Part 12

2.1K 52 0
                                    

POV Rangga

Niatku adalah ingin menjalani hubungan serius bersama Citra, dan aku ingin menyampaikannya pada mama. Kebetulan pagi itu mama mampir ke kantor, karena ingin mengambil berkas penting yang dulu pernah diberikan padaku. Aku sangat bahagia karena aku akan mempergunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan Citra sebagai kekasihku.

Setelah mama tiba di kantor, mama duduk dan kami berbincang-bincang tentang pekerjaan dan kinerja para karyawan dan juga karyawati di kantor. Mama juga bangga dengan pekerjaan Citra sebagai bagian pengatur keuangan di kantor, mama yakin Citra sangat bisa diandalkan. Karena melihat penilaian mama tentang Citra, akhirnya aku meminta Citra memasuki ruangan kerjaku.

Mama berkenalan dengan Citra, ini adalah kali pertama mereka bertatap muka semenjak Citra bekerja di kantor. Mama kelihatan sangat ramah pada Citra, aku sangat senang. Aku berfikir kalau mama sangat menyukai Citra.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengutarakan dan memperkenalkan Citra sebagai pacarku. Mama sangat kaget mendengar pengakuanku, beliau marah dan tidak terima dengan keputusanku. Beliau tiba-tiba merendahkan Citra didepanku, beliau berfikir bahwa Citra tidak pantas untukku, karena mama menganggap Citra tidak sepadan dengan keluargaku.

Hatiku sangat sakit melihat orang yang sangat ku cintai begitu hina, dan direndahkan oleh mamaku sendiri. Aku tidak kuat melihat bulir bening Citra yang sudah tumpah ke lantai, aku yakin hatinya sangat sakit dan terluka diperlakukan seperti itu.

Aku menentang keputusan mama, aku mengatakan bahwa status sosial bukanlah tolak ukur untuk menilai sebuah hubungan. Semua manusia sama di hadapan Sang Pencipta, yang membedakan hanyalah iman dan ketakwaan kepada Yang Kuasa.

Mama marah karena merasa aku telah berani menantangnya, beliau menuduh Citra sebagai penyebab keberanianku. Beliau akhirnya keluar dan pergi meninggalkan kantor.

Aku berusaha membujuk Citra, tapi dia merasa kecewa padaku. Karena sebelumnya dia sudah memintaku untuk merahasiakan hubungan kami dari orang lain. Dia mengatakan bahwa dia belum siap dengan semua yang akan terjadi dengan hubungan kami.

Aku tidak menyangka kalau sikap dan prinsip mama sangat bertolak belakang dengan papa. Papa begitu bijak dan tidak mau mencampur adukkan status sosial denga cinta, sedangkan mama sangat mengutamakan yang namanya status sosial dalam sebuah hubungan.

Aku bingung melihat sikap dan keputusan mama, kenapa beliau sangat tega menyakiti Citra? Padahal dulu beliau pernah berkata bahwa tujuannya mempekerjakan Citra di kantor adalah untuk membantu keuangan dan kehidupan keluarga Citra. Aku sangat tidak mengerti dengan cara berfikir mama.

.
.
.

“Kenapa Mama begitu tega pada Citra?” Tanyaku pada mama saat kami sedang bersantai di ruang TV. Sedangkan papa masih belum pulang ke rumah karena ada pertemuan dengan klien.

“Mama enggak ngerti apa maksud kamu, Rangga.” Jawab mama dengan santai.

“Mama tega menghina dan merendahkan Citra didepan Rangga, Mah.”

“Merendahkan? Mama enggak pernah merasa merendahkannya, Mama berbicara apa adanya.”

“Sikap Mama dan papa sungguh jauh berbeda, papa tidak pernah menghubungkan status sosial dengan cinta, sedangkan Mama malah bertindak sebaliknya, kenapa, Mah? Apa salah Citra?”

“Dia sangat bersalah karena sudah berani merayu kamu. Kamu terperdaya dengan bujuk rayunya, kamu lupa siapa dia?”

“Dia tidak pernah merayu Rangga, Mah. Rangga sangat mencintainya, dan dia juga mencintai Rangga.”

“Secepat itu kamu mengambil kesimpulan dan mengatakan bahwa dia mencintaimu. Padahal kamu tidak tau tujuan dia yang sebenarnya.”

“Maksud Mama apa? Tujuan apa, Mah?”

“Seharusnya kamu sudah tau dari awal, dia berusaha mendekatimu hanya karena dia memiliki tujuan, dia hanya menginginkan uangmu. Tapi kenapa kamu tidak menyadarinya dan malah membelanya?”

“Citra sama sekali tidak pernah punya fikiran seperti itu, Mah. Dia wanita baik-baik, dia hebat, dan juga sangat sopan.”

“Sehebat itu pembelaanmu terhadapnya, kamu berani menentang mamamu sendiri. Kamu sudah buta dengan cinta palsunya, kamu sudah benar-benar terpengaruh olehnya.”

“Stoop ... Mah. Jangan selalu menilai Citra dengan keburukan, dia anak baik, Rangga bangga dan bahagia mencintainya.”

“Anak masih bau kencur ngomongin cinta didepan Mama, ckckckck.”

“Rangga udah dewasa, Mah, dan udah tau apa yang terbaik untuk Rangga!”

“Udah! Mama bosan mendengar ocehanmu, Mama muak mendengar namanya!” Lalu mama pergi meninggalkanku memasuki kamarnya.

.
.
.

Aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan tetap mempertahankan cintaku untuk Citra seorang. Dia layak dan pantas menerima cinta dariku, dia berhak memperoleh keadilan.

“Sampai kapan kita seperti ini, Mas?” Tanya Citra saat aku mengantarkannya pulang sore itu.

“Kenapa, Sayang?”

“Aku merasa enggak enak sama Bu Sandra karena sudah lancang mencintai anaknya.”

“Kenapa kamu harus merasa enggak enak, Sayang? Cinta itu anugerah, setiap orang berhak mencintai dan dicintai. Cinta kita enggak bersalah, tapi pemikiran mama lah yang tidak bener.”

“Jangan pernah nyalahin Bu Sandra, Mas, beliau hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.”

“Yang terbaik untukku adalah hidup bersamamu. Tapi kenapa mama menentang pilihanku?”

“Apa yang menurutmu bener belum tentu baik nenurut Bu Sandra, Mas.”

“Kamu begitu baik, Sayang. Kamu masih tetap membela mama, walaupun mama sudah menghina dan merehdahkanmu.”

“Apapun yang terjadi, beliau tetap ibumu, ibu yang melahirkanmu, ibu yang berhasil membuatmu melihat dunia ini. Karena beliau juga lah menghadirkanmu dalam hidupku, mengisi hatiku, mewarnai hari-hariku.”

“Makasih, Sayang. Romantis banget sih ... Pacar siapa nih?”

“Pacar Rangga gitu ... Seorang Direktur tampan, baik, menarik, perhatian, pengertian, perduli, dan juga mempesona, hehehe.”

“Iihhhh ... Udah pinter yah sekarang gombalin pacarnya.” Aku mencubit hidungnya.

Aku semakin kagum padanya, dia begitu hebat dalam menyikapi suatu masalah. Dia sama sekali tidak pernah membenci mama, tapi dia selalu menunjukkan sikap kalau dia sangat menghargai mama, dia berusaha membela mama.

Seandainya mama mengetahui sifat Citra yang begitu tulus mencintaiku, aku yakin mama akan luluh dan dengan senang hati menerima Citra.

I LOVE YOU PAK DIREKTURWhere stories live. Discover now