Chapter eleven

312 20 1
                                    

Hai readers💜
Maap author lama bet up story nya):
Langsung sadjaa, jgn lupa vote dan komen yaaaa kalau bisa share sebanyak2 nya ke teman kalian🧚‍♀🧚‍♀
With love,
DianN

*****

Author POV

Selama di perjalanan menuju pulang, suasana dalam mobil didominasi dengan suara obrolan seru antara Bu Resti dengan Yasmin. Jika kalian tanya bagaimana dengan Ruvel? Laki-laki itu hanya terdiam fokus menyetir dan mendengarkan celotehan mereka yang sesekali membicarakan dirinya. Entah kesambet apa sampai saat itu juga Yasmin belum ingat siapa nama laki-laki ini. Benar-benar lupa. Ingin hati bertanya kepada Bu Resti namun takut dibilang tidak sopan atau apapun itu yang membuat dirinya merutuki kesalahan karena sudah bertanya hal bodoh semacam itu.

"Oh iya ibu lupa, mau tagih pertanyaan yang tadi jadi sebenarnya kamu kenal sama Ruvel, nak Yasmin?"

"Ruvel?" Yasmin menyernyit belum konek. Ibu Resti mengangguk semangat.
"Oh iya! Ruvel haha, Iya bu kenal."

"Kenal dimana nak Yasmin?"

"Hmm, pas di wedding party nya Devan bu." ujar Yasmin sedikit terhenyak. Baginya sangat sulit untuk mengucapkan nama laki-laki itu lagi. Seperti berat dan tidak rela. Sebut saja Yasmin egois dan munafik, memang benar itu adanya.

"Oh nak Devan, bersyukur sekali ya dia punya istri dok-"

"Ma, udah deh kok jadi bahas Devan." Potong Ruvel tidak suka. "Mending bahas pernikahan aku sama yang duduk di belakang aja ma." sambung Ruvel lagi.

"Maksud kamu si coki?!!" Ujar Bu Resti kaget sambil menunjuk boneka beruang kecil di samping Yasmin.

"Hahahaha" tawa Yasmin terlontar tak terkendali.

"Ya bukan lah ma, masa aku nikah sama boneka beruang sih."

"Mama becanda kak, baperan deh kamu."

'Eh? Sabar Ruvel, semakin sabar semakin ganteng. Fix!' batin Ruvel dengan senyum tegar nya, dan kembali fokus menyetir.

***

Sesampainya di rumah Omah Yasmin, dengan seribu kata percakapan basa-basi antara Omahnya dan Bu Resti akhirnya Ruvel dan Bu Resti memutuskan untuk segera pulang. Sungguh tak terpikirkan bahwa Bu Resti tak kalah cerewet dengan Ruvel. Namun, setidaknya kini Yasmin dapat membuktikan secara perlahan bahwa Ruvel bukanlah laki-laki yang berbahaya. Sejauh ini yang ia lihat selama perjalanan pulang di dalam mobil, Ruvel cenderung manja kepada Mama nya. Mereka keluarga kecil yang cukup menyenangkan menurut Yasmin.

Setelah nya Yasmin masuk kedalam rumah dan menghirup dalam-dalam aroma rumah Omahnya yang sangat khas dengan wangi aroma therapy kesukaan Yasmin. Membereskan barang bawaan adalah salah satu hal yang tidak Yasmin sukai. Maka dengan itu ia memutuskan untuk tidak mengeluarkan baju yang ada di dalam koper dan akan dikeluarkan saat Yasmin ingin memakai nya.

Entah kenapa setelah Yasmin menjalani kuliah, ia belum menemukan laki-laki yang pas dihatinya. Ingatan-ingatan dengan Devan sering kali muncul saat Yasmin sedang terpuruk atau terpukul, itu membuat Yasmin tersiksa sedikit demi sedikit. Rasa bersalah nya terus bersarang dihatinya sampai bertahun-tahun. Rasanya ingin berteman dengan Devan kembali saja berat. Akan sulit ia mengatur perasaan nya, apalagi saat ini Devan sudah punya keluarga kecil. Yasmin tidak mau merusak rumah tangga Devan hanya karena ia kembali datang.


Yasmin menghembuskan nafasnya kasar. Kesal akan dirinya sendiri. Yasmin keluar dari kamar dan hendak mencari omahnya. Omah sedang asik berkutak-atik dengan sayur mayur di dapur, terlihat tubuh nya yang semakin rentan tetapi memiliki jiwa yang sangat semangat dan senang jika sudah mulai memasak. Ternyata sifatnya ini turun ke Yasmin.

"Omah!" Yasmin menepuk pundak Omahnya pelan.

"Aduh! Kaget!" ucap Omah serasa mengusap dada nya dan beralih mencubit tangan Yasmin pelan.

"Aw! hmm, Omah lagi ngapain?" ujar Yasmin sambil bergelayut manja ditangan Omah dan memeluknya.

"Latif.. ngapain sih kamu. Tumben banget, pasti ada mau nya ya?" tebak Omah

"Iss engga enak aja, hmm omah ntar aku mau ceritaa."

"Nanti ah kamu harus makan dulu. "

"Siap kapten omah!" seraya memberi hormat.

"Udah nih bantuin Omah bawain ini ke meja makan."

"Siap kapten omah!" lagi-lagi Yasmin memberi hormat.

Mereka menghabiskan makan nya dengan syahdu, hening tak ada yang bersuara. Sampai akhirnya suara tegukan minum sebagai akhir dari makan kali ini. Yasmin berdeham sebentar lalu mulai bercerita bagaimana perasaan ia terhadap Devan, rasa sakit nya, berat yang ia lalui sampai diakhir ia menceritakan bagaimana bisa bertemu dengan Ruvel. Omah tidak memotong sampai Yasmin selesai bercerita. Rasanya berat untuk menceritakan betapa bodoh nya atas apa yang ia lakukan kepada Devan, entah mengapa rasa sesal itu muncul saat sudah lama seperti ini.

"Tapi aku cuma mau Devan dapet yang terbaik buat dirinya omah. Gak lebih. Rasanya berat banget lihat wajah Mama Klarisa natap aku penuh harap buat setuju perjodohan Devan sama Luna. Devan gak tahu itu omah, aku gak punya hak untuk ngelarang itu. Aku capek pura-pura nothin'happend omah. Capek seakan yang lalu ya biar berlalu, faktanya enggak omah. Aku harus gimana?" Yasmin mengutarakan isi hati nya yang selama ini terpendam tak ada yang tahu seorangpun dan air mata yang terus menerus mendesak keluar. Omah mengusap bahu Yasmin menenangkan, dengan tangan yang satu nya aktif membelai rambut cucu kesayangan nya yang sudah memanjang.

"Latif, kamu perempuan hebat yang bisa mengambil keputusan itu dengan merelakan Devan. Kamu cerdas bisa memikirkan bagaimana perasaan mama Klarisa. Tapi nak, cara kamu salah, kamu tidak mengatakan apa yang sebenarnya kepada Devan, kamu tidak mengatakan apa yang kamu rasakan saat itu. Nak latif, keberhasilan sebuah hubungan adalah dengan keterbukaan satu sama lain, tidak ada yang ditutup-tutupi. Jika ada masalah hadapi bersama dengan baik-baik. Omah tidak menyalahkan kamu sepenuhnya sayang, setiap orang pasti jarang berpikir jernih saat disituasi seperti itu. Alhasil, penyesalan datang diakhir." jelas Omah dengan mengucapkan penuh sayang. Tangisan Yasmin mulai mereda, ditatap nya sang Omah dengan sendu.

"Jadi Latif salah ya Omah?"

"Ya, tapi tidak sepenuhnya sayang. Latif.. hubungan pertemanan saja akan terputus jika tidak saling terbuka. Nak, dimaafkan orang lebih sulit dari Tuhan. Jika kamu melakukan kesalahan, langsung meminta maaf perbaiki hubungan dengannya. Ikatan silahturahmi jangan sampai terputus walau hanya sekedar pertemanan. Masalah dimaafkan atau tidak biarlah masalah dia dengan Tuhan, setidaknya kamu sudah meminta maaf." seraya masih mengusap-usap rambut cucunya.

"Jadi Latif harus gimana Omah? Perbaiki hubungan pertemanan sama Devan?"

Omah mengangguk sambil tersenyum menenangkan.

"Tapi aku takut Omah, aku takut ngerusak hubungan Devan sama Kak Luna."

"Latif, bukan itu yang Omah mau. Jangan menjadi wanita yang seperti itu. Omah cuma ingin kamu segera perbaiki kesalahan apa yang sudah kamu lakukan. Meminta maaf sayang, minta maaf lah ke nak Devan. Gak perlu kamu jelasin bagaimana waktu dulu itu. Sudah lupakan. Itu hanya membuat situasi semakin runyam. Itu sudah berapa tahun yang lalu."

Yasmin mengangguk dan tangan nya yang sudah melingkar di pinggang Omah.
"Aku paham Omah, makasih Omah udah mau dengerin cerita aku, makasih Omah udah kasih aku saran, udah ngingetin aku juga. Aku sayang banget sama Omah."

"Omah lebih sayang sama Latif." ucap Omah yang tidak disadari sudah meneteskan air mata.


*****
Tbc

RUVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang