Part 6

2.5K 51 1
                                    

Ternyata Pak Rangga mengajakku ke salah satu restoran ternama di kota ini, tatanannya sangat megah dan penuh dengan kemewahan. Aku tidak pernah menyangka akan menginjakkan kaki di tempat ini, aku merasa ini masih seperti mimpi.

Hampir semua pekerja di restoran itu mengenali  Pak Rangga, tidak heran sih karena seorang anak dari pemilik perusahaan seperti Pak Rangga pasti dikenal banyak orang. Dia pantas dihormati dan dihargai, karena dia bukan hanya sebagai seorang pemimpin, dia juga sangat berwibawa, tapi juga sangat ramah.

Dia segera menarik kursi untukku dan mempersilahkanku duduk. Aku melihat sosok Pak Rangga yang jauh berbeda dari biasanya, hari ini dia penuh dengan kelembutan dan sangat romantis. Yang aku tau dia hanya akan memintaku membuat laporan, dan menyelesaikan data-data yang harus di input setiap hari di kantor.

Pak Rangga memiliki sisi lain yang sangat didambakan setiap wanita, aku semakin luluh dan sangat kagum padanya. Apa yang ada pada dirinya selalu menarik dan begitu indah bagiku.

"Maaf, karena saya mengajak kamu ke sini." Ucap Pak Rangga setelah duduk didepanku.

"Saya merasa tersanjung karena Bapak mengajak saya ke tempat mewah ini. Bermimpi pun saya enggak berani untuk menginjakkan kaki di tempat ini," ucapku terharu.

"Mulai sekarang, kalau diluar kantor jangan panggil 'Bapak' yah, panggil 'Mas' aja!" Permintaannya membuatku kaget.

"Tapi, Pak ..."

"Ini perintah, enggak boleh dibantah!"

"Baik, Pak. Eh ... Mas," aku canggung.

"Tujuan saya mengajak kamu ke sini karena saya ingin ngomongin sesuatu yang sangat penting, saya harap kamu tidak kaget mendengarnya." Aku penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Pak Rangga.

"Mau ngomong apa, Pak?"

"Mas, bukan Pak!"

Maaf, Mas. Mungkin karena belum terbiasa."

"Terus terang, sebenarnya saya sudah lama tertarik padamu, Citra. Sejak awal kamu datang ke kantor, saat itu kamu memakai kemeja putih, saya masih sangat ingat. Saya terpesona dengan keluguanmu, lugu tapi sangat menarik dan juga cantik. Tapi saya belum yakin dengan perasaan saya saat itu. Kian hari, saya semakin mengagumimu. Dari rasa kagum berubah menjadi suka, dari suka kian menyebar dan menumbuhkan benih-benih cinta. Saya baru yakin kalau saya jatuh cinta, saya mencintaimu, Citra."

Pengakuan Pak Rangga membuatku sangat kaget, dan jantungku berdetak kencang, aku tidak pernah menyangka sama sekali ternyata laki-laki yang aku kagumi dan bahkan kucintai selama ini juga memiliki perasaan yang sama denganku. Cintaku tidak bertepuk sebelah tangan, cintaku tidak sepihak, tapi cintaku disambut hangat oleh Pak Rangga.

"Tapi, Mas ..."

"Saya tidak memaksamu untuk memberikan jawaban sekarang, saya kasih kamu waktu seminggu untuk berfikir, dan saya harap jawaban kamu tidak mengecewakan saya."

Ucapan Pak Rangga sama saja dengan keharusanku untuk membalas cinta dan perasaannya. Tapi aku belum bisa memberikan jawaban sekarang, karena aku juga ingin meminta pendapat ibu tentang semua ini. Karena yang mengutarakan cinta padaku bukan orang biasa, tapi orang hebat dimata orang banyak.

"Bagaimana mungkin Mas bisa mencintai saya, Mas orang penting dan hebat, memiliki segalanya, masih banyak wanita lain yang jauh lebih pantas dari saya. Saya hanya orang biasa dan bukan siapa-siapa, apa kata orang nanti jika mereka tau tentang hal ini."

"Kenapa kamu harus memikirkan apa kata orang, kita yang akan menjalaninya," dia meyakinkanku.

"Baiklah ... Jika itu yang Mas inginkan, saya akan nemberikan jawabannya minggu depan."

I LOVE YOU PAK DIREKTURWhere stories live. Discover now