Part 8

261 15 0
                                    


.
" Dimana dia! seharusnya dia disekitar sini!" gumam Mizuto menerobos lebatnya hutan, berbekal sinar bulan purnama , ia terus berusaha mencari Hinata didalam hutan, namun tiba-tiba sepasang alat pendengarannya menangkap jeritan seorang gadis tak jauh dari lokasinya 'aaaaaa!' , Mizuto pun mulai panik setelah mendengar jeritan yang ia percayai adalah suara Hinata.
"itu nona Hinata!" pekiknya langsung berlari menerobos semak-semak, kearah lokasi teriakan tadi, Mizuto terus menerus berlari… namun langkahnya terhambat oleh sebuah sungai yang mengalir sangat deras
"chakra nona Hinata berakhir sampai disini" gumam Mizuto mendeteksi sisa cakra Hinata, namun pandangan matanya langsung tertuju kearah batu dengan lumut yang terlihat baru saja dipijak oleh seseorang
"jangan-jangan!" pekik Mizuto lalu berlari sekencang mungkin menelusuri aliran sungai itu.
Matanya pun langsung terbelalak saat melihat tubuh Hinata tersangkut di dahan yang melintang ditengah sungai, terlihat Hinata sudah tak sadarkan diri, Mizuto pun langsung bergegas berlari dan berusaha mengapai tubuh Hinata, dan akhirnya berhasil, di bopongnya tubuh lemas dan basah Hinata, lalu dibaringkannya diatas rerumputan dipinggir sungai.
Bercahayakan rembulan, Mizuto terus berusaha menyadarkan Hinata yang masih pingsan, dan usahanya pun sukses lantaran tiba-tiba Hinata tersadar dan langsung menyemburkan air dari dalam mulutnya "uhuk…uhuk..uhuk…" batuk Hinata, Mizuto yang melihat Hinata sudah siuman pun langsung merasa bersyukur.
" yokatta"
" hah..hah.." nafas Hinata memburu, ia bersyukur masih diberikan kesempatan untuk tetap hidup.
" nona Hinata..apa kepalamu pusing?" tanya Mizuto melihat lebam di dahi Hinata.
"s-siapa kau?" tanya Hinata terkejut.
"aku adalah ANBU yang dulu ditugaskan oleh Hokage-sama..kau ingat?...dan sekarang tugasku untuk membawamu kembali" ucap Mizuto menjelaskan kepada Hinata , Hinata langsung bersyukur, ia aman untuk sementara.
"..." hinata hanya bisa terdiam, didalam hatinya ia sangat bersyukur kami-sama...terimakasih
"nona Hinata kau bisa berjalan?" tanya Mizuto kepada Hinata yang masih terduduk.
"umm..kurasa masih bisa" ucap Hinata lalu berusaha berdiri, namun sepertinya pergelangan kaki kirinya sedikit terlkilir karena terpeleset dan terbentur oleh batu tadi.
Ia hampir saja terjatuh jika saja tak ada sepasang lengan kekar yang menahan pungungnya " mari..kubantu berjalan.." ucap Mizuto menuntun Hinata.
"a-arigatou…" gumam Hinata.
Namun belum selangkah mereka berjalan, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah belakang mereka "HEI! SIAPA KAU ! MAU KAU BAWA KEMANA HINATA!" teriaknya.
Mizuto pun tak bodoh untuk sekedar mengenali siapa gerangan yang berteriak, Dilain pihak, Hinata sudah ketakutan mendengar suara itu, tubuhnya bergetar, namun lagi-lagi Mizuto tahu kondisi Hinata , "nona Hinata jangan takut..kami disini untuk melindungmu" ucap Mizuto lalu melepaskan tubuh Hinata dan berbalik.
"Yurino! Sudah lama tak bertemu eh?" ucap Mizuto kepada Yuri.
Yuri POV
Yuri sedang terduduk di suatu ruangan remang-remang, ditangannya terdapat selembar kertas bertuliskan mantra-mantra. Ya ia sedang membuat sebuah kertas peledak untuk berburu, karena merasa sudah berkutat terlalu lama, Yuri pun berniat untuk keluar untuk mencari udara segar, ia terus berjalan sampai ia sampai diruang tamu, ia terbelalak saat melihat pintu kamar Hinata dan juga puntu depan rumahnya terbuka lebar.
Yuri pun langsung berlari menuju kedalam kamar Hinata, namun betapa kagetnya saat ia tak menemukan penghuni kamar itu didalamnya.
"cih!..sial..sepertinya aku harus lebih sering menyuntikkan obat itu padanya!" ucap Yuri lalu menyambar kunai dan berlari keluar rumah menelusuri jejak Hinata.
Dengan bermodalkan kemampuan sensornya, Yuri pun berusaha mencari jejak cakra Hinata walaupun tipis, ia terus berjalan ditengah gelapnya hutan.
Sampai langkahnya terhenti di dekat sungai dan melihat hinatanya tengah bersama seseorang berpakaian ala ANBU, Yuri pun memberanikan diri untuk berteriak "HEI! SIAPA KAU ! MAU KAU BAWA KEMANA HINATA!" teriaknya, namun sedetik kemudian, ia sudah tak bisa berkata-kata lagi saat mengetahui siapa gerangan sang ANBU tererbut.
"Mizuto?" gumam Yuri mengetahui sang ANBU adalah mantan ketua tim ANBU nya.
Yuri POV END
"hei Yuri! Sudah lama tak bertemu eh" ucap Mizuto mengeluarkan sebuah kunai dari kantung ninjanya.
"b-bagaimana kau tahu tempat ini?" tanya Yuri tergagap sekaligus takut, ia tahu tak akan mungkin mengalahkan pria didepannya itu, namun jika memang ia harus menyerang sang mantan kapten untuk mendapatkan kembali miliknya, maka kit akan ia lakukan.
"kau meragukanku eh….satu tahun hanya kuhabiskan untuk mencarimu…kau fikir kau akan aman selamanya untuk bersembunyi" ucap Mizuto sambil memainkan kunai dijarinya dan sesekali melirik Yuri yang terlihat frustasi.
"aku sungguh tak menyangka, Yuri! Kau bisa-bisanya melakukan perbuatan seperti ini" ucap Mizuto melirik kearah Hinata yang terduduk diam ketakutan dibelakangnya.
"kau! diamlah!" umpat Yuri, Yuri tak ambil pusing apakah dia akan menang atau tidak, yang ada dipikirannya kini, ia hanya menginginkan Hinatanya kembali, Yuri tak berfikir dua kali dan langsung berlari menyongsong Mizuto berniat untuk mengalahkannya, namun rencananya pun gagal lantaran tiba-tiba perutnya dihantam oleh tendangan seseorang BUAGH!.
BUAGH! "argg" rintih Yuri saat punggungnya menghantam batu kali besar dipingir sungai, tubuhnya seketika langsung lemas dan tak bisa berdiri.
"kau sudah bangun Han?" tanya Mizuto kepada Han yang baru saja tiba dan langsung menghajar Yuri dengan tendangan telaknya.
"mheh…seharusnya kau membangunkan ku dulu..bukannya meninggalkanku seperti itu!" ucap Han membelakangi Mizuto, ia sedikit kecea karena terlambat.
"keselamatan nona Hinata adalah prioritas" ucap Mizuto lalu memasukkan kembali kunai miliknya ke tas ninja miliknya lalu berbalik dan berjalan kearah Hinata yang masih duduk terdiam.
Han yang melihat Yuri terkapar tak berdaya, langsung mendekatinya dan berdiri disamping tubuh lemas Yuri "untuk percaya dengan apa yang kau lakukan selama ini..yuri…semua ini sangatlah sulit bagiku" ucap Han kepada mantan sahabatnya " kau kukira adalah orang yang bertindak menggunakan otak, tapi sepertinya aku salah besar!" lanjut Han mengutarakan kekecewaan hatinya ,selama menjadi sahabatnya, Han memang tak terlalu mengetahui sifat asli Yuri, karena memang kebiasaan Yuri yang selalu tertutup, namun setelah kejadian ini, Han langsung mengetahui bagaimana sifat Yuri sebenarnya, Yuri yang sudah tak bisa apa-apa pun hanya meringis sedih merutuki perbuatannya yang sudah sangat terlambat untuk menyesalinya.
"Han! Ikat dia, kita akan membawanya kembali untuk diberikan hukuman" teriak Mizuto yang tengah berjongkok disamping Hinata.
"baiklah" ucap Han, mengeluarkan segulung tali dari dalam kantung ninjanya " kau jangan melawan, Yuri!" ucap Han berusaha mengikat tangan Han, setelah selesai dengan kedua tangan itu, dilanjutkan mengikat kedua kaki Yuri menjadi satu.
" nona Hinata…kakimu sedang cidera" Mizuto melihat lebam dipergelangan kaki kiri Hinata "kita akan menginap sebentar di penginapan, lalu ke-esokan harinya kita akan langsung berangkat" ucap Mizuto menjelaskan rencanannya kepada Hinata yang sedang mengelus pergelangan kakinya
"t-tidak!..kakiku sudah agak baikan..aku sudah kuat berlari…" ucap Hinata menolak usulan Mizuto untuk menginap , ia sungguh berharap dapat bertemu dengan Naruto-kun nya sekarang, ia sangat merasa bersalah karena telah meninggalkan Naruto, Hinata bahkan ragu apakah nanti Naruto akan bisa menerimanya kembali atau tidak, atau bahkan Naruto sudah menemukan penggantinnya, namun walaupun begitu, Hinata tetap ingin segera bertemu dengan Naruto, walaupun hanya sekedar melihat kondisinya.
"tapi..kita butuh 2 hari untuk sampai dikonoha.." ucap Mizuto kepada Hinata, mustahil jika dua hari tanpa henti mereka melakukan perjalanan ke Konoha, secepat-cepatnya mereka tiba, akan membutuhkan waktu setidaknya satu setengah hari, itupun berlari secepat mungkin tanpa henti, melihat kondisi Hinata didepannya, dirasanya sangat tidak mungkin.
" tidak apa-apa ..a-aku sangat ingin bertemu Naruto-kun…hiks…" tangis Hinata pun pecah seketika, membayangkan hal yang sangat tidak ia inginkan.
Mizuto yang sangat tidak berpengalaman dalam menghadapi seorang wanita pun hanya mendengus pasrah, sedikit ia berfikir untuk memaksa Hinata untuk menginap sebentar, namun setelah ia fikir lagi, dirasanya dengan melakukan hal seperti itu hanya akan memperkeruh suasana dan menambah buruk kondisi Hinata, ia tak tahu darimana, tapi firasatnya mengatakan kalau gadis didepannya bukanlah seorang yang mudah dibujuk, apalagi dikerasi.
" ya baiklah" ucap Mizuto yang akhirnya mengiyakan permintaan Hinata, sekali lagi melihat kondisi Hinata yang lumayan parah, ia kembali meragukan kalau Hinata akan kuat terus berlari, namun sepertinya Mizuto punya ide lain untuk membuat gadis didepannya mau beristirahat sejenak " tapi…jika nona Hinata merasa lelah..langsung bilang kepada saya ya?" dan sepertinya ide Mizuto pun berhasil, Hinata mengangguk, walaupun sangat pelan.
(~O_O)~ FLASHBACK OFF (~O_O)~
Naruto terperangah seakan tak percaya mendengar cerita yang keluar dari mulut ANBU elit yang dulu ia tugaskan untuk menjaga Hinata, tak dipungkirinya hatinya merasa ada sedikit kekecewaan, penyesalan, dan rasa bersalah, ia seperti sudah menjadi seorang laki-laki yang sangat…sangat tidak berguna.
Ia merasa menjadi pria paling mengecewakan didunia, ia merasa semua keburukan sekarang menjadi satu didalam tubuhnya dan sedikit demi sedikit menciptakan rasa sakit disekitar dadanya.
"s-setelah mendengar ceritamu…sungguh aku seperti merasa menjadi seorang lelaki yang sangat tidak berguna" Naruto menunduk kecewa, perasaan kecewa itu terus saja muncul seakan tak bisa ia cegah, perasaan itu terus keluar dan menciptakan rasa sakit dan perih didalam hatinya, sungguh sekarang Naruto kecewa dengan dirinya sendiri yang tak mampu melindungi orang yang paling dicintainya, setelah dulu ero-sannin….dan sekarang Hinata yang harus menanggung ketidak pecusannya menjadi seorang pelindung.
" sudahlah Hokage-sama… anda tidaklah salah" ucap Mizuto mencoba meredakan kekecewaan hati Naruto yang semakin lama semakin besar.
" tidak…. Seharusnya aku sudah tahu semua ini!" sambil menjabaki rambut pirangnya, berusaha menghilangkan sedikit saja rasa amarah didalam dadanya "Hinata pernah berkata kalau dia akan kembali!" gumamnya sekarang dengan tangan kirinya mencengkram dadanya "seharusnya sejak awal aku sudah tahu kalau hinata sedang disuatu tempat!." ucap Naruto merutuki dirinya sendiri, tak terasa cairan bening itu pun keluar kembali "d-dan dia sedang tersiksa!"
Suasana kembali mencekam, hening.. tak ada suara apapun, hanya terdengar deru nafas Naruto yang menandakan ia sedang menahan kesedihan yang siap ia keluarkan kapan saja, siap berteriak sekencang mungin untuk meredakan amarahnya pada dirinya sendiri, Mizuto yang mengetahui akan hal itu pun hanya menghela nafas dan berusaha menenangkan sang pemimpin desa.
" Hokage-sama… tidak ada alasan untuk anda menyesal… kalau memang anda tidak tahu menahu bahwa nona Hinata ternyata diculik… itu adalah Hal yang wajar" ucap Mizuto mencoba lagi menenangkan sang Hokage, Dilain pihak ia merasa kasihan dengan sang Hokage, namun Dilain pihak ia sedikit membenarkan perasaan sang Hokage yang terus saja menyalahkan dirinya sendiri.
" kau fikir aku begitu?" tanya Naruto sedikit mendongkakkan wajahnya berusaha menatap Mizuto dengan tatapan tak bisa diartikan, tak terduga, air mata itu ternyata sudah keluar entah sejak kapan.
" ya..tentu saja…. Anda sudah berusaha sebaik mungkin" ucap Mizuto berusaha menemukan sedikit alasan agar sang Hokage sedikit mengampuni dirinya sendiri.
Dan kalimat terakhir Mizuto pun berhasil mengembalikan kepercayaan diri sang Hokage.
" Aku sangatlah bersyukur karena kau sudah menyelamatkan Hinata… aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk bisa membalaskan budimu ini" ucap Naruto mengusap air matanya dengan punggung tangannya, ia sangat merasa berterimakasih atas usaha dan kerja keras kedua ANBU didepannya.
Tak ada perintah tak ada bayaran, mereka rela menghabiskan waktu mereka untuk mencari kebenaran tentang Hinata, disaat yang lainnya bahkan dirinya sendiri sebagai kekasihnya percaya bahwa Hinata telah benar-benar pergi, namun kedua orang didepannya itu berbeda, mereka tak percaya dan melakukan penyelidikan, Naruto tak tahu lagi bagaimana keselamatan Hinata jika tak ada orang seperti Mizuto dan Han.
" sebenarnya saya melakukan ini karena saya masih merasa bersalah saat saya gagal melindungi nona Hinata waktu itu…dan saya tidak mengharapkan apapun dari anda, Hokage-sama" ucap Mizuto merendahkan diri, ia sungguh tak mengharapkan apapun, didalam hati kecilnya, ia hanya merasa ia lah yang harus bertanggung jawab terhadap insiden waktu itu.
" sudahlah… buat saja apa yang akan kuberikan adalah hadiah dariku peribadi" ucap Naruto tersenyum kearah Mizuto, walaupun senyuan itu sedikit menyiratkan kepedihan " nah sekarang apa yang kau inginkan?"
" kalau begitu….. berikan saja saya dan juga teman saya disamping saya ini liburan selama 1 bulan penuh" ucap Mizuto tersenyum, ia membicarakan Han disampingnya, tapi ia tak mengetahui sebenarnya Han sudah sejak tadi tertidur gara-gara mendengar dongeng Mizuto tadi.
" baiklah…. Akan ku bicarakan dengan sasuke…" ucap Naruto mengangguk mengiyakan permintaan ANBU didepannya yang tergolong mudah " ngomong-ngomong.. temanmu itu tidurnya pulas sekali?" tanya Naruto melirik kearah Han yang tertidur sambil duduk.
"A-APA!?" Mizuto tak tahu menahu kalau Han ternyata tertidur, betapa terkejutnya saat ia menolehkan kepalanya mendapati Han sedang tertidur pulas dengan kepala terdongak keatas "eeehh! HAN!" bentak Mizuto kesal menepuk paha sahabatnya itu , ia merasa malu dengan sang Hokage, mereka adalah ANBU elit, seharusnya hal seperti ini tidak boleh terjadi.
"apa…e-ehh..ada apa?" Han terkejut tiba-tiba dibentak oleh Mizuto, namun saat pandangan mata Han melihat kearah Mizuto, ia langsung menciut lantaran mendapati Mizuto men-deathglare-nya.
" kau!" geram Mizuto kecewa terhadap sahabatnya itu seharusnya itu tidak boleh terjadi!.
" sudahlah…tidak apa" ucap Naruto melerai kedua ANBU didepannya yang sedang bertengar " kalian tak mau membangunkan Hinata bukan?"
" m-maafkan kami Hokage-sama" ucap Mizuto dan Han secara bersamaan, mereka merasa bersalah karena melakukan tindakan yang tidak pantas didepan sang Hokage.
" satu lagi yang ingin kutanyakan" ucap Naruto berubah menjadi serius, Mizuto dan Han yang merasa ditatap Naruto dengan tatapan penuh arti pun langsung terdiam dan berusaha berkonsentrasi dengan apa yang akan ditanyakan oleh Hokage mereka.
" dimana sibrengsek itu?" tanya Naruto dengan nada penuh kemarahan.
" soal itu! Kita langsung menyerahkannya kepada divisi interogasi" ucap Mizuto menjawab pertanyaan Naruto, seakan lupa dengan permasalahannya dengan Han, han un langsung bernafas lega.
"begitu ya!" Naruto merasa lega karena orang yang telah menculik miliknya telah ditempatkan ditempat yang tepat. "baiklah sekarang kalian boleh pergi" ucap Naruto menyilangkan lengannya dan memperbolehkan kedua ANBU yang ia tahan sejak pagi buta tadi untuk pergi.
" baiklah Hokage-sama" ucap Mizuto " tapi sebelumnya….saya ingin memberitahu kondisi kesehatan nona Hinata"
" maksutmu?" tanya Naruto heran.
" begini… sepanjang perjalanan kulihat nona Hinata terus menerus memegangi kepalanya… kami sudah berusaha membujuknya untuk mengatakan apa yang terjadi… tapi dia selalu mengelak dan berkata kalau dia baik-baik saja" ucap Han melanjutkan kalimat Mizuto.
" begitu!" ucap Naruto sedikit menghela nafas hah.. sepertinya sifat keras kepalany tidak pernah berubah "kalau begitu, setelah dia terbangun aku akan langsung menanyakannya tentang hal itu.." ucap Naruto sedikit melirik kearah Hinata yang sedang tertidur sangat pulas diranjangnya.
" baiklah kalau begitu..Hokage-sama, kami pergi dulu" ucap kedua ANBU tersebut lalu menghilang ditengah kepulan asap putih.
Hening kembali menyeruak setelah kepergian kedua ANBU penyelamat kekasihnya itu, hanya suara keramaian kegiatan pasar di luar sana, sedikit menghela nafas pelan sambil mendongakkan kepalanya berharap sesuatu bisa merelekskan kepalanya untuk sesaat, bukannya ia tidak senang saat mendapati kenyataan bahwa kekasihnya yang sejak sat tahun yang lalu meninggalkannya dan sempat tadi malam ia sangat merindukannya, sekarang tengah terbaring pulas diranjangnya, tapi hanya saja...perasaan merasa bersalah itu terus saja muncul.
Karena Naruto harus menjalankan tugas seorang hokage, Naruto pun langsung bergegas mandi dan berganti pakaian dengan pakaian ninjanya yang bersih, serta mengenakan jubah kebangaannya.
Jam menunjukkan pukul 8 pagi, mau tidak mau Naruto harus pergi meninggalkan apartemennya, sedikit perasaan tak terima pun kembali muncul, ia ingin menemani Hinata seharian, memandangi wajah manisnya yang telah 1 tahun tak dilihatnya, menemaninya selagi ia tertidur, namun naas, pekerjaan menjadi seorang Hokage tidaklah bisa dianggap remeh, sekali saja ia membolos, mungkin akan berakibat lebih buruk padanya, mungkin kepalanya akan pecah lantaran terkena SHANAROO Sakura, tidak! Gumamnya dalam hati membantah rencana menbolosnya.
Namun dengan berat hati, ia harus meninggalkan Hinata aku tak bisa meninggalkan Hinata sendirian disini gumam Naruto memandangi wajah polos Hinata yang tengah tertidur, sampai akhirnya ide itu muncul ahh kenapa aku tak menggunakan bunshinku saja! Gumamnya lalu menerpalkan segel tangan lalu POFF.
Munculan satu bunshin disamping Naruto, Naruto langsung mengutarakan maksutnya kepada bunshin dirinya untuk menjaga Hinata selama ia pergi, ia mewanti-wanti agar jangan sampai menyentuh Hinata, karena Hinata adalah miliknya, huh…aku kan juga kau! Berarti dia juga milikku batin sang bunshin yang merasa bosan diceramahi dan diwanti-wanti oleh dirinya yang asli "KAU MENGERTI!" bentak Naruto yang asli karena mendapati sang bunshin menguap bosan, "iya-iya!" ucap bunsin Naruto sambil memutarkan matanya tanda ia sangat bosan
Setelah semua yang ia persiapkan untuk Hinata, dari makanan, sampai bunshin untuk menjaga Hinata, hatinya tetap saja tidak rela meninggalkannya, namun lagi-lagi dengan membayangkan si rambut pink itu saja langsung membuatnya bergidik ngeri, terpasa ia harus tetap menjalankan tugasnya menjadi Hokage yang sudah ia cita-citakan sejak kacil "kau! Jaga Hinata baik-baik..aku akan pulang 5 jam lagi!" Naruto mewanti-wanti bunshinnya lagi sebelum meninggalkan apartemennya dan menutup pintunya BLAM!
O0O
Di ruang interogasi.
" dimana dia?"
" dia masih didalam ruang Interogasi bersama Ibiki, Hokage-sama" jawab seorang berambut indigo dikucir menyerupai buah nanas, ya ia adalah Mitarashi Anko, didepannya berdiri sang Hokage yang menanyakan tentang seorang yang dibawa oleh dua orang ANBU kesini, "anda harus secepatnya memberitahu kebenaran ini Hokage-sama" ucap Anko kepada Naruto yang tengah berjalan melewati dirinya, ia sudah tahu tentang kebenaran Hinata karena ia juga ikut menginterogasi Yuri.
" tidak! Aku akan memberitahu semuannya besok saja…dia masih lelah" ucap Naruto lalu
CKLEK! , membuka pintu ruang interogasi
Yuri nampak kaget mendapati sesosok tinggi besar dengan jubah merah khasnya telah memasuki ruang yang selama 4 jam ini telah digunakan untuk mengintrogasinya, matanya tak berani menatap sang Hokage yang kapanpun siap untuk menghajarnya.
" Hokage-sama" ucap Ibiki lalu berdiri dari duduknya dan langsung membungkukkan badannya didepan sang Hokage, sementara Naruto hanya berjalan melewati Ibiki yang masih menunduk, menatap tajam sosok didepannya yang tengah duduk terborgol.
" apa yang kau dapat?" tanya Naruto kepada Ibiki dengan nada tegas sekaligus berwibawa, lalu Naruto pun melangkah-kan kakinya menuju kursi kosong didepan Yuri dan mendudukinya , Ibiki yang mendengarnya pun langsung menegakkan badannya dan langsung menjawab pertanyaan sang Hokage.
" tidak banyak Hokage-sama…sepertinya ia tak membahayakan desa…" ucap Ibiki menjelaskan sambil menatap kearah Yuri yang masih menunduk
" baiklah!…tinggalkan kami berdua" ucap Naruto menyuruh Ibiki keluar dari ruang interogasi, ia ingin menanyakan beberapa hal kepada Yuri, sungguh ia masih penasaran kenapa ia bisa bertindak nekat seperti itu, memang hinatanya cantik dan manis, tapi apakan sampai gila seperti itu
" baiklah Hokage-sama" ucap Ibiki lalu melangkah-kan kakinya keluar dari ruangan tersebut CKLEK suara pintu tertutup
Suasana begitu hening, tidak! Bahkan lebih hening, sunyi, menyeramkan, bahkan bisa dibilang setelah pintu ruang interogasi tersebut ditutup oleh Ibiki, ruangan itu langsung terpenuhi dengan aura membunuh yang kuat, hanya detikan jam yang sepertinya mengeluarkan suara lebih keras dari biasanya, ditatapnya tajam-tajam orang didepannya itu, jadi dia orangnya batin sang Hokage, Naruto pun mulai beranjak dari duduknya dan berjalan mengitari Yuri, Yuri pun hanya memejamkan matanya berharap rasa sakit dari rasengan yang akan dihadiahkan untuknya akan sedikit berkurang...

To Be Continued...

Naruto Love Story [MISS YOU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang