Saat itu hujan disertai petir terdengar dari dalam kamar seorang anak berumur 10 tahun. Seorang anak perempuan yang menangis dan meraung dipelukan ibu nya.
"Lepasin Lana!! Lana mau ketemu Sean!! Ibu lepasin Lana!!." Anak itu masih menangis. Sang ibu ikut menitikkan air matanya.
Sedangkan sang ayah berdiri di ambang pintu dengan perasaan bersalah. Ia melihat ke arah jendela memperlihatkan rumah yang ada di depan nya. Rumah sahabatnya. Rumah sahabat anak nya. Rumah itu terlihat banyak orang yang mengangkat barang-barang ke dalam mobil box juga disana terpakir mobil ambulan, sirine nya terdengar hingga ke dalam kamar anak itu.
Anak perempuan itu melepaskan pelukan sang ibu, ia turun dari kasur lalu berlari keluar kamar.
"Lana!!!!." Teriak sang ibu.
Anak yang bernama Lana itu terus berlari menerjang hujan, kedua kaki nya tidak beralaskan apapun. Air mata nya sudah bercampur dengan hujan dan ia tidak peduli. Terus berlari ke rumah yang berhadapan dengan rumah nya.
"Sean!! Sean!!." Teriak nya dari luar rumah. Seorang penjaga rumah menahan tubuh Lana.
"Nona Lana, sudah nak."
Lana masih terus menangis sambil memanggil seseorang. Hingga seorang pria dengan tubuh tegap nya keluar dengan wajah yang terlihat lelah juga sedih.
"Lana..."
"Papah Randy!! Sean mana?? Lana mau main sama Sean."
Randy menunjukkan wajah sedih nya melihat Lana. Ia melihat ke arah gerbang, kedua sahabatnya disana berjalan dengan payung menghampiri mereka.
"Lana, papah harus bawa Sean pergi."
"Gak!!Gak boleh!!." Lana memaksa untuk masuk ke dalam rumah. Namun seketika ia terdiam, Lana melihat Sean tertidur diatas ranjang dorong. Beberapa dokter dan suster ada samping nya.
"Se---sean?."
"Tuan Randy, kita harus segera membawa Sean. Kondisinya tidak bisa lama tanpa peralat yang lengkap. Pesawat sudah ada di bandara dengan alat-alat yang lengkap."
Randy mengangguk. Ia menatap ke arah kedua sahabatnya -orangtua Lana-, mereka mengangguk. "Pergilah." ucap ayah Lana.
Ambulan sudah berada di depan rumah.
"Se--an mau kemana? Sean--jangan pergi!!." Lana kembali menangis. Berusaha menggenggam tangan Sean.
Lana mengikuti kemana Sean pergi. Hingga Sean masuk kedalam ambulan, tubuh Lana tertahan oleh sang ayah.
"Ayah!! Ayah lepasin!! Lana mau ikut Sean!!."
Randy mengusap pipi Lana, "Lana, sampai ketemu lagi nanti. Berbahagialah." Lana tidak paham. Ia hanya terus menangis.
"Maafkan aku, aku harus membawa Sean pergi."
"Tidak apa Randy. Sampai jumpa kembali." ucap ayah Lana.
Randy masuk ke dalam ambulan. Pintu tertutup dan mobil itu pun pergi meninggalkan rumah.
"SEAN!!!!."
Namaku Alana. Dan itulah awal mula kegelapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA
Non-FictionTidak ada satu pun dari sebuah kebahagiaan bagi Sean Arkana. Masa lalu, masa kini, juga masa depan nya sangatlah gelap. Namun, ada satu titik terang yang ia lupakan, yang ia tidak ingat bahwa seseorang menunggu nya. ~~~ Seberapa jauh Alana berlari...