Part1

942 27 0
                                    

Sorak sorai seluruh aliansi Shinobi bergema di senja itu, menandakan bahwa akhir dari perjuangan mereka telah tiba, tujuan mereka untuk menggagalkan rencana Mata Bulan milik Uchiha Madara dan Uchiha Obito telah berhasil.
Tidak sia-sia perjuangan mereka selama lebih dari 4 hari berperang tanpa henti, harapan dan cahaya kedamaian pun telah muncul kembali di hadapan mereka, seorang pahlawan yang sudah sejak dahulu diramalkan.
Akhirnya telah muncul dihadapan beribu-ribu pasang mata yang telah menunggunya sejak lama, dia datang dengan kekuatan baru dan semangat pantang menyerahnya demi melindungi seluruh shinobi di dunia ini, dialah Uzumaki Naruto.
2 bulan sejak kegagalan rencana Mata Bulan milik Madara dan Obito, kondisi ke 5 negara berangsur-angsur kembali normal, bangunan-bangunan yang hancur pun satu per satu telah kembali berdiri kokoh untuk kembali menopang kehidupan selanjutnya di dalamnya.
Tak terkecuali di Konohagakure no sato, tempat sang pahlawan tinggal dan menghabiskan waktu, memang masih sangat pagi, tapi sepertinya sang pemuda sudah siap sedia menunggu ramen yang tengah disiapkan oleh Paman Teuchi di kedai miliknya, tunggu?, Naruto bangun pagi?, Apakah tidak aneh, biasanya sepagi-paginya Naruto bangun, ia akan bangun di jam 9, itupun jika ada misi untuknya.
"hoei, Naruto, tak biasanya kau datang sepagi ini" ucap Paman Teuchi yang masih sambil menyiapkan kuah ramen nya yang belum matang, sebenarnya sejak jam 5 pagi Naruto sudah menunggui kedai itu buka " aku hampir kaget sesaat setelah ku buka puntu kedai, kau sudah ada didepan kedai".
" ya begitulah paman, tadi malam aku tidak bisa tidur sampai pagi, karena pagi ini aku sangat lapar, terpaksa aku datang kesini, tapi~ malah belum buka…huhh" ucap Naruto sambil menopang dagunya diatas meja kedai.
" apa yang kau pikirkan Naruto, bukankah dua hari lagi kau diangkat menjadi hokage" ucapan Paman Teuchi terhenti, terlihat ia kebingungan, ia menoleh kearah Naruto.
" iya paman" ucap Naruto menjatuhkan kepalanya keatas meja.
" sepertinya kau memiliki masalah yang cukup serius Naruto " ucap Ayame tiba-tiba dari dalam kedai.
" ohayou Ayame nee " Ucap Naruto menyapa dengan nada malas.
" ohayou Naruto" Ayame nee langsung menyodorkan semangkok ramen miso didepan Naruto " ini, ramen spesial untuk si pahlawan hehe, dan juga ramen pertama untuk hari ini" ucap Ayame lalu meletakkan semangkuk besar ramen itu dihadapan Naruto.
Mata Naruto pun langsung melebar melihat semangkuk ramen yang masih mengepul dihadapannya.
"huhaaaa" ucapnya bersemangat lalu menyambar sepasang sumpit di samping manguk lalu menyantap ramennya dengan sekali hisap.
"huaahh, kenyangnya, trimakasih paman, Ayame nii " ucap Naruto memegangi perutnya yang membesar "ini ramen paling nikmat yang pernah kumakan hehe" tambah Naruto kembali dengan cengingiran khasnya.
" jadi, kau bisa ceritakan apa masalahmu Naruto?" tanya Paman Teuchi yang masih saja terus mengaduk kuah ramen dihadapanya.
" maaf paman, kurasa aku tidak bisa menceritakan masalahku padamu" ucap Naruto dengan nada menyesal.
" hee, paling masalah 'cinta' , benarkan na-ru-to!" ucap Ayame nii dengan penekanan di bagian 'cinta'.
" e-eh" pekik Naruto kaget lantaran ucapan Ayame.
" jadi benar kan? Hem..hem" goda Ayame.
" kau ini apa-apan sih Ayame nii, tentu saja tidak" ucap Naruto sambil membuang mukanya ke arah lain.
" hee, benarkah, tapi sepertinya kau kaget saat aku menanyakan 'cinta' " ucap Ayame " kau mungkin bisa berbohong Naruto, tapi gerak-gerikmu tak akan menipuku hehehe" tambah Ayame.
" e-eh..t-tidak, b-bukan begitu" ucap Naruto gelagapan.
" haha, tuh kan benar, kau saja langsung gelagapan begitu" ucap Ayame " sudahlah, jika kau tak mau membicarakanya, toh itu privasimu" tambah Ayame lalu berbalik dan pergi ke belakang untuk mencuci nagkuk bekas Naruto.
"huhh, menyebalkan sekali orang itu" ucap Naruto lalu berdiri "paman, ramennya berapa?" ucap Naruto sambil mengambil dompet katak berwarna hijau di saku celananya.
" tidak usah Naruto, untuk mu, ramen itu gratis" ucap Paman Teuchi.
" benarkah?"
" ya, itung-hitung itu sebagai hadiahku, karena sebentar lagi kau akan mendapatkan impianmu sejak dulu"
"hehe, arigatou paman" ucap Naruto lalu berjalan menjauh dari kedai.
Suasana masih belum begitu ramai, hanya para pedagang yang belalu lalang untuk menyiapkan dagangan mereka dipasar, diliatnya jam di tangan nya hadiah dari Bee beberapa hari lalu " masih jam 6" gumamnya pada diri sendiri.
Naruto terlihat bingung memilih pulang ke apartemen nya lalu tidur atau berjalan kesuatu tempat.
" aku malas pulang" gumam Naruto, tanpa ia sadari kakinya sudah membawanya kedalam keramaian pasar, ia berjalan diantara kerumunan dengan tangan yang ia masukkan kedalam sakunya, ia pandangi aktifitas pasar yang memang jarang ia lihat.
Sekalinya keluar pagi, itu pun saat misi setelah penyelamatan gaara dulu , huh, sepertinya pemandangan pasar menjadi barang langka untuk Naruto, bukannya tidak bisa, tapi memang malas dan tidak mau.
Kakinya berjalan terus sampai tengah pasar, ia lalu berhenti didepan sebuah ruko yang menjajakan berbagai macam ramen instan, ia tertarik dan melangkah mendekati ruko didepannya.
" paman, ada ramen miso jumbo?" tanya Naruto kepada sesosok lelaki bertubuh gemuk yang tengah menunggu dagangannya.
" ohh, Naruto….maaf, ramen itu sudah habis dari kemarin, aku belum sempat menyetok ulang" ucap pedagang tersebut.
" e-eh, paman tahu namaku?" yanga Naruto heran.
" tentu saja, siapa yang tak kenal kau, bahkan sampai pelosok desa pun mengenalmu" ucap pedagang ramen " kalau kau mau, ini ada barang baru ramen rasa yakiniku " ucap penjual ramen sambil menyodorkan bungkusan ramen instan berwarna coklat kehitaman.
" wahhh, kelihatannya enak" ucap Naruto matanya berbinar.
" tentu saja, ini varian rasa baru" ucap pedagang membanggakan diri.
" aku ambil 10 paman" ucap Naruto lalu mengeluarkan dompet katak hijaunya " jadi berapa?".
" ohh, tidak usah Naruto, ini semua untukmu saja" ucap pedagang ramen sambil menyodorkan seplastik besar ramen instan.
" hee, apa paman yakin, tapi ini sangat banyak" ucap Naruto.
" tentu saja, setelah apa yang kau lakukan, ini belum lah cukup untuk membalaskan budimu" ucap pedagang ramen tersebut.
"a-arigatou paman" ucap Naruto terbata dan terharu.
" sama-sama" ucap pedagang ramen tersebut.
" baiklah, ini kubawa ya paman" ucap Naruto lalu melangkah pergi sambil membawa seplastik ramennya.
" yaa, hati-hati"
Sepertinya bangun pagi banyak mendatangkan keuntungan, dari ramen jumbo gratis dari Paman Teuchi sampai sekantung besar ramen instan yang lagi-lagi gratis, huhh, sepertinya mulai sekarang aku harus bangun lebih pagi lagi, gumam Naruto.
Baru beberapa meter berjalan, seketika itu badannya langsung kaku melihat sesosok gadis yang tengah mengganggu pikirannya akhir-akhir ini, rambut indigo panjangnya melambai terkena terpaan angin pagi, ia berjalan menyusupi orang-orang di dalam keramaian pasar sambil menenteng sebuah tas belanja berisikan sayuran, terlihat ia sedang mampir si salah satu kios yang menyediakan daging.
"Hi-Hinata" gumam Naruto yang sudah lebih dari dua bulan tak melihatnya, bukan karena misi yang dibebankan padanya, tapi karena hampir dua bulan Hinata pergi ke Suna untuk keperluan klan bersama ayahnya.
Naruto pun menguatkan tekatnya untuk mendekat kearah gadis yang telah mencuri hatinya sejak 5 bulan yang lalu, tepatnya saat Hinata mencoba menyelamatkannya saat serangan pein, Naruto tak menyangka, gadis semanis Hinata bisa mencintai seorang monster seperti Naruto, padahal orang lain berlomba-lomba untuk membencinya.
Langkahnya mantap menembus keramaian pasar yang entah sejak kapan sudah penuh sesak dengan lautan orang-orang yang mencari bahan makanan untuk persediaan sehari kedepan, dlihatnya wajah cerah Hinata yang sepertinya sedang melakukan tawar menawar dengan pedagang daging.
Bibir Naruto pun langsung melengkung tipis melihat tingkah Hinata yang kadang seperti marah, kadang memelas untuk mendapatkan harga sesuai keinginannya, hah dasar Hinata, kelihatannya pemalu, tapi jika berurusan dengan tawar menawar barang sepertinya dia tak kalah dengan yang lainnya.
Tak terasa Naruto telah berdiri tepat dibelakang Hinata, jarak antara mereka hanya kurang lebih 1 meter, Naruto sudah bisa mendengar sayup-sayup suara lembut Hinata, walaupun sedikit terganggu dengan kebisingan pasar yang semakin lama semakin ramai.
Naruto memutuskan hanya memandangi punggung Hinata saja yang tertutupi oleh rambut indigo indahnya, sesekali helaian rambut itu bergoyang karena terpaan angin, dan lagi-lagi tak terlewatkan walau hanya sedikitpun oleh pandangan mata Naruto.
Kegiatan Naruto pun akhirnya terpaksa terhenti karena Hinata tiba-tiba berbalik dan mempergoki Naruto tengah berdiri dihadapannya.
"e-eh..n-Naruto-kun kenapa disini?" ucap Hinata gelagapan, tak lupa wajahnya yang sudah semerah tomat.
" hehe, aku Cuma beli ini" ucap Naruto memperlihatkan seplastik ramen instan miliknya.
" m-maksutku, kenapa n-Naruto-kun berdiri disini?" tanya Hinata kepada Naruto yang masih tetap berdiri dilokasi yang sama.
" memangnya kenapa?~ Tidak boleh ya?" ucap Naruto sedikit menggoda Hinata yang sepertinya keadaannya kurang baik karena jantungnya terus menerus berdegup kencang.
" b-bukan begitu hanya saja…" , " Hinata, nanti siang kau ada acara?" ucapan Hinata pun tiba-tiba dipotong oleh Naruto.
"e-eeh, me-memangnya kenapa?" tanya Hinata heran.
" emmm, aku Cuma mau mengajakmu ke kedai paman teuchi" ucap Naruto dengan wajah inocentnya " kau mau kan?".
"e-ehh, eto….ummm" wajah Hinata langsung merona lebih merah lagi lantaran mendengar permintaan Naruto 'n-Naruto-kun mengajakku?' batin Hinata girang, tapi pemikirannya itu pun langsung ditepisnya ' ah tidak, mungkin Naruto-kun Cuma membutuhkan bantuanku' batin Hinata.
Naruto yang melihat Hinata hanya mematung sambil menundukkan kepalanya sambil memainkan jarinya pun hanya memiringkan kepalanya tanda tak mengerti " eto..hinata?..kau tidak mau ya?" ucap Naruto sedikit menyesal.
Hinata yang masih bersitegang dengan pikirannya pun langsung tersadar atas pertanyaan Naruto.
" b-bukan begitu Naruto-kun" bantah Hinata gelagapan " hanya saja…".
" jadi?"
"emm..etoo…b-baiklah" Naruto langsung mengembangkan senyumnya lantaran mendengar jawaban Hinata , " yosh!" teriak Naruto yang tentu saja menyita perhatian berapa orang yang tengah lewat didekat Naruto dan Hinata " kalau begitu nanti jam 10 aku jemput yaa" lanjut Naruto.
" e-eehh, apa tidak merepotkan?" ucap Hinata dengan wajah semakin merah
" tidak kok, aku malah senang hehe" ucap Naruto menunjukkan senyuman rubahnya sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.
" umm, b-baiklah" ucap Hinata mengangguk
" Hinata, setelah ini kau mau kemana lagi?"
" a-aku sudah selesai, setelah ini mau pulang"
" aku juga, yasudah aku duluan ya Hinata,…jaa" ucap Naruto lalu berjalan pergi meninnggalkan Hinata.
Hinata masih saja mematung setelah kepergian Naruto, ia tak percaya kejadian barusan, tak disangkanya ia dapat bertemu Naruto ditempat seperti ini, semburat merah diwajahnya kian memerah tatkala memikirkan Naruto yang mengajaknya ke kedai ramen nanti siang.
Tak berapa lama, lamunan Hinata pun terhenti saat kou tiba-tiba memanggil Hinata "Hinata-sama, anda dipanggil hiashi-sama sekarang!" ucap kou.
" baiklah" ucap Hinata lalu melangkah pergi meninggalkan keramaian pasar
SKIP TIME~
Tepat pukul 9 pagi di kediaman Hyuuga, tepatnya didalam kamar gadis bersurai indigo tengah terjadi keributan kecil antara kakak dengan adiknya, yang sepertinya sang kakak sedang menuduh adiknya menyembunyikan barang sang kakak.
" aku kan sudah bilang, aku tak mengetahuinya nee-chan!"
" ayolah Hanabi-Chan, lalu dimana barang itu!" ucap Hinata yang masih berusaha mencari sebuah barang, dan sekarang Hinata terlihat berjongkok dan melihat kearah kolong tempat tidur, sedangkan sang adik hanya berdiri bersender di tembok dekat pintu " setidaknya bantu nee-chan mencari barang itu" ucap Hinata yang masih berusaha mencari.
" ahh, itu kan barang nee-chan, kenapa aku juga harus mencarinya?" ucap Hanabi yang sepertinya keberatan membantu kakaknya.
" ayolah Hanabi-Chan, bantu nee-chan mencarinya, waktu nee-chan tinggal 1 jam lagi" ucap Hinata.
" hahh, baiklah-baiklah" ucap Hanabi lalu membantu Hinata mencarinya.
30 menit berlalu tak ada tanda barang yang sedang Hinata dan Hanabi cari, Hanabi sudah putus asa dan memutuskan untuk berbaring di tempat tidur kakaknya, sedangkan Hinata masih terus mencari didalam keranjang baju kotornya, mungkin saja terjatuh disana.
" sudahlah nee-chan, pakai jepit rambut punyaku saja, toh bentuknya sama" gumam Hanabi sambil memeluk guling Hinata " tapi kan warnanya berbeda Hanabi-Chan, nee-chan tidak suka warna hijau" ucap Hinata.
Saat Hanabi membenarkan bantal yang ia kenakan untuk tidur, tak sengaja tangannya menyenggol sebuah benda kecil, hanabi pun langsung mengangkat bantalnya dan, ternyata " nee-chan!, ini ketemu, dibawah bantal" ucap Hanabi sambil menyodorkan sebuah jepit rambut berwarna lavender kepada kakaknya.
" ahhh, yokatta" ucap Hinata lalu merebut jepit rambutnya lalu memasangkannya dirambut indigonya.
Hinata berlenggok-lenggok didepan cermin memeriksa penambilannya sudah pas atau belum, sekarang Hinata menggunakan baju berwarna putih dengan lengan pendek dibalut dengan dress selutut berwarna lavender tanpa legan "bagaimana penampilanku Hanabi-chan?"
" nee-chan pakai baju apapun tetap terlihat cantik kok" komentar Hanabi sambil tertidur.
" lihat nee-chan dulu hanabi-Chan!" ucap Hinata yang geram saat melihat Hanabi mengomentarinya tanpa melihat kearahnya.
" tanpa melihatpun aku tahu nee-chan" ucap Hanabi.
" huhh dasar!" gumam Hinata lalu melihat kearah cermin lagi, dibenarkannya jepit rambut miliknya agar pas " yap" gumamnya memastikan penambilannya sudah siap, Hinata lalu menengok kearah jam dinding, 'masih 5 menit lagi' ucapnya dalam hati.
Tapi sepertinya Hinata kurang suka menunggu, ia pun memutuskan untuk menunggu Naruto di gerbang kompleks, Hinata langsung menyambar tas kecil miliknya diatas meja lalu berjalan keluar, namun sebelum menutup pintu kamarnya, Hinata pamit kepada adiknya " Hanabi-Chan, nee-chan pergi dulu yaa" ucap Hinata lalu menutup pintu.
" ya.., salam buat Naruto nii-chan ya" DEG ucapan Hanabi dari balik pintu pun sukses membuat Hinata terhenti, wajahnya langsung merona merah ' k-kenapa hanabi-Chan bisa tahu' gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.
Tak berapa lama kemudian, seorang penjaga kompleks memanggil Hinata " Hinata-sama, Naruto-sama mencari anda?" uacp si penjaga sedikit berteriak.
' ahh, dia sudah datang' ucap Hinata didalam hati " iya, aku datang" ucap Hinata sedikit keras lalu berjalan sedikit berlari kearah gerbang.
Naruto POV
Naruto masih menunggu Hinata di balik gerbang kompleks perumahan Hyuuga, sepertinya ia telah menunggu lebih dari setengah jam yang lalu, tunggu? Setengah jam?, haha, ternyata Naruto pun sudah tak tahan untuk bertemu dengan Hinata eh.
" ahh, Hinata lama sekali" gumam Naruto sambil menyenderkan punggungnya di sebuah pohon besar.
Tak berapa lama kemudian sesosok gadis berambut indigo muncul dari arah pintu gerbang, mata Naruto langsung terbelalak melihat betapa anggunnya gadis dihadapannya, Hinata mulai berjalan kearah Naruto yang masih terbengong-bengong.
"na-Naruto-kun, gomenne aku membuatmu menunggu lama" ucap Hinata sambil menunduk menyembunyikan semburat merah khas Hinata.
'ya ampun, dia manis sekali!' batin Naruto dalam hati girang, betapa tidak, Hinata terlihat begitu feminim sekali hari ini dan tambah cantik menggunakan pakaian seperti itu.
" Naruto-kun?" ucap Hinata yang bingung melihat Naruto memandanginya denga cara yang aneh.
" ehh…ano..eto…." ucap Naruto gelagapan " k-kau sudah siap Hinata?" lanjut Naruto bertanya sambil mengaruk-garuk kepala bagian belakangnya.
" umm, kita mau berangkat kapan" ucap Hinata sedikit memiringkan kepalanya yang malah menambah manis wajahnya.
' KAWAIIII' teriak Naruto didalam hati, detak jantung Naruto pun tiba-tiba bertambah 2 kali lipat, dadanya panas, rasanya ingin pingsan saja, halah, dulu Hinata yang pingsan saat ketemu dengan mu Naruto, sekarang malah kau sendiri yang pingsan.
" ehh,,ya..sekarang, ayo Hinata" uca Naruto lalu mengandeng tangan Hinata yang tentu saja membuat sang empu sedikit terkejut "i-iya" ucap Hinata gagap saat tangannya mulai ditarik naruto.
Naruto POV END
Hahh, siang yang tak begitu panas di konoha, memang waktu belum memasuki tengah hari, tapi biasanya jam-jam segini udara sudah mulai panas, ditambah saat ini merupakan pertengahan musim panas, huhh, tapi sepertinya keadaan sedikit berbeda di depan kedai ramen milik paman teuchi.
Dua orang muda-mudi terlihat gugup sembari menunggu pesanan ramen mereka siap, si pria hanya bisa melirik-lirik gadis disamingnya dari ekor matanya, sedangkan si gadis hanya diam dan memainkan jari jemarinya, oh iya tak lupa semburat merah khas miliknya.
Tapi sepertinya dua pasang mata sedang memperhatikan tingkah laku Naruto dan Hinata sambil menyiapkan dua mangkuk ramen, sepertinya mereka sudah tahu apa masalah yang menimpa Naruto pagi tadi.
Naruto sangat tak menyukai kedaaan seperti ini, ia harus keluar dari situasi seperti ini, Naruto mencoba mencari topik pembicaraan yang menarik untuk Hinata.
" ne Hinata, tadi pagi kau belanja banyak sekali, memangnya pelayan dirumahmu tidak ada ya?"
" ahh, tidak juga, aku lebih suka melakukannya sendiri" ucap Hinata sambil menahan semburat merah di wajahnya yang kian lama kian tebal.
' sepertinya Hinata sangat mandiri' batin Naruto sambil memperhatikan Hinata.
" eto..n-Naruto-kun kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Hinata merasa risih saat Naruto memandanginya dengan cara yang aneh.
"ehh..b-bukan begitu..hanya saja aku kagum padamu" ucap Naruto gelagapan.
" ehh, k-kenapa?"
" ya, aku kagum, kau seorang penerus klan hyuuga, tapi kau sangatlah mandiri dan mau melakukan semuanya sendiri, sepertinya kau tipe orang yang tak mau merepotkan orang lain" ucap Naruto panjang lebar.
" umm, b-benarkah, aku kan Cuma berbelanja sendiri saja" ucap Hinata sambil memainkan jarinya.
" tentu saja benar" jawab Naruto.
Tak berapa lama kemudian sepertinya ramen pesanan mereka telah siap.
" ini dia. Dua mangkuk ramen untuk Naruto dan yang satunya lagi untuk 'pacarnya'" ucap ayame nii sambil meletakkan dua mangkuk ramen dihadapan Naruto dan Hinata.
Hinata yang mendengar perkataan ayame nii di bagian 'pacar' langsung terlonjak kaget " e-eh..p-pacar?" gumamnya kaget, Naruto pun juga tak kalah kaget " apa maksutmu ayame nii, kita belum pacaran kok" ucap Naruto gugup.
" tuh kan benar..hihihi, jadi permasalahanmu tadi pagi itu gadis manis ini toh" ucap ayame yang tentu saja langsung membuat wajah Naruto memerah.
" m-maksutnya?" tanya Hinata heran mendengar ayame nii.
" ahh, yasudahlah kalian lanjutkan acara 'pacaran' kalian, aku tak ingin menganggu hehe" ucap ayame lalu pergi.
Hinata yang mendengarnya pun langsung blushing berat sambil menundukkan wajahnya karena malu, sampai akhirnya Naruto menyadarkan Hinata " sudahlah Hinata, jangan pikirkan perkataan ayame nii, ayo kita makan" ucap Naruto lalu mengambil sepasang sumpit.
" i-iya Naruto-kun" ucap Hinata lalu meraih sumpit di depannya.
Waktu terasa berjalan cukup cepat tatkala Naruto dan Hinata tak terasa sudah menghabiskan ramen milik mereka, bahkan Naruto sudah menghabiskan 4 mangkuk besar ramen, tapi sepertinya acara berduaan mereka terganggu oleh seorang berambut musim semi yang secara tiba-tiba memanggil Naruto.
" Naruto!" teriaknya sambil berlari kearah Naruto.
" Sakura-Chan?, ada apa?" ucap Naruto bertanya kearah Sakura yang sekarang tenag berdiri di antara Naruto dan Hinata.
" hoo, ternyata ada Hinata juga disini" ucap Sakura " ne..ne. apa kalian sedang pacaran?" tanya Sakura menggoda.
" b-bukan begitu Sakura-san" ucap Hinata gelagapan.
" iya benar, kita tidak sedang melakukan itu! Ucap Naruto " sebenarnya kau kemari ada apa sih?" tanya Naruto.
" ohh, iya, nanti jam 1 kau disuruh Tsunade shisou untuk menemuinya" ucap Sakura.
" ahh, apa lagi sekarang" gumam Naruto.
" aku tidak tahu" ucap Sakura " yasudah kalau begitu, aku mau pergi dulu takut menganggu acara kalan,,jaa ne Hinata…Naruto" ucap Sakura lalu berlari menjauh.
" huhh, orang itu" gumam Naruto.
" ada apa Naruto-kun?" tanya Hinata sepertinya resah melihat Naruto bergumam sendiri.
" ah tidak Hinata, hanya saja…."
" hanya saja?"
" sepertinya hari ini aku akan berhadapan dengan tetua" ucap Naruto lalu mendongak kan kepalanya " aku harus bersikap bagaimana?" tambah Naruto.
" jadi itu…umm" terlihat Hinata sedang berfikir " Naruto-kun bersikap saja seperti biasa" ucap Hinata.
" kenapa harus begitu?" ucap Naruto menolehkan wajahnya memandang Hinata.
" umm, karena mungkin dengan menunjukkan diri Naruto-kun yang asli mereka akan lebih percaya pada Naruto-kun" ucap hnata " Naruto-kun yang selalu bersemangat, pantang menyerah dan selalu melindungi yang dicintainya" tambah Hinata.
Naruto yang mendengar penuturan Hinata pun hanya bisa melongo, pikirannya kini sudah lebih baikan saat mendengar penjelasan Hinata " arigatou Hinata, dari dulu hanya kau yang bisa meyakinkan perasaan ku" ucap Naruto sambil menunjukkan cengingiran rubahnya.
" umm, sama-sama" ucap Hinata tersenyum manis.
O0O
Setelah makan bersama di kedai, Naruto pun memutuskan mengajak Hinata untuk menuju danau yang terletak tak jauh dari tempat latihan tim-7, mereka sekarang terlihat sedang bergandengan tangan menyusuri jalan ditengah desa, tak dipungkiri lagi berpuluh-puluh pasang mata sedang memperhatikan mereka, yang tentu saja membuat Hinata malu.
" N-Naruto-kun sebenarnya kita mau kemana?" ucap Hinata yang masih ditarik oleh Naruto.
" itu rahasia, hehe" ucap Naruto menengok kearah Hinata dibelakang.
Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai didanau, di tepi danau terlihat Hinata tengah duduk disamping Naruto yang tengah berbaring diatas rumput menikmati kesejukan udara.
" Naruto-kun, tempat ini indah" ucap Hinata.
" ya, saat aku sedang sedih aku selalu kesini" ucap Naruto lalu bangkit dari tidurnya.
"…" Hinata hanya diam menikmati terpaan angin di wajah putihnya, tanpa sadar Naruto mengamatinya dengan deru jantung yang kian tak menentu.
" Naruto-kun..kau tahu aku tak pernah sekalipun kepikiran kita bedua menghabiskan waktu berduaan seperti ini" gumam Hinata.
" kenapa ?"
" karena.. aku tahu itu tak kan mungkin" gumam Hinata lagi.
" kenapa kau berfikir begitu hime?" ucap Naruto.
" e-eh?...n-Naruto-kun tadi memanggil aku apa?" ucap Hinata kaget.
" hime? Kenapa kau berfikir begitu?" jelas Naruto yang tentu saja membuat wajah Hinata merona tatkala mengetahui dirinya dipanggil 'hime' oleh Naruto.
" k-karena aku tahu Naruto-kun tak akan mau mengakuiku, karena Naruto-kun mencintai Sakura-san" ucap Hinata menunduk.
" apa benar?, buktinya sekarang aku mengajakmu" ucap Naruto lembut " Hinata aku mencintaimu" ucap Naruto yang langsung membuat Hinata terlonjak.
"e-eh,..n-na-Naruto-kun tadi.." , " aku mencintaimu Hinata" ulang Naruto memotong perkataan Hinata.
" t-tapi bukankah Naruto-kun mencintai Sakura-san" ucap Hinata gelagapan dengan wajah semerah tomat.
" itu dulu saat aku kecil dan belum mengerti cinta" ucap Naruto lalu meraih tangan Hinata dan mengengamnya " dan sekarang aku telah menemukan arti cinta yang sesungguhnya, yaitu kau hime" tambah Naruto yang sukses membelalaukan mata hinata.
Hinata langsung meneteskan air mata bahagia nya mendengar penuturan Naruto, dia begitu bahagia perasaannya telah tersampaikan, ia sempat pesimis Naruto mau mengakuinya, tapi sepertinya hari ini, detik ini mengubah segala suatu tentang presepsinya.
" Hinata?, kenapa kau menangis?" tanya Naruto membelai pipi lembut Hinata dengan jarinya untuk menghapus air mata Hinata.
" aku bahagia Naruto-kun, aku senang, ini air mata bahagia" ucap Hinata tersipu.
" benarkah?, jadi apa kau mau menjadi kekasihku?" ucap Naruto menatap lekat iris lavender Hinata.
" um, aku mau" ucap Hinata mengangguk semangat.
GREBB! Dan tiba-tiba Naruto langsung memeluk tubuh Hinata.
" arigatou Hinata..." gumam Naruto didekat telinga Hinata.

To Be Continued...

Naruto Love Story [MISS YOU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang