41 • Telling The Truth

5.9K 430 27
                                    

Selamat Tahun Baru 2020, semuanya!🙆‍♀️🖤
Semoga tahun ini my petakilan girlfriend bisa diterbitkan hahahaha🤣
love you xx

~~~

Setelah jam pulang sekolah berbunyi, Kevin memilih untuk menemui Xevira terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya. Ia hanya ingin memperjelas semuanya. Tidak hanya dari sebuah secarik surat, tetapi langsung dari mulut gadis tersebut.

Xevira yang melihat kedatangan Kevin yang sangat tiba-tiba, membuat hatinya berpacu tidak normal. Ia tidak berani menatap manik indah yang dapat menenangkannya dalam kondisi apapun.

Xevira masih duduk di tempat duduknya yang sekarang—di sebelah Sarah. Sedangkan lelaki berjambul coklat tersebut, berdiri, tepat di samping meja Xevira.

Kini kelas sudah hampir tidak berpenghuni lagi. Hanya bersisa Kevin, Xevira, dan dua orang gadis yang melaksanakan piket kelasnya. Untungnya mereka tidak terlalu menggubris keberadaan kedua remaja yang sedang patah hati itu.

Kevin meletakkan surat yang berisi tulis tangan Xevira di atas meja. "Ini maksudnya apa?" tanyanya dengan wajah datar seperti biasanya.

Xevira menatap secarik kertas tersebut. Lalu beralih menatap ke arah Kevin. Terlihat jelas mata sembab gadis itu. "Kenapa?" gadis tersebut malah kembali bertanya, tanpa menjawa apa yang baru saja Kevin tanyakan.

Kevin tidak mau mengulang pertanyaannya lagi. Ia hanya mengalihkan tatapannya mengarah ke arah surat tersebut.

Xevira terlihat menghela napasnya pelan. Dadanya kembali sesak. "Ada yang salah?"

"Kenapa lo nulis itu?"

"Emangnya salah?"

Kevin hanya bisa bungkam.

"Lo yakin?" demi apa pun, Kevin sendiri tidak tahu mengapa pertanyaan itu yang terucap dari mulutnya. Mulutnya hanya mengikuti perintah dari hatinya saja.

Xevira tertawa hambar. "Kenapa? Bukannya itu yang kamu mau, mengakhiri hubungan singkat kita ini?" Lagi-lagi cairan bening itu menggenang di mata Xevira.

"Sekali lagi gue tanya. Lo yakin?"

"Kenapa? Kamu sendiri nggak yakin sama pilihan kamu? Kamu kan yang minta putus? Aku udah terima kok. Aku tahu aku salah, aku tahu aku udah buat kamu kecewa. Tapi, aku nggak mau egois untuk perasaan kamu. Aku nggak boleh memaksakan kehendak."

Kevin terdiam.

Oh ayolah, mengapa sekarang ia menyesal? Tidak salahkah ini? Kemarin, ia merasa pilihan yang diajukannya sudahlah tepat.

"Kamu nggak boleh seenaknya sama perasaan aku. Kamu sendiri yang minta putus, tapi kamu yang nanya sama aku, kalau aku yakin apa nggak nerima permintaan kamu. Kamu seolah-olah narik ulur perasaan aku. Kamu kira perasaan aku cuma buat bercandaan?" Xevira tak kuasa dalam hal menahan tangis.

"Oke. Oke kalau itu memang mau lo. Kita, putus." Seolah logika dan hati Kevin tidak sejalan, dengan santainya Kevin berucap.

Tak ingin lama-lama memandangi wajah Xevira lagi, ia pun melangkahkan kakinya, pergi dari kelas yang sudah kosong itu. Meninggalkan Xevira yang telah memecahkan tangisnya sekeras mungkin. Tak peduli jika ada orang yang melihatnya tengah menangis seperti orang gila.

Xevira menjambaki rambut panjangnya yang terurai anggun—yang sekarang sudah berantakan akibat ulahnya sendiri. Seolah menyesali atas apa yang dikatakannya tadi pada Kevin.

Mengapa ia tidak mempertahankan hubungannya dengan Kevin? Bukankah itu yang ia mau? Tapi mengapa justru mulutnya tidak sesuai dengan pikirannya dan hatinya?

My Petakilan Girlfriend  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang