisa berfikir lagi jika Zeylyna kabur dari rumah karena masalah ini.

Zidan mendekat, terdengar suara isak tangis dari wanita itu. Zidan menghembuskan nafasnya kasar. Zidan paling tidak suka membuat orang yang dia sayangi menangis karenanya.

Saat Zeylyna merasakan pergerakan dari ranjangnya. Zeylyna langsung mengusap kasar air matanya. Zeylyna berbalik, mendapati Zidan yang kini duduk di sampingnya. Senyum Zidan luntur saat Zeylyna memandang datar kearahnya.

"Zey.."

"Emang salah ya kalau aku marah disaat ada wanita yang menggoda suami aku?!"

"Aku ga mempermasalahkan perasaan kamu. Aku cuma gamau kamu bersikap seperti itu."

Zeylyna berfikir, Zidan tidak bisa mengerti perasaannya. Zeylyna hanya ingin melindungi rumah tangganya dari pelakor. Jika Zeylyna hanya memberi peringatan pada Viola, Zeylyna tidak yakin wanita itu akan menyerah. Zeylyna harus melakukan tindakan kasar agar Viola kapok menggoda suaminya.

"Bilang aja kamu suka digodain sama dia. Makanya kamu belain dia terus!"

"Aku ga pernah belain dia!"

"Terus itu tadi apa kalau bukan belain?! Kamu udah bosen sama aku?!"

"Zeylyna!"

Zeylyna tersentak, untuk pertama kalinya Zidan membentaknya. Zidan tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Zeylyna menggeram, ini semua karena Viola.

Zidan memejamkan matanya saat sadar jika dia tidak sengaja membentak istrinya. Sungguh, Zidan tak berniat seperti itu. Zidan hanya emosi dengan tuduhan Zeylyna yang tidak masuk akal.

"Zey, aku ga bermaksud buat bentak kamu."

"Pergi, aku mau sendiri."

Zeylyna membaringkan, menarik selimut untuk membungkus seluruh tubuhnya.

Saat Zidan mencoba meraih pundak Zeylyna diluar selimut, wanita itu menghindar. Zidan memilih mengalah, mungkin untuk saat ini Zeylyna butuh waktu sendiri.

Zidan keluar dari kamar mereka, berjalan menuju ruang tamu untuk mendudukan dirinya di kursi. Zidan mengusap kasar wajahnya, diusia pernikahan mereka yang masih menginjak satu bulan ini, untuk pertama kalinya mereka bertengkar.

Zidan tak mengerti bagaimana caranya untuk membujuk Zeylyna. Zidan baru mengenal Zeylyna beberapa bulan, jadi dirinya masih belum tahu betul bagaimana sifat wanita itu sebenarnya. Zidan juga baru mengetahui jika Zeylyna bisa seperti itu jika sedang marah.

Zidan harus meminta bantuan seseoarang untuk membujuk Zeylyna yang sedang merajuk.

"Enaknya telfon Mas Zyan apa Mas Zayn ya?"

Zidan mengutak-atik ponselnya. Jika dia meminta bantuan Zyan, laki-laki itu pasti malah memarahinya habis-habisan. Zyan masih ingat betul bagaimana Kakak dari Zeylyna itu mengancamnya.

Jika Zidan menelfon Zayn, Zidan tak yakin, Zayn akan memberikan saran yang tepat untuknya.

Setelah berfikir keras, akhirnya Zidan mulai memutuskan.

"Telfon, Mas Zayn aja deh!"

Zidan tersenyum, saat Zayn dengan cepat mengangkat panggilan teleponnya.

"Kamu kenapa telfon saya? Zeylyna marah sama kamu?"

Zidan menaikan sebelah alisnya. Lah kok bisa tau? Kakak iparnya ini mungkin cenayang kali ya.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang