Part 3

2.8K 70 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 12.05 WIB, tugas yang diberikan Pak Rangga belum selesai. Aku terpaksa menunda makan siang hari ini, aku ingin tugas ini cepat kelar. Aku tidak menghiraukan sekelilingku, karena tatapanku fokus pada layar komputer yang ada di depanku.

"Kamu tidak makan siang?" Aku kaget mendengar suara Pak Rangga menanyakanku.

"Ini belum kelar, Pak. Makan siangnya nanti saja." Jawabku.

"Tidak apa-apa, makan siang saja dulu, nanti bisa dilanjutin lagi." Balasnya.

"Iya, Pak." Ucapku lalu menghentikan pekerjaanku untuk sementara.

Pak Rangga segera berlalu dan turun menuju lantai satu.

Aku segera membuka tas dan mengambil bekal yang telah disiapkan ibu tadi pagi, lalu aku segera menuju pantry.

"Mas, maaf. Saya boleh numpang makan di sini yah?" Tanyaku pada Mas Bayu, salah satu OB di kantor ini.

"Enggak apa-apa, silahkan, Mbak." Jawabnya.

"Makasih, Mas."

"Sama-sama, Mbak. Oh yah, Mbak bawa bekal yah dari rumah?" Tanya Mas Bayu.

"Iya, Mas." Jawabku sambil membuka bekal yang disiapin ibu.

"Oouu. Karyawan lain pada makan di kantin seberang jalan, tidak jauh dari kantor ini."

"Enggak apa-apa, Mas. Bawa bekal aja, lebih irit. Hehe,"

"Iya sih, Mbak. Saya juga selalu bawa bekal yang sudah disiapin istri saya," jelas Mas Bayu.

"Okeh deh, saya makan dulu yah, Mas."

"Monggo, silahkan, Mbak."

Aku menyantap masakan ibu yang super lezat menurutku, ikan asin dan tempe goreng, sayur bening bayam, dan tidak ketinggalan sambel terasi buatan ibu yang menggugah selera.

"Bayuuuu..." Terdengar suara memanggil Mas Bayu.

"Sepertinya itu suara Pak Rangga, beliau menuju ke sini, ada apa yah?" Mas Bayu panik.

"Gimana nih, Mas. Gimana kalau Pak Rangganya lihat saya makan di sin?" Tanyaku juga bingung.

"Enggak apa-apa, Mbak makan aja. Aku keluar nyamperin Pak Rangga," ucap Mas Bayu lalu keluar dari pantry.

Rasanya sangat lega karena Pak Rangga tidak sampai masuk ke ruang pantry. Aku bingung jika dia melihatku makan siang di sini, aku takut salah tingkah untuk menghadapinya.

.
.
.

Setelah tugas dari Pak Rangga selesai, aku segera memasuki ruangannya dan menyerahkan tugas tersebut.

"Tugas dari Bapak sudah saya siapkan," ucapku setelah berdiri disamping meja kerjanya.

"Okeh, kamu duduk dulu," dia memintaku duduk.

"Baik, Pak." Lalu aku duduk.

"Makan siang dimana tadi?" Kenapa pertanyaannya bukan seputar pekerjaan?

"Saya, Pak?" Aku gugup.

"Iyaa, Kamu."

"Saya bawa bekal dari rumah, Pak. Jadi saya makan di pantry." Jawabku jujur.

"Ooouuu. Pantes "

"Pantes apa, Pak?" Tanyaku penasaran.

"Tadi saya tidak melihat kamu di kantin. Tadi saya ke kantin sebentar, karena menu hari ini tidak sesuai dengan selera saya, yah saya balik lagi ke kantor," jelasnya panjang lebar.

"Oouu. Jadi, Bapak belum makan?" Kenapa aku jadi perhatian yah.

"Udah, tadi saya minta tolong Bayu OB untuk masakin mie instant. Kamu kenapa tidak makan di kantin?"

"Ibu saya sudah menyiapkan bekal untuk makan siang di kantor, Pak."

"Oouu. Iyaa deh. Saya cek data yang kamu buat, nanti kalau ada yang kurang, saya panggil lagi."

"Baik, Pak. Saya permisi."

"Okeh." Jawab Pak Rangga, dan saya keluar dari ruangannya.

.
.
.

Sudah menunjukkan pukul 17.25 WIB, sudah 15 menit lamanya saya menunggu angkutan umum, tapi kenapa sore ini benar-benar sangat apes.

Waktu masih belum kerja, saya sering melihat angkutan umum lalu lalang setiap sore. Ini hari pertama kerja, tapi kenapa tudak ada yang lewat dari sini?

Tiiit... Tiit...

Aku melihat sebuah mobil CRV silver menuju ke arahku dengan membunyikan klakson, siapa gerangan orang yang mengenaliku di sini, baru juga kerja sehari.

Kaca jendela mobil terbuka dan aku melihat sosok Pak Rangga di dalam.

"Nunggu siapa?" Tanya Pak Rangga.

"Nunggu angkot, Pak." Jawabku.

"Susah nyari angkot di sini, ikut saya aja!" Ajak Pak Rangga.

"Enggak apa-apa, Pak. Saya tunggu aja." Jawabku mengelak karena merasa tidak enak mengikuti kemauannya.

"Saya bilang masuk, ini perintah!" Pak Rangga tiba-tiba berubah tegas.

"Iya, Pak." Jawabku ketakutan lalu masuk mobilnya.

"Kamu tinggal dimana?" Tanya Pak Rangga setelah di dalam mobil.

"Deket kok, Pak. 15 menit dari kantor."

"Tadi pagi kamu naik apa ke kantor?"

"Naik angkot, Pak. Pagi-pagi banyak angkot yang lewat disekitar rumah saya, tapi kenapa sorenya enggak ada yang lewat kantor yah? Saya juga bingung." Jelasku.

"Saya jarang lihat angkot lewat disekitar kantor, makanya saya minta kamu masuk mobil, enggak apa-apa saya anter."

"Tapi saya jadi ngerepotin Bapak."

"Enggak merasa direpotin kok, santai aja."

Aku terharu melihat kebaikan Pak Rangga. Jabatan yang dia peroleh tidak merubah rasa kemanusiaan dan rasa pedulinya terhadap orang lain. Aku semakin mengagumi sikapnya.

I LOVE YOU PAK DIREKTURWhere stories live. Discover now