" sebenarnya apa motifmu menculik kekasihku?" tanya Naruto to the point, ia sungguh sangat penasaran dengan orang didepan-nya ini , apa Hinata-nya sebegitu cantik dan manisnya sampai orang didepan-nya ini bisa kehilangan akal, namun Naruto sendiri juga mengakui sih, kalau Hinata memang sangat cantik dan manis "hei! pandang aku saat aku berbicara denganmu!" bentak Naruto berusaha sesabar mungkin.
Berusaha mengumpulkan keberanian didalam dirinya, Yuri berusaha mendongak-kan kepalanya dan mencoba menatap sang Hokage, ia bahkan sudah membayangkan wajah marah Hokage-nya, namun pemikirannya salah besar, ia terkaget-kaget lantaran mendapati sang Hokage sedang tersenyum tipis kearah-nya, tak ada kebencian disana ada apa dengannya! Batin Yuri, ia bingung dengan Hokage-nya, seharusnya ia sudah dihajar-nya dari awal bertemu.
" kau bahkan sampai tega membunuh orang dan memalsukan kematian kekasihku….. apa Hinata sebegitu cantiknya kah sampai kau langsung menjadi orang gila seperti itu?" tanya sang Hokage memangku kaki kirinya sambil masih menatap kearah Yuri " jelaskan padaku"
Yuri hanya diam saja dan tanpa menjawab pertanyaan Naruto, wajahnya datar, ia berusaha sekuat mungkin menahan semua ketakutan didalam dirinya.
" seharusnya kalau kau memang jatuh hati dengan kekasihku…..paling tidak kita kan bisa bersaing secara sehat….. tidak dengan menyiksanya dengan terus-terusan menyuntikkan obat itu!" ucap Naruto sekarang dengan nada tegas " sudah berapa kali kau menyuntikkan obat itu?" tanya Naruto lalu berdiri dan berjalan kearah belakang Yuri lagi.
"12 kali" ucap Yuri akhirnya membuka mulutnya "tenang saja…obat itu tak mempunyai efek samping" jelas Yuri sambil menundukkan kepalanya.
Sementara itu Naruto yang mendengar kekasihnya sudah diperlakukan seperti itu pun berusaha menahan amarahnya, mati-matian dia berusaha tak menggerakkan tangannya hanya untuk membuat rasengan untuk digunakannya menghantam kepala Yuri "sebanyak itukah?...emmm..12 kali!" , dan sekarang suara sang Hokage berubah parau.
" Yuri! Kau menculik Hinata dariku, menyembunyikannya selama '1 tahun' dirumahmu sendiri, dan menyuntikkan obat sialan itu pada kekasihku!" gumam sang Hokage lalu melangkah lagi menuju tempat duduknya lalu dudu lagi " berat rasanya membuat diriku sendiri tak menghajarmu sampai mati!"
Yuri tetap diam seribu bahasa, dia hanya menunduk memandangi kakinya sendiri, raut mukanya datar, tanpa menunjukkan ekspresi apa-apa.
" apa kau menikmatinya?"
Dan sukses pertanyaan dari sang Hokage membuat Yuri mendongakkan kepalanya, ia menatap sang Hokage heran.
"hei..kenapa kau menatapku seperti itu?" Ucap Naruto "aku Cuma bertanya seperti itu…..kau sudah menyembunyikannya dariku…kau pasti pernah menidurinya bukan?" tanya Naruto sambil menatap kearah jam dinging .
" apa maksut anda?" tanya Yuri dengan tegas nan penuh amarah " saya tidak membawa Hinata hanya untuk masalah seperti itu! Dan saya juga bukanlah orang yang…" , " sudahlah! Dia menganggapmu sebagai suaminya… mudah bagimu melakukan itu dengan Hinata bukan?" kalimat Yuri pun tiba-tiba dipotong oleh Naruto, dan sekarang terlihat Naruto menatapnya dengan aura kebencian yang sangat kuat.
" anda salah Hokage-sama" ucap Yuri berusaha sekuat mungkin menatap mata sang Hokage "walaupun Hinata menggangap saya sebagai suaminya! Namun entah kenapa dia selalu menolakku setiap kita akan melakukan hal seperti itu….dan saya pun juga tak lantas memakasanya seperti seorang maniak!"
" heh…..benarkah itu?" tanya Naruto meremehkan " aku meragukan itu…. Selama satu tahun dan kau hanya diam saja…?"
" terserah anda percaya dengan saya atau tidak Hokage-sama!" ucap Yuri masih dengan tatapan seriusnya " saya tertarik dengan Hinata, bukanlah dari tubuhnya atau kecantikannya, namun karena kebaikan-nya!" ucap Yuri lalu menundukkan kepalanya lagi.
" dia memang seorang wanita yang kuat" gumam Naruto " seorang wanita secantik Hinata ditambah dengan kebaikan hatinya, mungkin hanya dialah yang sifat seperti itu"
Yuri yang tiba-tiba mendengar gumaman Naruto pun kembali mendongakkan kepalanya apa maksutnya? Batin Yuri menatap sosok Naruto terlihat mendongakkan kepalanya keatas
" kuharap kau berkata jujur" gumam Naruto lalu menatap Yuri dengan tersenyum .
" kau datang kesini hanya untuk menanyakan hal itu?" tanya Yuri heran dengan sang Hokage.
" kuharap kau sudah menyesali perbuatanmu dan tak mengulanginya lagi" ucap Naruto beranjak dari duduknya lalu berbalik.
CKLEK suara pintu dibuka oleh sang Hokage
" bagaimana Hokage-sama?" tanya Ibiki ssesaat setelah Naruto menutup pintu raung interogasi.
" Selanjutnya kuserahkan padamu" ucap sang Hokage lalu melangkahkan kakinya menuju salah satu kursi diruangan tersebut unduk duduk.
" Baiklah Hokage-sama!" Naruto lalu beranjak dari duduknya " aku pulang dulu"
O0O
Lima jam telah berlalu seharusnya dia sudah pulang sekarang batin sang bunshin yang tengah tiduran disofa.
CKLEK.. pintu terbuka
"kau ternyata" ucap sang bunshin yang menyadari dirinya yang aslilah yan membuka pintu itu "bagaimana kondisinya? Apa dia sudah bangun?" tanya Naruto bertubi-tubi sesaat setelah menutup pintu, pandangannya langsung tertuju kearah Hinata yang masih tertidur pulas Hinata sudah seperti putri tidur saja gumamnya sambil berjalan mendekat kearah Hinata.
" belum…. Dia masih tertidur" ucap sang bunshin sambil tetap tiduran lalu POFF, si bunshin menghilang ditengah kepulan asap putih.
"hime…. Bangun…." Naruto yang kini tengah terduduk disamping ranjang,ia merasa sekarang saatnya lah kekasihnya harus bangun, dia harus makan bukan, dielusnya pipi pualam gadisnya yang masih tertidur pulas dengan jari jemarinya, lembut gumamnya merasakan betapa lembutnya pipi itu "hime…bangunlah..kau sudah tidur selama 7 jam" ucap Naruto sambil menyibakkan poni rata Hinata, lalu mencium kening itu dengan penuh kasih sayang, dan saat itulah Hinata mulai terbangun dari alam bawah sadarnya.
"ennghh" lenguh Hinata, tangannya pun mulai terangkat berusaha menggapai matanya yang terasa lengket, "Naruto-kun?" gumam Hinata sambil mengosok-gosok kedua matanya dengan pungung telapak tangannya.
CUP
didaratkannya lagi ciuman penuh kasih itu didahi sang gadis yang masih terbaring " bangunlah…kau sudah tidur selama 7 jam…kau tak lapar?" tanya Naruto mengelus surai indigo Hinata yang sekarang semakin panjang.
" a-aku tidak lapar" gumam Hinata berusaha bangkit dari tidurnya .
" sudahlah…walaupun kau tidak lapar..tapi kau harus makan" ucap Naruto sambil memijit kaki sang gadis " tapi kau harus mandi dulu..ini pakaian gantimu" uca Naruto memberikan sebuah kimono berwarna lavender kepada Hinata.
" e-ehh...i-ini?" tanya Hinata sedikit heran saat melihat kimono yang sepertinya baru saja dibelikan oleh Naruto .
" apa kau suka? Semoga warna kesukaanmu tetap lavender" ucap Naruto sedikit tersenyum simpul.
" u-umm…a-aku suka" ucap Hinata memperhatikan kimono lavender yang sekarang telah berpindah tangan kepadanya "a-arigatou Naruto-kun" gumam Hinata menunduk berusaha menyembunyikan rona merahnya .
" apa kepalamu masih sakit?" tanya Naruto kepada Hinata " tadi ANBU yang mengantarkanmu memberitahuku kalau kau selalu memegangi kepalamu"
" k-kurasa tidak…. H-hanya sedikit terasa kaku di tenguk" ucap Hinata memegangi lehernya " N-naruto-kun tidak pergi ke kantor Hokage?"
" aku sudah pulang hime… kau tidur terlalu lama…. Coba kau lihat jam berapa sekarang" ucap Naruto dengan lembut sambil menunjuk kearah jam dinding berwarna lavender hadiah dari Hinata 1 tahun yang lalu, disana terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.
" g-gomenne Naruto-kun..a-aku tidur terlalu lama" ucap Hinata merasa bersalah.
" harus ku akui… kau memang seperti putri tidur hihi" ucap Naruto cengingiran " yasudah..sekarang mandi lalu kita akan makan bersama…oke"
" umm" Hinata mengangguk.
Lama Naruto menunggu Hinata yang tengah mandi, dipandanginya semangkuk bubur yang tadi ia beli saat perjalanan pulang, terlihat kepulan asap itu, tanda bubur itu masih hangat, sesekali ia tersenyum-senyum sendiri saat mendengar gemericik air dari arah kamar mandi, sempat ia berfikir untuk bergabung dengan gadisnya, namun, pemikiran menum itu cepat-cepat ia tendang jauh-jauh dari alam pikirannya , Hinata baru saja kembali, ia harus menunggu saat-saat yang tepat.
Tak lama kemudian CKLEK pintu kamar mandi itu pun terbuka dan menampakkan sesosok gadis berambut indigo sepantat ternyata rambut Hinata sudah sepanjang itu gumamnya terpesona dengan kecantikan gadisnya yang sepertinya tak pudar sedikit pun, dipandanginya gadis itu lekat-lekat,cara dia melangkah…cara dia mengeringkan rambut itu…dan cara dia tersenyum, tak disadari Naruto, Hinata merasa risih diperhatikan seperti itu.
"Naruto-kun? Kenapa kau melamun?" tanya Hinata yang kini tengah berjalan kearah meja makan untuk menghampiri Naruto, Hinata telah mengenakan kimono lavender pembelian Naruto, sungguh, pakaian itu sangat cocok dan Hinata menjadi sangat anggun.
Naruto langsung tersentak saat Hinata memergoki perbuatannya "hime…" gumam Naruto dengan pandangan yang seakan tak bisa lepas dari wajah manis gadisnya.
" Naruto-kun kenapa?" tanya Hinata yang sekarang sudah terduduk disamping Naruto, aroma lavender itu pun langsung menyeruak kedalam indra penciuman Naruto, sungguh seperti aroma relaksasi, dipejamkannya mata beririskan spahire itu mencoba menangkap setiap ketenangan yang terpancar dari aroma tubuh sang kekasih.
Hinata sungguh heran dengan perilaku Naruto Naruto-kun kenapa sih? batin Hinata pada dirinya sendiri, dilihatnya Naruto sedang memejamkan matanya sambil sesekali mengambil nafas panjang, semakin penasaran dengan apa yang telah dilakukan Naruto, Hinata pun mencoba bertanya kembali "Naruto-kun kau sedang apa?" tanya Hinata sambil memiringkan kepalanya tanda penasaran.
Dan seketika itu pula sang sapphire lalu menunjukkan keindahannya "huhh…aromamu sungguh menenangkan hime.." gumam Naruto menatap sang gadis dengan tatapan seolah siap memakannya kapan saja .
"e-eh!" pekik Hinata dengan wajah yang sangat memerah saat mendengar gumaman Naruto. Ya walaupun gumaman Naruto terdengar cukup pelan, namun masih terdengar jelas ditelinga Hinata.
" ahh iya hampir lupa" ucap Naruto lalu meraih sendok disamping mangkuk bubur, lalu diambilnya sesendok bubur, ia berniat untuk menyuapi gadisnya "hime…buka mulutmu..aaa" gumam Naruto seolah mengabaikan wajah hinata yang semerah tomat.
" N-naruto-kun…aku bisa makan sendiri!" pekik Hinata menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, sungguh ia sangat malu sekarang .
" ssstt…kalau kau tidak mau makan….aku yang akan memakanmu…" ucap Naruto dengan senyuman penuh kemesuman, dan BLUSH! Seketika itu pula wajah Hinata bertambah memerah "ayo buka mulutmu…aak".
" b-baiklah" ucap Hinata lalu mengizinkan sesendok penuh bubur itu masuk melewati bibir tipisnya "nahh…enak kan?" tanya Naruto mengambil sesendok lagi bubur dari dalam mangkuk, sementara Hinata berusaha menahan dirinya agar tidak pingsan.
5 menit kemudian, Hinata telah menghabiskan bubur yang disuapkan oleh Naruto, tangan mungil itu berniat mengusap sisa bubur yang menempel di sudut bibirnya, namun sepertinya ia harus menelan ludahnya sendiri lantaran tangan Naruto tiba-tiba menahan tangannya "hime… itu bagianku" ucap Naruto tersenyum penuh arti sambil tetap menahan tangan Hinata.
" b-bagian Naruto-kun?" tanya Hinata gelagapan.
" ya… aku ingin mencicipinya" Naruto mendekatkan wajahnya didepan wajah Hinata yang kembali memerah GLUP! Hinata sudah tak mampu berbuat apa-apa " hime…." gumam Naruto, dan sedetik kemudian, terdengar desahan Hinata menahan nikmat saat bibir Naruto menyapu bibirnya dan sesekali mengulumnya "umm..gurih" gumam Naruto melepaskan kulumannya.
"Naruto-kun~" ucap Hinata menunduk sangat malu, dan tingkah laku Hinata pun langsung disambut gelak tawa Naruto "hahaha….kau ini.." ucap Naruto mengusap puncak kepala Hinata, lalu berdiri dan membawa mangkuk yang kini telah kosong untuk dicucinya.
" Naruto-kun mau dibawa kemana mangkuk itu?" tanya Hinata menghentikan langkah Naruto "biar aku saja yang mencucinya".
Naruto hanya menjawabnya dengan senyuman lalu melanjutkan langkahnya, Hinata yang melihatnya pun hanya menatap heran kekasihnya itu, dihati kecilnya ia merasa senang yokatta..naruto-kun sepertinya masih mencintaiku gumam Hinata, dan seulas senyumpun terpatri di wajah polosnya.
O0O
Setelah sekian jam bertahtah di puncak kejayaannya, sang mentari pun akhirnya harus rela menyerahkan tugasnya menyinari sang bumi kepada sang rembulan, perlahan sang mentari beringsut meninggalkan singgasananya, burung-burung pun beterbangan menghiasi langit orange itu, berniat kembali ke rumah mereka masing-masing setelah berkelana seharian, suasana sore yang nyaman dan tenang.
Waktu menunjukkan jam 4 sore didesa Konoha, para warga desa pun mulai berangsur-angsur kembali ke kediamannya setelah melakukan kegiatannya masing-masing.
Menikmati indahnya sore di balkon apartemennya , terlihat seorang pemuda pirang tengah berdiri memeluk seorang gadis berambut indigo panjang yang terlihat mengenakan kimono sewarna sepasang alat pandangnya, ya lavender.
Sang gadis menutup matanya mencoba menikmati setiap sapuan snag pria di tengkuknya, memberikan rasa geli sekaligus nikmat menjalar diseluruh tubuhnya "hime…" gumam sang pria dengan wajah yang ia benamkan dirambut kekasihnya " aku sangat merindukanm...u"
" Naruto-kun" gumam sang gadis sambil memejamkan matanya, "aku juga merindukan Naruto-kun" dan seketika itu pula pelukan Naruto terasa lebih kencang, memaksa kelopak mata yang tengah menyembunyikan manik lavender itu terbuka .
" kenapa kau begitu jahat padaku?" gumam Naruto menghirup aroma shampoo di surai indigo Hinata " apa alasanmu meninggalkanku?"
" gomenne Naruto-kun~" gumam Hinata lirih, tapi Naruto masih bisa mendengarnya " aku tak mau merepotkan Naruto-kun"
" ahh kau ini… kau membuatku menjadi seperti seorang pria yang paling tidak berguna" gumam Naruto " apa artinya menyandang gelar kage jika melindungi kekasihnya saja tidak bisa"
Dan sedetik kemudian, hembusan angin pun menerpa Naruto dan Hinata yang masih saling berpelukan, surai indigo itu melambai-lambai mengikuti arah angin sore yang menerpannya, mencoba mencari ketenangan disana, dipejamkan kembali mata lavender itu, menerima terpaan angin yang mengenai wajah putih nan polos "hah" gumam sang gadis .
" maaf telah mengecewakan Naruto-kun…." Gumam Hinata " aku telah melakukan kesalahan besar"
Naruto meresapi setiap aroma yang keluar dari tubuh kekasihnya, menenangkan, semua nya begitu membuatnya tenang, walaupun tak dipungirinya didalam hatinya ada sesuatu yang masih mengganjal, namun sepertinya semua itu sedikit terlupakan karena seorang gadis didalam pelukannya "huhh…kau memang gadis keras kepala"
"hime…" gumam Naruto meletakkan dagunya dibahu sang gadis " karena aku tak mau kehilanganmu lagi…minggu depan…aku akan menjadikanmu seorang Uzumaki" gumam Naruto lalu mengecup leher Hinata
" bukankah terlalu terburu-buru Naruto-kun?" tanya Hinata membelai surai kuning Naruto, tak diketahui naruto, wajah hinata sudah sangat memerah.
" tidak ada yang terburu-buru hime… " gumam Naruto " aku tak mau kehilangan milikku yang paling berharga untuk kedua kalinya lagi" Naruto mengeratkan pelukannya.
BLUSH! Wajah Hinata pun langsung merona sangat merah mendengar Naruto berkata seperti itu .
Tak terasa, kemesaraan mereka berdua pun harus berakhir karena sang mentari ternyata telah sepenuhnya menghilangkan cahaya terangnya, dan digantikan oleh rembulan yang sudah bertahta diatas sana, desiran angin pun semakin bertambah dingin, membuat tubuh Hinata kedinginan, karena kulit seputih saljunya terkena terpaan angin malam "Naruto-kun! Dingin..Brr!" gumam Hinata, Naruto yang masih tetap setia memeluk gadisnya pun mengerti dengan keadaan sekitar yang berubah menjadi sangat dingin.
Tak meminta izin sang gadis, tiba-tiba Naruto langsung menyusupkan lengannya dilipatan lutut sang gadis dan membopong sang gadis dengan gaya bridal style "aaaa!" pekik Hinata saat tiba-tiba tubuhnya terangkat.
" dingin hemm?" tanya Naruto memandangi wajah polos Hinata " mau kuhangatkan hime?"
" Naruto-kun~" gumam sang gadis merona merah, dihangatkan Naruto-kun? Batin Hinata.
" kurasa tubuhmu sudah pulih sepenuhnya…" ucap Naruto sambil melangkah menuju kedalam apartemennya dan BLAM pintu itu tertutup dengan sedikit keras "jadi….aku ingin mengetesmu..hehe…apa kau masih sekuat dulu" ucap Naruto membaringkan tubuh Hinata diatas ranjangnya , Hinata hanya menatap naruto seakan mengiyakan apa yang akan dilakukan sang kekasih "hime… wajahmu memerah lagi"..To Be Continued….
KAMU SEDANG MEMBACA
Naruto Love Story [MISS YOU]
FanficCerita cinta dari anime Naruto Shipuddent Tokoh utama: NARUTO UZUMAKI HINATA HYUGA