Delapan

10.1K 851 47
                                    

Zeylyna menggeliat, dirasakan berat pada bagian perutnya. Saat Zeylyna menurunkan pandangannya kebawah, sebuah tangan kekar memeluk dirinya. Tak hanya itu sepasang kaki juga mengapit kedua kakinya, membuat ruang gerak Zeylyna semakin terbatas. Anehnya meskipun terasa berat, Zeylyna malah merasakan kenyamanan.

Zeylyna membalikan badanya perlahan, dia tersenyum saat mendapati Zidan tertidur pulas di sampingnya. Zeylyna mengingat kejadian semalam, saat dia mengunci dirinya sendiri dikamar mandi selama satu jam. Untung saja Zidan pandai membujuk Zeylyna, kalau tidak gadis itu pasti akan tidur di kamar mandi. Zidan meluruhkan segala egonya dengan mengorbandan malam pertama mereka. Zidan berjanji tidak akan memaksa Zeylyna jika gadis itu belum siap. Bagi Zidan tidur berdampingan seperti ini dengan Zeylyna sudah lebih dari cukup.

Zeylyna menusuk-nusukan jari telunjuknya ke pipi Zidan, membuat tidur laki-laki itu terusik. Tapi, tak berlangsung lama Zidan kembali terlelap pulas.

"Zidan, bangun."

Zeylyna menggoyang-goyangkan lengan Zidan. Bukannya terbangun, Zidan malah semakin mempererat pelukannya.

"Zidan bangun dong, udah siang ini tuh."

"Masih ngantuk." Ucap Zidan serak, ciri khas orang bangun tidur.

Zidan menelusupkan kepalanya di cekuk leher Zeylyna. Membuat Zeylyna menggelinjang kegelian. Mengerti Zeylyna yang merasa kurang nyaman, Zidan menurunkan sedikit tubuhnya mencari posisi ternyaman untuk keduanya.

Zeylyna mengurai rambut Zidan dengan jemarinya. Melihat Zidan yang manja seperti ini membuat Zeylyna gemas.

"Zidan, aku laper."

Zidan langsung melepaskan pelukannya dan bangkit dari tidurnya.

"Kenapa ga bilang dari tadi. Ayo cari makan."

"Mau mandi dulu."

"Yuk!"

"Gak mau!"

Zeylyna menatap horror Zidan dan yang kini memandangnya dengan tatapan mesum. Zidan mengamati Zeylyna dari atas sampai bawah, seolah menelanjanginya. Pemandangan Zeylyna saat bangun tidur membangunkan jiwa laki-laki Zidan.

Zeylyna perlaham mundur, megambil selimut untuk membungkus tubuhnya. Mengingat dirinya hanya memakai gaun tidur yang tipis.

"Mandi doang kok ga aneh-aneh."

"Ga mau, takut!"

"Hemat waktu Zey, katanya kan kamu laper. Aku janji ga macem-macem, kecuali kamu yang minta."

Zeylyna berfikir sejenak. Kemudian menatap Zidan yang kini sudah tidak menampakan tatapan mesumnya. Perkataan Zidan terdengar sangat tulus.

"Janji ya?"

Zidan mengangguk.

"Yaudah, ayo."

Zidan mengerjapkan matanya. Ini dia ga salah denger kan? Gapapalah ga jadi malam pertama, yang penting bisa mandi bareng!

Zeylyna turun dari ranjangnya dan mengambil segala keperluan mandinya. Setelah itu Zeylyna terlebih dahulu masuk ke kamar mandi. Zidan dengan ekspresi mesumnya hanya mengekori dari belakang.

Saat di kamar mandi, Zeylyna berulang kali mengingatkan Zidan agar tidak aneh-aneh. Karena sedari tadi tangan laki-laki itu sudah bergerilya kemana-mana.

"Zidan! Janjinya kan ga aneh-aneh!"

***

Zeylyna menunduk malu, mengingat kejadian beberapa menit yang lalu membuat pipi Zeylyna bersemu merah. Bahkan sampai saat ini Zeylyna tak berani menatap Zidan yang sedang mengeringkan rambut.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang