Part 8

2.2K 50 2
                                    

Semenjak kejadian hari itu, aku lebih banyak diam dan menjaga jarak dengan Pak Rangga. Karena hampir semua karyawan di kantor akhirnya mengetahui hubungan kami, aku merasa risih dengan tatapan mereka padaku. Mereka tidak menyetujui hubunganku dengan Pak Rangga, kecuali Pak Andra yang merupakan supervisor di kantor, dan juga Intan sekretaris Pak Rangga.

Aku dan Intan sudah mulai dekat semenjak dia mengetahui kedekatanku dengan Pak Rangga. Dia dan Pak Andra sudah mengetahui hubunganku dengan Pak Rangga. Kami sangat mempercayai mereka untuk merahasiakan hubungan kami.

Tapi akhirnya semua terbongkar juga karena kelakuan Pak Rangga, dengan mudahnya dia berusaha jujur tentang hubungan kami pada orangtuanya. Hingga akhirnya orangtuanya marah dan tidak terima dengan pilihan Pak Rangga.

Gosip tentang hubunganku dan Pak Rangga sangat cepat menyebar di kantor. Mereka beramsumsi seolah-olah merekalah yang paling benar, mereka sangat kejam menghakimiku.

“Berani banget sih dia jatuh cinta sama Pak Direktur, anak dari pemilik perusahaan lagi!” Aku mendengar cibiran dari salah satu karyawati di kantor.

“Iyaa tuh, enggak punya kaca mungkin di rumah, jadi enggak tau siapa dia sebenarnya. Enggak sadar diri banget!” Balasan dari teman disamping mejanya.

Hatiku sangat sakit mendengar kalimat yang mereka tujukan untukku. Sejahat itukah mereka memberikan penilaian padaku, mereka benar-benar tidak memiliki perasaan. Mereka hanya bisa melukai hati orang lain.

Tapi aku tetap tegar dan sabar, aku bertahan untuk bekerja di kantor ini demi keluargaku. Mereka adalah yang terpenting bagiku, aku ingin membahagiakan orangtuaku.

Beep ... Beep ...

Terdengar suara pesan masuk dari ponselku, aku sangat kaget tapi bahagia. Ada WA masuk dari sahabat karibku waktu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), namanya  Tasya.

[Hai sahabat terbaikku] Isi WA Tasya.

[Tasyaaaaaaaaaa ... Kamu apa kabar?] Balasku kegirangan.

[Pastinya happy dong karena akan bertemu dengan sahabatku]

[Kamu dimana sekarang?]

[Surprise ... Aku sudah di kota ini, aku baru sampai kemarin sore]

[Kuliahmu udah kelar yah?]

[Udah dong]

[Aku kangeeeeeeen]

[Aku jugaaaaaa]

[Pengen ketemu nih, aku lagi sedih, pengen curhat]

[Kok sama? Aku juga pengen curhat]

[Kapan kita ketemu?]

[Sore ini pulang ngantor, aku bisa]

[Ciieee ... Yang udah ngantor]

[Iya, Sya. Aku udah kerja]

[Hebat deh pokoknya, enggak sia-sia dengan prestasi yang kamu raih dari dulu]

[Hhhm ... Kamu bisa aja. BTW ... Kita ketemu dimana?]

[Entar aku share lokasinya deh. Okeh ... Sampai ketemu nanti sore, bye]

[Bye] Aku mengakhiri obrolan kami di WA.

.
.
.

Tasya adalah sahabat terbaikku waktu SMA, dia sangat sempurna bagiku. Hidupnya sangat berkecukupan, orangtuanya memiliki bisnis yang banyak dan sudah sangat berkembang. Walaupun dia berasal dari keluarga yang sangat mampu, dia tidak pernah menunjukkan sifat dan sikap sombong padaku, dia begitu tulus bersahabat denganku.

I LOVE YOU PAK DIREKTURWhere stories live. Discover now