Delapan

1K 61 0
                                    

"Radja?!" Pekik Dara terkejut mendapati Radja menariknya. Di sekeliling pohon yang besar dan sepi, Radja membawa Dara yang memberontak sadari tadi.

"Kenapa lo bisa ada disini?" Tanya Dara.

"Kenapa lo bisa ikut balapan kayak tadi?" Cowok itu malah bertanya balik dengan wajah yang mengeras. Dara malah mendesah kesal.

"Gue emang suka balapan, dari dulu." Ucapnya.

Radja mengusap wajah frustasi "Kita pulang,"

"Eh eh, ngapain lo ngajak gue pulang? Gue belom mau balik!" Tolak Dara. Radja kembali menoleh dengan wajah tak suka menatap Dara.

"Ini udah tengah malem, gak baik cewek kayak lo berkeliaran tengah malam. Gue gak mau tahu, gue anter lo balik!" Titah Radja sambil kembali menarik paksa gadis itu, karena tenaga Radja lebih kuat di bandingnya, Dara tak bisa melepaskan cekatan lelaki itu walau sudah dengan keras memberontak.

"Mau lo apa sih?! " Pekik gadis itu.

"Gue bisa pulang sendiri, gue bawa motor," Kata Dara, lagi. Namun, Radja tak menghiraukan nya dan tetap berjalan menuju mobilnya yang terparkir, mendorong dengan paksa Dara sampai gadis itu masuk dengan wajah cemberut.

Mau tak mau Dara mengalah, dan meng- whatsapp Dika, untuk membawa motornya.

Di perjalanan, Dara, gadis itu hanya diam sambil memandang jalanan. Dirinya masih kesal dengan Radja yang menurutnya seenaknya. Dara itu paling gak suka ada yang mengatur hidupnya, terkadang Katrina atau pun Patra yang suka mengaturnya saja dia bantah. Apalagi Radja, orang asing yang seenaknya mengatur dirinya. Dara sangat benci itu.

"Ini untuk terakhir kali lo ikut balapan!" Kata yang terlontar dari mulut Radja bukanlah seperti ucapan, melainkan perintah. Sontak hal itu membuat Dara membelalakan matanya, menatap Radja dengan tak suka.

"Lo siapa ngatur-ngatur gue?! Lo gak berhak atas hidup gue!" Bentak Dara yang sama sekali tak berpengaruh pada Radja yang masih setia memandang lurus jalanan.

"Gue berhak," Ujar Radja membuat Dara tertawa sinis.

"Berhak? Lo lupa? Kita tuh cuma orang asing, lo itu cuma guru privat gue! Jadi jangan ngatur-ngatur hidup gue!" Ancam Dara sambil menunjuk ke wajah Radja penuh penekanan.

"Karena gue gak suka diatur!"

Citttttt

Tanpa di duga Radja menghentikan mobilnya dengan mendadak, cowok itu menatap Dara yang terkejut dengan tatapan tak terbaca.

"LO GILA?! " pekik gadis itu.

Radja mengangguk lantang "Ya, gue gila. Gue gila karena lo!"

Hal yang kemudian tak terduga selanjutnya. Kejadian yang bahkan sama sekali tak pernah difikiran oleh Dara sebelumnya.

Tanpa diduga seorang Radja memeluk Dara, cewek itu hanya membeku di tempatnya. Nafas lelaki tersebut sangat berat, pelukannya sangat erat sampai terasa sesak. Dara belum membalas pelukan lelaki tersebut, karena menurutnya ini sangat tiba-tiba dan tak terduga. Gadis itu juga masih shock walau sudah beberapa detik.

"Lo gak tahu seberapa khawatirnya gue tentang lo... Dara, "

^^^

Pagi ini, Dara berjalan dengan pandangan kosong pada koridor yang masih sepi. Setelah memarkirkan motornya tadi. Gadis itu sengaja datang sangat awal, karena ingin menghindari seseorang tentunya. Radja Danuarta.

Dia masih belum bisa mengerti dengan kejadian satu hari kemarin, kejadian dimana Radja memeluknya tiba-tiba. Dia tidak mengerti dengan Radja, dia tidak mengerti tentang respon yang telah diberikannya, pada Radja.

Kenapa cowok itu mengkhawatirkan dirinya? Memangnya dia siapa? Bagi Dara, Radja hanyalah orang asing, status cowok itu gak lebih dari sekedar guru privat dan teman sekelasnya saja. Tetapi, kenapa cowok itu perduli padanya? Kenapa cowok itu harus sebegitu khawatir tentangnya? Memikirkan semua itu membuat Dara pusing seketika.

Masuk ke kelas yang masih sepi, seperti biasanya, Dara langsung menelungkupkan wajahnya dan tertidur. Sampai bel masuk dimulai, barulah dia mengangkat wajahnya. Mengedarkan pandangannya, dahi nya mengernyit ketika seseorang yang dicarinya tak ada.

Sampai bel pulang sekolah berbunyi seperti biasanya. Radja tidak menampakan dirinya sejak pagi. Cowok itu tidak masuk.

Tumben, fikir Dara. Padahal setahu gadis itu, Radja sangatlah disiplin dan jarang absen.

^^^

Asmara DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang