Part 3

397 17 0
                                    

Memang masih pagi, tapi sepertinya sang Hokage desa konoha sudah dibuat kerepotan oleh para tetua, betapa tidak, waktu baru menunjukkan pukul setengah 7 pagi, tapi para tetua ngotot untuk bertemu dengan nya, Alhasil sekarang sang Hokage tengah berjalan gontai menuju ruang tetua yang berada tak jauh dari ruang Hokage, disampingnya juga terdapat Shikamaru sebagai sekertarisnya.
"hoei Shikamaru, sebenarnya apa yang mau dibicarakan para tetua" ucap Naruto dengan nada malas sambil berjalan membungkukkan badannya.
"kenapa kau bertanya padaku, kau membosankan sekali" ucap Shikamaru sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celanannya.
"dasar kau Shikamaru, berhentilah mengucapkan kata membosankan,membosankan,membosankan" ucap Naruto " itu membuatku semakin frustrasi" lanjut Naruto, Dan sepertinya mereka berdua telah sampai di depan ruang tetua, Naruto pun langsung mengetuk pintu didepannya lalu disahut teriakan kecil " masuk!" dari dalam ruangan tersebut, Naruto dan Shikamaru pun masuk kedalam ruang tersebut
hanya beberapa menit mereka berada didalam, tapi sepertinya pertemuan singkat dengan tetua membuat Naruto semakin gusar, Naruto terlihat berjalan gontai menuju ke ruangan Hokage.
" hei Shikamaru!, kenapa mereka itu seperti selalu saja merepotkan ku" ucap Naruto dengan nada malas " hanya karena tak puas dengan beberapa laporan, sampai memanggilku pagi-pagi sekali" lanjut Naruto.
" itu kan laporan penting untuk Kazekage Naruto! , pantas saja kau dipanggilnya" ucap Shikamaru lalu menyusul Naruto yang kini telah masuk kedalam ruangan Hokage.
Naruto berjalan gontai kearah kursinya lalu duduk "dasar tetua menyebalkan" gumam Naruto sambil mendongkak kan kepalanya.
Gryuuuk! Suara perut Naruto
" Aku tadi lupa sarapan" gumam Naruto, lalu menoleh kearah Shikamaru yang tengah meneliti beberapa lembar laporan yang diberikan oleh tetua tadi " Shikamaru apa kau lapar?" Tanya Naruto menyita perhatian Shikamaru.
" Tidak… memangnya kenapa?" Tanya Shikamaru.
" Ayo pergi ke kedai Yakiniku! Aku lapar" ucap Naruto memegangi perutnya yang semakin meronta.
" Aku tidak lapar Naruto-sama, kau pergi sendiri saja" ucap Shikamaru meledek Naruto lalu meletakkan laporan ditangannya diatas meja lalu berjalan keluar.
" hei..hei Shikamaru kau mau kemana?" Tanya Naruto " Aku pergi dulu" ucap Shikamaru lalu menghilang dibalik pintu.
GRYYUUKK! Suara pertu Naruto semakin kencang
" Arrgghh…sial.. aku sudah tak bisa menahannya lagi" ucap Naruto lalu berdiri dan berjalan cepat menuju pintu untuk keluar mencari makanan, tapi sepertinya niatan nya membeli ramen di kedai paman teuchi pun hilang saat mendapati kekasihnya datang membawa beberapa kotak makanan.
" n-naruto-kun mau kemana?" Tanya Hinata saat berpapasan dengan Naruto diambang pintu.
" Ahh..hime, tadi aku mau keluar mencari makanan, tapi kau malah datang.. ya sudah tidak jadi" ucap Naruto menggaruk bagian belakang kepalanya.
" Naruto-kun lapar ya? Ini ku bawakan ramen kesukaan Naruto-kun untuk sarapan" ucap Hinata menunjukkan isi tas jinjing-nya.
" wuaahh…pasti lezat..ayo hime!" ucap Naruto menarik lengan Hinata menuju meja Hokage.
" n-Naruto-kun pelan-pelan" ucap Hinata yang hampir saja jatuh saat tiba-tiba tangannya ditarik Naruto.
" ummmm..oishi..!" ucap Naruto dengan mulut penuh ramen.
" Naruto-kun makan-nya pelan-pelan" ucap Hinata yang juga makan ramen disamping Naruto.
SRRUUUPTT
"ahh enaknya" ucap Naruto setelah menyeruput kuah ramen miliknya , disampingnya, Hinata sepertinya masih belum selesai memakan ramen bagiannya, pandangan mata Naruto terus menatapi wajah Hinata yang sedang melahap ramennya sedikit demi sedikit, terlihat beberapa kali bibir Hinata meniup-niup kuah ramen yang masih panas, semua itu membuat Naruto semakin gemas ' kau memang gadis termanis didunia' batin Naruto.
" Naruto-kun!~ jangan memandangiku terus" ucap Hinata menghentikan acara makan-nya.
" memangnya kenapa, aku suka memandangimu….kau terlihat manis saat sedang makan" ucap Naruto masih tetap memperhatikan Hinata sambil menyangga kepalanya diatas meja.
" t-tapi kan aku malu Naruto-kun!" ucap Hinata dengan wajah merona merah.
" kenapa harus malu.. sudah lanjutkan saja makanmu…atau mau kusuapi?" Tanya Naruto dengan wajah jahil.
" e-ehh, ti-tidak aku bisa makan sendiri kok Naruto-kun" ucap Hinata lalu melanjutan kembali memakan ramen miliknya.
O0O
" kau mau pulang sekarang?" tanya Naruto kepada Hinata yang tengah merapikan kotak makanan mereka yang telah kosong.
" iya , aku harus kembali untuk latihan bersama Tou-san, dan juga Naruto-kun kan harus mengerjakan laporan ini bukan?" ucap Hinata lalu mengangkat tas jinjingnya untuk segera pulang.
" t-tapi aku masih ingin bersamamu" ucap Naruto memelas " tidak Naruto-kun, aku harus kembali, nanti Tou-san marah" ucap Hinata meletakkan kembali tas jinjingnya dan menghampiri Naruto yang terlihat lesu terduduk di kursi nya.
Hinata tak tega melihat wajah lesu kekasihnya itu, ia sepertinya sedang memikirkan cara terbaik untuk membuat Naruto merelakan dirinya pergi " Naruto-kun boleh melakukan apapun nanti malam denganku asal Naruto-kun membiarkanku pergi berlatih bersama Tou-san " ucap Hinata mendekat dan berjongkok didepan Naruto mencoba menatap sapphire Naruto yang tertunduk.
" tapi kita kan memang selalu melakukan itu setiap malam hime" ucap Naruto melengos.
" kalau begitu Naruto-kun boleh meminta apa saja dariku, asal aku boleh pergi" ucapan Hinata pun sukses membuat Naruto kembali bersemangat " benarkah?" ucap Naruto bersemangat 'ya ampun! apa yang kukatakan!' batin Hinata merutuki perkataannya, Hinata menyesal, semoga saja Naruto tak meminta yang aneh-aneh.
" hime?" tanya Naruto mengelus pipi Hinata dengan jemarinya " e-eh..i-iya" ucap Hinata gelagapan, wajahnya merona merah membayangkan permintaan apa yang akan Naruto layangkan padanya.
" umm..kalau begitu aku ingin ini" ucap Naruto menyentuhkan jari telunjuknya di bibir tipis Hinata 'hahh..yokatta untung Cuma ciuman' batin Hinata.
" b-baiklah, asal setelah ini aku boleh pergi kan?" tanya Hinata " ya, setelah ini kau boleh pergi kok hime" ucap Naruto dengan seringaian rubah, "kesinilah" ucap Naruto menepuk kedua pahanya menyuruh Hinata untuk duduk disana.
" e-eh kenapa harus disana?" ucap Hinata heran lalu berdiri.
" aku Cuma ingin memangkumu" ucap Naruto lalu menarik lengan Hinata, sontak Hinata pun langsung terjatuh kedalam pangkuan Naruto, sepertinya pikiran Naruto berubah, ia sekarang tak menginginkan sebuah ciuman, dilingkarkannya lengan kuat nya dipingang gadisnya untuk menahannya supaya tak pergi, semakin erat pelukan Naruto.
" n-Naruto-kun katanya.." , " aku berubah pikiran, aku ingin terus bersamamu saja" ucap Naruto membenamkan wajahnya ditengkuk Hinata, dihirupnya aroma rambut kekasihnya itu.
" n-naruto-kun lepas.. aku harus pergi" ucap Hinata mencoba melepas sepasang lengan kekar yang melingkari pinggulnya.
" hime… aku ingin terus memelukmu" ucap Naruto mengecup cuping Hinata " akhh…n-Naruto-kun jangan menciumiku terus" ucap Hinata merasa geli.
" memangnya kenapa?" ucap Naruto menciumi leher Hinata " akkhh..n-Naruto-kun geli!" ucap Hinata menahan geli disekitar lehernya "
" Naruto-kun! Aku harus pergi! Lepaskan lenganmu!" ucap Hinata memberontak, tangannya berusaha melepas lengan Naruto yang masih tetap setia mengikatnya dipangkuan Naruto " kau harus disini sampai aku pulang" ucap Naruto mengeratkan pelukannya.
" lalu bagaimana dengan Tou-san?, aku tak mau mengecewakannya! " ucap Hinata " bilang saja tidak jadi, kau harus disini, ini misi" ucap Naruto membenamkan wajahnya dirambut indigo panjang Hinata.
" misi?, t-tapi bagaimana aku memberitahu Tou-san?, aku harus kesana Naruto-kun" ucap Hinata sambil menahan geli saat lidah Naruto menyapu lehernya.
" ssstt..biar bunshinku yang melakukannya" ucap Naruto lalu.
"KAGEBUNSHIN NO JUTSU!" ucapnya lalu muncul bunshin Naruto disamping Naruto dan Hinata, lalu bunshin Naruto itu menggunakan jurus "HENGE" dan berubahlah dia menjadi Hinata.
" nah, sekarang beres kan" ucap Naruto menyeringai disamping telinga Hinata.
" t-tapi.. " , " sstt…hime-sama, diamlah" ucap Naruto semakin mengeratkan pelukannya yang sempat mengendor saat menggunakan jutsu tadi.
" l-lalu bagaimana dengan laporan-laporan itu" tanya Hinata menunjuk setumpuk laporan.
" tenang saja, itu sudah selesai semua, hari ini tak ada laporan apapun untuk dikerjakan" ucap Naruto meletakkan dagunya dibahu Hinata.
" hime… aku ingin segera memilikimu" gumam Naruto didekat telinga Hinata.
" Naruto-kun kan memang sudah memilikiku" ucap Hinata lalu merelekskan tubuhnya dipelukan Naruto.
" bukan itu maksutku, aku…ingin memilikimu seutuhnya" gumam Naruto lalu mencium cuping Hinata lagi.
" kalau begitu kapan Naruto-kun mendatangi Tou-san?" tanya Hinata sedikit menoleh kearah Naruto " emm..mungkin besok atau lusa" ucap Naruto.
" tidak bisa Naruto-kun, besok sampai minggu depan Tou-san dan aku akan pergi ke suna" ucap Hinata mengagetkan Naruto " APA? Lalu kenapa kau tak memberitahuku tadi, untung kau kutahan disini" ucap Naruto kaget.
" yaa. Kufikir akan lebih baik bila memberitahu Naruto-kun besok saja" ucap Hinata membenahi posisinya.
"kau tak boleh pergi! Kau harus tetap disini" ucap Naruto memerintah.
" Naruto-kun tak boleh egois, aku hanya pergi seminggu, itupun untuk kepentingan klan" ucap Hinata membelai pipi tan Naruto berusaha meyakinkan kekasihnya.
" tetap saja.." ucap Naruto " kau tahu bagaimana perasaanku saat kau meninggalkanku selama 2 bulan dulu" lanjut Naruto sambil bermain-main dengan surai Hinata " aku tak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam kau tahu"
" iya aku tahu Naruto-kun, tapi ini mau tak mau aku harus pergi besok, kau tahu kan Tou-san ku tak akan mengizinkanku untuk tetap tinggal walaupun itu adalah misi yang kau berikan untukku" ucap Hinata menjelaskan kepada Naruto " kalau begitu aku yang akan ikut denganmu, sekalian mengunjungi Gaara"
" kau Hokage Naruto-kun, kau harus tetap tinggal" ucap Hinata lalu mencoba berbalik dan menatap iris sapphire Naruto " Naruto-kun jangan seperti itu, itu malah membuatku sedih disepanjang perjalanan nantinya" ucap Hinata lalu...
CUP Mencium bibir Naruto dengan lebut
Naruto yang menerima itu pun langsung kaget dan merona 'Hinata menciumku?' gumamnya tak percaya "nah, bagaimana sekarang?" tanya Hinata pada Naruto yang masih mematung.
" umm..e-eto..baiklah…. tapi aku akan menugaskan 1 team ANBU untuk menjagamu" ucap Naruto menatap iris lavender tepat dihadapannya.
"untuk apa Naruto-kun, ayahku sendiri sudah cukup kuat kalau hanya untuk melindungiku, dan juga aku tak selemah yang Naruto-kun kira"
" bukan itu maksutku, hanya saja..aku ingin berjaga-jaga.." ucap Naruto, " yaa..hime…. mereka hanya akan menjagamu dari jauh" ucap Naruto mencoba membujuk Hinata.
" baiklah, kalau itu yang Naruto-kun mau" ucap Hinata berbalik dan merelekskan diri kembali diatas pangkuan Naruto.
" dan sekarang aku ingin menghabiskan waktu bersamamu sampai besok pagi" ucap Naruto berdiri dan membopong tubuh Hinata.
" aaaa" ucap Hinata kaget " n-Naruto-kun kita mau kemana?" tanya Hinata bingung saat tubuhnya dibopong Naruto pergi.
" tenanglah, aku Cuma ingin membawamu ke apartemenku…. aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu!" ucap Naruto tersenyum penuh arti " kau mau kan hime?" tanya Naruto memandang lembut kearah wajah Hinata.
" apapun untuk Naruto-kun" ucap Hinata dengan wajah yang merona merah, dan mereka pun langsung menghilang meninggalkan ruang Hokage.
Tak diKetahui Naruto, seorang ANBU tengah memperhatikan kegiatan mereka dari kejauhan.
O0O
" hime ini kan baru jam 4…" ucap Naruto menahan Hinata yang akan beranjak pergi dari atas ranjang berniat untuk pulang.
" Naruto-kun kita sudah bermain semalaman, aku harus pulang dan mempersiapkan bekal untuk perjalanan nanti" ucap Hinata lalu memakai pakaiannya yang bercecer dilantai apatemen Naruto, dipungutinya satu persatu dari lantai.
" ayam pun bahkan belum berkokok, satu jam lagi yaa" ucap Naruto menahan tangan Hinata.
" Naruto-kun cukup… tou-san bisa marah besar jika aku terlambat" ucap Hinata yang sekarang tengah memakai jaketnya lalu sepatu ninjanya.
" hahh~" ucap Naruto kecewa " tapi paling tidak, masak-kan aku ramenmu dulu" ucap Naruto melingkarkan lengannya dileher Hinata.
" baiklah, tapi Naruto-kun mandi dulu sana" ucap Hinata melepaskan lengan Naruto.
" hai…haik…~ " ucap Naruto lalu turun dari ranjang dan pergi menuju kearah kamar mandi dengan langkah gontai.
Sementara itu Hinata yang telah berpakaian lengkap ala ninjanya pun langsung bergegas menuju dapur dan langsung membuka kulkas " untung masih ada ramen instan dan sedikit sayuran sama telur" gumam Hinata lalu mengambil sebutir telur dan beberapa helai sayuran untuk membuat ramen, Hinata pun berjalan kearah kompor lalu menghidupkannya dan mulai meracik bumbunya sendiri, Hinata tak mau menggunakan bumbu bawaan ramen instan, menurutnya bumbu itu terlalu standar, beberapa menit kemudian, aroma harum ramen pun sudah menyeruak memenuhi ruangan dapur tempat Hinata memasak.
" akhirnya" gumamnya lalu membawa semangkuk besar ramen kearah meja makan.
"fufufu" gumam Naruto keluar dari kamar mandi hanya dengan celana pendeknya, serta handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.
" n-Naruto-kun" ucap Hinata tergagap saat tiba-tiba melihat Naruto keluar dari kamar mandi.
" cepat sekali kau memasaknya hime" ucap Naruto menghirup aroma ramen diatas meja didepannya, sekarang, Naruto tengah berdiri disamping Hinata yang masih menghias ramennya dengan beberapa potong sayuran.
" nah Naruto-kun bisa bisa makan sekarang" ucap Hinata lalu duduk di kursi meja makan.
" mana bagianmu hime?" tanya Naruto lalu mengikuti duduk dikursi disamping Hinata.
" umm..aku tidak lapar, jadi Naruto-kun saja yang makan" ucap Hinata lembut.
" ahh kau ini, kalau begini aku tak mau" ucap Naruto menyilangkan lengannya.
" e-eeeh..k-kenapa Naruto-kun tak mau makan?" ucap Hinata heran melihat tingkah Naruto.
" kalau kau tak makan, aku juga tidak" ucap Naruto " t-tapi aku hanya membuat satu mangkuk" ucap Hinata.
" kalau begitu ramen ini kita makan berdua saja" ucap Naruto bersemangat.
" umm..kalau begitu baiklah" ucap Hinata mengambil sumit dan mendekat kearah Naruto untuk memakan ramen buatannya bersama Naruto.
O0O
Mentari sudah mulai menampakkan diri, memberikan berjuta semangat dengan sinarnya yang menghangatkan, termasuk didesa Konohagakure, pagi itu seperti biasa, kegiatan pasar dan para warga yang berjalan keluar hanya untuk menghirup udara segar, tapi nampaknya terjadi sesuatu yang berbeda dipagi ini, terdapat beberapa orang yang sedang berkumpul di depan gerbang desa, dan salah satunya terlihat mengenakan pakaian berupa jubah merah bermotif api hitam diujung bawahnya sedang memeluk erat seorang gadis bersurai indigo panjang sepingang, terlihat tangannya sedang mengelus surai sang gadis.
Sebenarnya Hinata sudah melarang Naruto untuk pergi mengantarnya, karena Hinata tahu, pagi ini adalah jadwal rapat bersama daimyo negara api, tapi bukan Naruto nama-nya jika tidak keras kepala, Naruto bersikeras untuk mengantarkan Hinata sampai pintu gerbang desa.
" hime, jaga dirimu disana ya" ucap Naruto disela-sela pelukannya.
" Naruto-kun aku yakin aku baik-baik saja disana, jadi tidak usah khawatir" ucap Hinata lalu mendorong dada Naruto untuk menjauhkan badannya.
" aku tahu, tapi aku tak bisa berhenti untuk mengkhawatirkanmu" ucap Naruto lalu mengelus pipi Hinata.
" hei, kau tak melihat tou-san disana, dia akan selalu menjagaku, jadi kau tak usah khawatir Naruto-kun" ucap Hinata, Naruto pun langsung melirik kearah Hiashi yang sedang menatap mereka dengan tatapan menyelidik.
" dan juga, bukankah kau juga menugaskan 1 team ANBU untuk menjagaku bukan?" tambah Hinata sambil menatap lekat sapphire Naruto.
Naruto tahu seharusnya ia tak terlalu khawatir dengan Hinata, tapi kenapa hatinya terus saja tubuhnya terus menerus bergetar tak mau melepas Hinata, memang akhir-akhir ini cuaca sedang buruk, sering terjadi badai besar, tapi Hinata bukan Shinobi klas rendahan yang hanya karena badai bisa membahayakan nya, ditambah 1 team ANBU elite yang berisi 5 orang serta Hiashi-san, itu semua sudah lebih dari cukup untuk menjamin keselamatan Hinata, tapi kenapa hatinya tetap saja tak bisa menghilangkan kekhawatiran ini.
" t-tapi tetap saja" gumam Naruto menunduk.
" Naruto-kun, hanya dua minggu" ucap Hinata mendongkakkan wajah Naruto lalu memandangnya, beberapa menit mereka saling pandang, lalu...
GREBB!
Tba-tiba Naruto menarik Hinata lagi kedalam pelukannya, menghirup wangi rambutnya, hangat tubuhnya, seakan-akan itu adalah pelukan terakhir mereka, semakin erat, semakin erat.
" hime.." gumam Naruto lalu mengendorkan pelukannya dan melepaskan Hinata.
" Naruto-kun..boleh aku pergi sekarang..tou-san sudah menunggu" ucap Hinata memandang wajah Naruto.
"hati-hati dijalan" ucap Naruto mengusap puncak kepala Hinata.
" mou..naruto-kun jangan memperlakukanku seperti anak kecil" gerutu Hinata tak suka rambutnya diacak-acak.
" memangnya kenapa.. kau kan memang gadis kecilku hehe" ucap Naruto, Hinata yang mendengar itu pun langsung mengembungkan pipinya.
" Hinata.. waktunya berangkat" ucap Hiashi menginterupsi kegiatan Naruto dan Hinata didepannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
" i-iya tou-san" ucap Hinata menoleh kearah tou-san nya.
" Naruto-kun aku berangkat dulu" ucap Hinata lalu berbalik, tapi sebelum berbalik, bahu Hinata langsung ditahan Naruto " ada apa lagi Naru…" CUP , tak membiarkan Hinata menyelesaikan perkataannya, Naruto langsung mengecup dahi Hinata.
" sudah,….sekarang berangkatlah" ucap Naruto mengizinkan Hinata berangkat, walaupun dilubuk hatinya ia tak rela.
" umm... Jaa..Naruto-kun" ucap Hinata lalu berbalik dan berjalan menuju Hiashi.
Naruto masih saja mematung ditempatnya setelah kepergian Hinata bersama tou-sannya, 'ahh…kenapa perasaanku seperti ini sih!, aku harap Hinata baik-baik saja" batin Naruto lalu mengangkat lengan kirinya tanda untuk menyuruh ke-5 ANBU yang sedang bersembunyi untuk keluar, dan keluarlah mereka ke-5 ANBU tersebut didepan Naruto.
" kalian, selalu awasi Hinata, jangan sampai terjadi apa-apa padanya" ucap Naruto kepada ke-5 ANBU didepannya.
" haik! Hokage-sama" ucap ke-5 ANBU tersebut bersamaan.
" baiklah, sekarang pergilah" ucap Naruto lalu disusul menghilangnya ke-5 ANBU tersebut didalam kepulan asap, tak diketahui Naruto, salah seorang ANBU menyeringai kejam sesaat sebelum mereka menghilang.
" hahh, kuharap semua ini sudah lebih dari cukup" gumam Naruto lalu berbalik dan berjalan menuju tempat pertemuannya dengan daimyo, waktu Naruto hanya tersisa 10 menit lagi sebelum pertemuan penting itu dimulai…
O0O
Kicau burung nan merdu terus menerus bersautan mengiringi langkah kaki Hinata dan Hiashi yang sedang melewati hutan yang sejuk dipagi hari, terlihat Hinata berjalan dibelakang Hiashi, matanya tak jenuh-jenuh menelusuri hijaunya hutan yang menyejukkan mata, dihirupnya udara segar pagi hari yang menyejukkan.
" Hinata, kulihat Naruto begitu menyayangimu" ucap Hiashi dengan wajah datarnya dan terus memandang kedepan tanpa menoleh kearah Hinata " umm" ucap Hinata mengangguk dengan wajah merona.
" lalu kapan dia akan mendatangiku" ucap Hiashi " s-sebenarnya Naruto-kun ingin mendatangi tou-san hari ini, tapi setelah kuberitahu kalau kita akan pergi ke-Suna, jadi Naruto-kun menundanya" ucap Hinata panjang lebar menjelaskan kepada tou-san nya.
" begitu ya" gumam Hiashi.
dikejauhan, 5 orang anbu terlihat sedang memperhatikan, Hinata dan Hiashi tak menyadari mereka karena memang jarak antara mereka yang terhitung jauh " sepertinya sampai disini belum ada ancaman bahaya" ucap seorang anbu bertopeng harimau dengan rambut biru keunguan.
" tapi, kita harus tetap waspada, jika sampai nona Hinata diserang, kalian akan dalam masalah besar" ucap anbu bertopeng elang dengan rambut kehitaman yang merupakan pimpinan tim anbu tersebut.
" benar, kita bisa dihukum berat oleh hokage-sama" timpal seorang anbu bertopeng kera.
" hei Yuri, kau dari tadi hanya diam saja" ucap seorang anbu bertopeng harimau melihat temannya yang dari tadi diam dan mengacuhkan pembicaraan temannya.
" tidak apa-apa" ucap anbu yang diketahui bernama Yuri , dia memakai topeng berbentuk kera dengan corak merah, dengan rambut berwarna merah 'sebentar lagi aku akan mendapatkanmu' gumam Yuri dibalik topengnya.
" Han, Yazi, Hiruka, Yuri!, bersiaplah, kita akan bergerak" ucap Mizuto sang kapten melihat Hinata dan Hiashi semakin menjauh.
" Haik" ucap Han, Yazi, Hiruka, Yuri bersamaan.
Sang mentari semakin meninggi, tanda siang telah datang, udara yang tadinya sejuk pun berangsur-angsur mulai berubah menjadi lebih panas, keringat pun mulai muncul di dahi Hinata, diusapnya keringatnya dengan lengan jaket berwarna lavender miliknya " Hinata, hari semakin panas, sebaiknya kita beristirahat di desa itu" ucap Hiashi yang juga mulai kepanasan dan kelelahan.
" i-iya tou-san" ucap Hinata mengiyakan penawaran ayahnya.
" hah..panas sekali hari ini, mungkin akan terjadi badai" ucap Han sambil beristirahat dibawah pohon rindang bersama ke-empat rekan se-teamnya.
" sepertinya benar, lihatlah disana" ucap Hiruka menunjuk kearah selatan.
" awan itu sangat hitam, mungkin akan terjadi badai yang sangat hebat" lanjut Hiruka.
" walaupun begitu, kita harus tetap melindungi nona Hinata, kalian jangan sampai lengah " ucap Mizuto sang kapten yang terlihat duduk sambil memegang teropong memperhatikan Hiashi dan Hinata sedang beristirahat disalah satu penginapan.
" hei, kau bersantailah sedikit" ucap Han kepada Mizuto yang terlihat sangat serius.
" kita sedang mengawal kekasih hokage-sama, banyak musuh yang mengincarnya, jika terjadi apa-apa dengan nona Hinata, maka reputasiku sebagai anbu 'yang tak pernah gagal dalam misi' akan berakhir" ucap Mizuto menoleh kearah Han yang tengah berbaring.
" hahh.. aku tahu..aku tahu..tapi mereka kan sedang beristirahat, kau beristirahatlah juga sejenak" ucap Han.
" dan aku tak yakin masih ada musuh yang berbahaya diluar sana setelah perang berakhir" tambah hiruto.
" dasar, kalian ini selalu saja begitu saat menjalankan misi, kalian terlalu santai" ucap Mizuto sedikit merilekskan diri.
" hei Yuri, dari mana kau?" tanya Mizuto mendapati tiba-tiba yorino muncul dari balik pohon besar.
"hanya mencari air untuk membasuh muka" ucap Yuri lalu duduk berjauhan dengan ke-empat teman-temannya.
" dia agak berbeda sejak kita berangkat tadi" ucap Yazi kepada Mizuto, Han, dan Hiruka " aku khawatir itu akan berdampak buruk pada misi ini" ucap Mizuto memandang kearah Yuri yang sedang mengerjakan sesuatu.
O0O
Tak mengindahkan peringatan alam yang terus menerus mengeluarkan kilatan-kilatan dan suara guntur yang menggelegar, Hiashi tetap bersikeras mengajak Hinata untuk segera berangkat dan meninggalkan penginapan " Hinata, cepatlah, kita akan terlambat sampai disuna" ucap Hiashi yang tengah berlari didepan Hinata.
" b-baik tou-san" ucap Hinata menambah kecepatan larinya, tak bisa dibohongi lagi, wajah ketakutannya saat mendengar gelegar guntur yang terus menerus bersautan, hatinya resah, tapi ia tak berani untuk sekedar berbicara kepada tou-san nya untuk mengajak berhenti dan berlindung.
Hujan mulai turun dengan angin yang bertiup sangat kencang seakan menerbangkan semua yang dilewatinya, Hiashi dan Hinata pun mulai kesulitan berlari, hampir Hinata tersungkur karena angin yang terlalu kencang " Hinata! Awas!" teriak Hiashi yang tiba-tiba melihat sebuah kunai dengan kertas peledak meluncur dan menancap didepannya, "tidak!"
DUARR! Terjadi ledakan besar
" HINATAAA!" teriak Hiashi yang melihat Hinata terkena ledakan tersebut, Hiashi berhasil menghindar karena refleksnya yang cepat, tapi malang nasip Hinata yang tak terlalu memperhatikan peringatan ayahnya, hatinya sudah terlalu takut dengan keadaan alam, Hinata tak punya kesempatan untuk menghindar "HINATAA!" teriak Hiashi lagi lalu berlari mendekati kawah bekas ledakan.
"ADA LEDAKAN" teriak Mizuto kepada ke-3 temannya karena mendengar ledakan.
" kemana Yuri!? Kita harus bergegas melihat kondisi nona Hinata!" ucap Mizuto tegas.
" aku tak tahu, sejak kita berangkat tadi dia sudah tak ada" ucap Han sambil berlari sekencang mungkin.
" sial! Bagaimana kalian tak memberitahuku" umpat Mizuto masih berlari dengan kencang.
" tak perlu memikirkan orang bodoh itu!, sebaiknya kita harus bergegas, semoga saja nona Hinata tidak apa-apa!" ucap Hiruka.
" HINATA! HINATA!" ucap Hiashi mengguncang-guncang tubuh Hinata yang terlihat menerima luka bakar yang cukup parah, bahkan wajahnya sudah tak bisa dikenali lagi " Hinata! Jawab ayah! Hinata!" teriak Hiashi, lalu mengangkat dan memeluk tubuh tak bernyawa Hinata.
" hiks..maafkan ayah Hinata..hiks jika saja ayah.. hiks…" tangis Hiashi pun pecah ditengah-tengah hujan lebat dan guntur yang saling saut menyaut, kilatan petir membuat siluet tubuh Hiashi yang sedang memeluk tubuh tak bernyawa anaknya menambah suasana mencekam.
"SIAL! KITA TERLAMBAT!" umpat Mizuto yang telah tiba dan melihat Hiashi sedang memeluk tubuh tak bernyawa Hinata.
"SIAL! Bagaimana bisa!" umpat Yazi meninju batang pohon besar disampingnya.

Naruto Love Story [MISS YOU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang