10. Retta&Dika

34 5 4
                                    

Suasana kelas saat ini sangat ramai, kelas-kelas banyak yang kosong pelajaran karena sedang ada rapat guru. Retta dan sabrin sedang mengobrol menceritakan kisah kehidupan satu sama lain.

Berbeda dengan Dika, ia menatap dua wanita yang sedang mengobrol dan merenungkan sesuatu. Dika ingin sekali mengobrol dengan Retta untuk membahas masalah yang akan muncul. Tak, tahan dengan pikiran di otaknya Rizal pun langsung beranjak dari tempat duduknya menghampiri Retta.

"Hai, gue boleh pinjem Retta bentar nggak?" Tanya Dika pada sabrin.

"Boleh kok, sini duduk. Gue mau ke perpus, bye" ucap sabrin yang berdiri dan mempersilahkan Dika duduk di bangkunya dan beranjak pergi menuju perpustakaan.

Dika duduk. Ia tak tahu harus memulai percakapan dari mana. Retta juga terdiam, menunggu Dika buka suara. Retta berpikir jika Dika akan mempertanyakan hubungan Rizal dan sabrin. Yaa... Dika adalah sepupu Anissa, pacar Rizal yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Anissa memang masih pacar Rizal, karena memang tidak ada kata putus dari kedua belah pihak.

"Hmm, gini rett. Gue nggak tahu gue harus ngapain sekarang, yang gue punya sekarang  Ayah, Bunda, dan Anissa. Anissa bukan hanya sekedar sepupu gue, dia juga adek gue Rett." Ucap Dika menatap Retta dalam.

"Iya dik, gue paham. Gimana kabar Anissa sekarang? Gue dah lama nggak nengok. Kangen." Ucap Retta dan tersenyum melihat Dika yang masih menatapnya dalam.

"Anissa udah bangun Rett, udah seminggu yang lalu. Tapi gue belum bisa kasih tau kalian soal ini." kata Dika yang sudah menundukkan kepalanya.

"Bangun?" Mata Retta melebar mendengar ucapan Dika. Retta senang jika Anissa bangun dan bisa berkumpul dan bermain lagi dengannya. Tapi ia ragu jika Anissa bakalan bahagia mendengar Rizal sudah mempunyai pacar yang baru.

"Ini semua adalah awal permasalahan Rett. Kita sama-sama orang terdekat dari Rizal sama Anissa. Dan gue yakin, jika semua ini nggak di selesaikan Rizal, Anissa, bahkan sabrin bakalan tersakiti. Dan lo tau kan? Ini semua salah siapa hah?!" Ucap Dika yang nadanya semakin meninggi.

"Gue tahu Rizal salah, tapi lo nggak bisa salahin Rizal sepenuhnya. Mereka bertiga sama-sama salah!" Dika yang mendengar ucapan Retta langsung meneguk ludahnya dan menghembuskan nafas sambil menutup matanya untuk menjernihkan pikirannya yang hampir terbawa emosi.

"Nanti lo ikut gue ke rumah sakit dan kita rencanakan semuanya dari awal." Kata Dika lalu beranjak pergi. Retta hanya menatap Dika dan memikirkan hal yang mungkin akan terjadi.

⏺️⏺️⏺️

Aroma khas rumah sakit sudah mulai tercium oleh hidung Retta dan Dika saat mulai memasuki lorong-lorong ruangan menuju kamar Anissa dirawat.

Mereka berhenti melangkah saat Sampai pada ruangan "melati-7". Dika perlahan membuka pintu dan masuk ruangan pasien itu.  Anissa yang sedang menonton TV menoleh ke arah pintu yang mulai terbuka dan menampakkan sosok Dika dan Retta. Dika tersenyum melihat Anissa yang menatapnya dengan senyuman pula. Sedangkan Retta, matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk menumpahkan air matanya.

"Retta?" Kata Anissa yang kaget melihat kedatangan sahabatnya itu.

"Anissa, maaf gue baru dateng" ucap Retta pada Anissa lalu memeluknya.

"Iya, nggak apa-apa kok. Kamu pasti sibuk ya?" Tanya Anissa pada Retta setelah mereka melepaskan rindu melalui pelukan.

"Enggak sibuk sama sekali, cuma ini nih si kambing jantan ngasih tau gue baru tadi pagi" ucap Retta sambil melirik ke arah Dika, sedangkan Dika malah menjulurkan lidahnya yang membuat Anissa tertawa kecil melihat tingkah Retta dan Dika.

"Rizal kok nggak dateng? Padahal aku kangen banget sama dia. Kata mamah Rizal hampir setiap hari nemenin aku pas koma. Tapi pas aku bangun, aku belum pernah ketemu sama Rizal.  Kemana dia?"  Tanya Anissa yang membuat Retta dan sabrin bertatapan.

"Rizal lagi ada acara di kelasnya, tadi diajakin bilangnya mau besok aja sendiri biar romantis" ucap Dika sambil mengacak-acak rambut Anissa.

"Masih aja tuh anak romantis haha" kata Anissa dan menampilkan senyuman lebar.

Retta merasa tak tega jika harus melihat Anissa tersakiti. Retta tau hati Anissa sangatlah rapuh. Apalagi ini juga termasuk salahnya yang membiarkan Rizal berhubungan dengan sabrin.

"Gue laper nih, lo laper nggak nis?" Tanya Retta mengalihkan obrolan.

"Aku udah makan kok." Kata Anissa.

"Emm gue sama Dika nyari makan dulu ya, nanti balik lagi kesini" ucap Retta yang diangguki oleh Dika.

"Iya, hati-hati" ucap Anissa lalu Retta dan Dika beranjak pergi.

Retta dan Dika menuju kantin rumah sakit, mereka berjalan beriringan tanpa suara. Mereka hanya  melihat banyak orang-orang yang sedang menjenguk pasien. Saat mereka sudah sampai, mereka memilih meja makan kantin dan memesan makanan.

Setelah makan Retta dan Dika menatap satu sama lain, tanda ingin membahas tentang masalah cinta rumit sepupu mereka. Bukan masalah tentang sepelenya masalah ini, namun Retta dan Dika tahu kalau sepupu mereka jika sudah tersakiti akan melakukan hal-hal bodoh bahkan bisa sampai kebawa ke dalam mental mereka.

"Lo diem dulu sebelum gue suruh Lo ngomong. Oke?" Tanya Dika yang akan berbicara panjang lebar.

"Oke" jawab singkat Retta yang sambil menyeruput es jeruk yang di pesan.

"Menurut gue, kita harus atur ini semua sekolah netral mungkin. Lo jagain sabrin, pantau dia. Jangan sampai sabrin tahu apapun tentang Rizal dan Anissa. Kalo masalah Rizal biar gue yang ngomong. Sedangkan Anissa biar dia tahu dari alur cerita yang kita bikin. Gimana menurut Lo?" Ucap Dika yang diangguk-angguki oleh Retta.

"Gue sih ngikut aja, mungkin ini bakalan jadi yang terbaik buat semuanya" kata Retta yang hanya tersenyum pasrah.

"Yaudah yuk, balik. Udah malem nih, Lo pamitan dulu sama Anissa terus gue anter pulang" kata Dika yang diangguki oleh Retta.

⏺️⏺️⏺️

Hayo lho pendek wkwk

Tapi tenang aja chapter selanjutnya pasti panjang kok😂

Jangan lupa vote di setiap chapter ♥️
Dan kalo kalian suka sama cerita "luka" share ke teman-teman kalian yaa TQ 💗

LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang