43 • (Maybe) For The Last Time

7.9K 559 156
                                    

Setelah mengganti seragam dan bersiap-siap ingin mengunjungi rumah Kevin, Xevira pun turun ke bawah dengan jantung yang sudah berdetak tak karuan. Belum saja pergi, jantungnya sudah seheboh ini, bagaimana nanti jika berhadapan dengan Kevin langsung?

Saat kaki Xevira melangkah pada tangga terakhir, matanya melihat jelas sepasang suami-istri kini sedang berbincang manis di sofa yang tersedia di sana. Xevira memutar bola mata malas. Kenapa sih harus lihat yang kaya begini diwaktu yang nggak tepat? Ujar Xevira malas.

Xevira melangkah gontai menuju pintu keluar, seolah ia tidak melihat keberadaan Ayah dan Bunda, ralat, wanita itu.

Namun, belum sempat Xevira membuka pintu, suara Petra menghentikan langkahnya. Dengan rutukan yang terus terucap dalam hati, gadis berkaos hitam polos tersebut berhenti dan menoleh dengan pandangan malas.

"Mau ke mana, Sayang?" tanya Petra lembut yang langsung bangkit dari duduknya.

"Xevira mau ke mana juga bukan urusan Ayah. Lagian, urusin aja tuh istri Ayah. Kasih uang yang banyak, atau nggak bawa ke pusatnya Gucci noh, biar puas!" ucap Xevira yang sudah panas duluan, seraya menatap nyalang ke arah Mira yang sedang duduk santai seperti tak ada masalah, sembari memperhatikan kuku panjangnya yang dihiasi dengan kuteks berwarna-warni.

"Vira! Kenapa kamu ngomong kaya gitu?" hardik Petra.

"Kenapa, Yah? Benerkan? Lihat aja tuh, dari tadi udah ngelihatin kutek terus. Udah luntur ya? Bawa ke Medicure Pedicure aja, Yah."

Mira yang melihat aksi Xevira seperti tadi, langsung memasang wajah bingung. Dan memulai edisi acting-nya. "Sayang, kok kamu ngomong gitu? Kamu kenapa?" Mira bertanya seolah ia tidak tahu apa-apa. Dan jangan lupakan wajah menjijikkannya itu.

Xevira menatapnya dengan tajam. "Nggak usah pura-pura bego ya, lo! Gue tahu ini cuma akal busuk lo aja! Nggak cukup lo habisin duit bokap gue berpuluh-puluh juta?!"

Petra menatap putri tunggalnya itu nyalang. Ia hampir saja kelepasan kendali untuk menampar Xevira. "Xevira! Apa maksud kamu? Memanggil Bundamu dengan sebutan itu? Ayah nggak pernah sama sekali ngajarin kamu jadi anak yang nggak sopan seperti ini. Di mana sopan santunmu?"

Bisa Mira lihat wajah Petra yang sudah merah padam. Ia tersenyum puas dalam hati. Itu artinya, ia menang. Petra percaya pada dirinya!

Xevira menatap Ayahnya dengan tatapan tak percaya. Ayahnya benar-benar sudah masuk ke perangkap buruk Mira. "Yah, sadar! Ayah hanya dimanfaatkan aja sama wanita sialan itu! Kenapa Ayah nggak percaya sama Vira? Ayah yang kenal Vira duluan, bukan dia!"

Plakkk

Satu tamparan berhasil dilayangkan Petra ke pipi mulus Xevira—putri kandungnya. Ini semua diluar kendali. Bahkan Petra sendiri tidak menyadari perbuatan tangannya. "Jaga ucapanmu, Xevira!"

Gadis dengan rambut yang tergerai itu memegang pipinya. Hatinya tak kalah sakit dengan pipi yang baru saja ditampar. Air mata tak kuasa ditahannya lagi. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Ayahnya yang berubah hanya karena wanita sialan itu.

Xevira mengangkat kepalanya perlahan, menatap manik mata Ayahnya dengan lesu. "Setelah 17 tahun Ayah mengenal Vira, dan Ayah lebih percaya sama wanita itu?" ucap Xevira sembari mengusap air matanya dengan kasar. "Vira benar-benar nggak habis pikir sama Ayah. Vira kecewa sama Ayah," gadis tersebut beralih menatap ke arah Mira yang berada tepat di belakang Petra. Wanita berhati busuk itu dengan santainya tersenyum penuh kemenangan ke arah Xevira dengan keadaan seperti ini.

"Oke kalau Ayah nggak percaya sama Vira. Vira nggak akan maksa Ayah lagi buat percaya sama Vira. Biar waktu yang menjawab, betapa busuknya otak wanita yang Ayah cintai itu. Vira pamit." Dengan hati yang sesak, layaknya ditimpa ribuan ton—Xevira pergi dari rumah tersebut dengan membanting pintu coklat tersebut.

My Petakilan Girlfriend  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang