Lima Belas

1K 75 7
                                    

Saya gak akan mengemis vote dan komen. Tapi setiap kalian tekan maupun ketik kolom komentar adalah hal penyemangat untuk saya. Sekarang saya sadar betapa kerasnya untuk jadi penulis saat karya nya tidak di hargai, melainkan di tinggalkan begitu saja saat sudah singgah, i know it right :')))

^^^

Pagi ini Dara berjalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum dengan wajah cemberut dan bibir menggerutu. Kenapa bisa dia tidak naik KLX kesayangannya? Karena Patra telah menyita motor yang sudah dianggap separuh jiwanya itu untuk sementara waktu, karena entah bagaimana abangnya itu tahu jika dia sering balapan. Maka dari itu Patra menyita motornya tak memperdulikan Dara yang memohon kepada cowok itu.

"ck, nyebelin banget si Patra! Sialan motor kesayangan gue." Umpatnya. Tapi tak lama kemudian, motor yang sangat familiar berhenti dan sang empunya menghampiri gadis itu. Radja.

"Hai pacar!" God Radja, Dara mendengus.

"Apaan sih lo!"

"Kenapa sih pagi-pagi udah bete?" Tanya Radja.

"Huh, motor gue disita sama Abang gue.." keluhnya. Hal itu membuat Radja lega dalam hati mengetahui nya, dan itu bahwa Dara gak akan ikut balapan liar seperti tempo hari lalu.

"Yaudah mulai sekarang gue jadi tukang antar-jemput Lo," ucap Radja. Dara menoleh dengan alis berkerut.

"Lo udah jadi ojol?" Tanya gadis itu dengan polos. Radja menyentil dahinya pelan lalu berkata "Bukan gitu maksud gue dodol, udah ayo berangkat nanti keburu bel."

Kemudian mereka berbonceng, di perjalanan Radja berkata dengan suara agak kencang karena bisingnya perjalanan "Tadi gue ke rumah Lo, cuma nyokap Lo bilang kalo Lo udah jalan."

"Oh.. iya gue pikir Lo gak mau jemput gue, gue WhatsApp gak di bales!" Kata Dara.

"Hp gue mati, sori."

^^^

Hari ini sekolah tampak sepi karena sedikit yang masuk, dan sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar lagi. Begitu juga dua hari kemudian akan ada pembagian rapot setelah itu mereka akan libur semester, yang ditunggu-tunggu.

"Oh iya, kalo di pikir-pikir kenapa gue ga usah masuk aja ya? Kerajinan banget sih gue!" Ucap Dara sambil memakan baksonya, Radja menoleh menatap cewek itu.

"Mau bolos?" Tanya Radja, gadis itu kemudian mengangguk-angguk antusias.

"Eh, tapi kalo Lo gak mungkin mau kan? Masa sih? Lo kan ketos?"

"Udah gak belajar juga,"

Dara menatap Radja tak percaya penuh selidik "Yaudah deh kalo Lo maksa"

Dan akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman kota, mereka tak memperdulikan tatapan heran orang-orang sekitar karena mereka masih mengenakan pakaian sekolah.

Dara menunjuk salah satu kedai es krim "Ja, beliin gue es krim coklat dua yaaa plissss..." Ucap cewek itu dengan kekanakan membuat Radja gemas sendiri.

"Ya bawel!" Dalam hati Radja tak menyangka, sifat Dara yang sekarang dengan dulu masih sama. Manja. Walaupun gadis itu sudah jauh berbeda, Dara yang sekarang jauh lebih berani di banding Dara yang dulu lebih cengeng.

Tapi tetap saja, sifat manja dan kekanakan masih melekat pada gadis berkulit putih itu. Gadis yang tingginya selalu se bahu nya saja.

Tak lama mereka menikmati es krim di tengah bangku taman kota sambil saling cerita.

"Em... Gue pengen nanya," ucap Radja tiba-tiba.

"Hm? Tanya apa?"

"Sewaktu kecil gue gak pernah liat Abang Lo itu? Dia kemana aja setelahnya dan baru sekarang gue lihat Abang Lo?" Tanya Radja.

Dara mengangguk "Pas itu bang Patra tinggal sama Oma sama Opa gue di Bangka, dan gue sama nyokap bokap di Jakarta. Sampai bokap gue meninggal, gue sama nyokap, dan akhirnya nyokap gue harus banting tulang. Sampai gue ketemu Lo, tapi gak lama Lo malah pindah, setelah itu Oma dan opa gue, serta Abang Patra mereka memutuskan untuk tinggal di Jakarta bersama gue. Sampai beberapa tahun, Opa dan Oma gue meninggal secara bersamaan.... Itu buat bang Patra sedih banget dan terpukul, kami juga." Cerita Dara.

"Kenapa Lo bisa berubah seperti ini? Jadi tomboi dan suka balapan?"

"Huh, dulu tuh semenjak Lo pindah. Gaada yang mau temenan sama gue, mereka yang temenan sama gue membulli gue! Sampai akhirnya gue memutuskan untuk jadi seperti ini, berteman hanya dengan laki-laki saja, karena yang gue tahu, berteman dengan perempuan.... Mereka semua sampah!" Jelas Dara sambil tersenyum sinis. Mengingat kejadian beberapa tahun lalu, tentang mantan para sahabat perempuannya yang mengkhianati nya.

"Mereka berteman hanya untuk membicarakan kita dari belakang, hanya untuk menikam kita! Mereka cuma bisa menggunjing, bener-bener sampah. Justru itu gue lebih memilih berteman dengan laki-laki." Lanjutnya.

"Maaf," kata Radja tiba-tiba. Dara menoleh heran menatap cowok di sampingnya.

"Kenapa?"

"Karena gue ninggalin Lo waktu dulu, gue gak tahu kalau ternyata... Gue begitu berharga buat Lo." Kata Radja dengan percaya dirinya.

"Cih, pede lo. Justru itu yang buat gue heran, seorang Radja Danuarta? Ketos dan sahabat masa kecil gue, dan sekarang? Pacar gue?" Ujar Dara sambil menekan kata 'Pacar'.

Radja terkekeh mendengarnya "Lo belum sadar sama diri Lo sendiri, Dara. Kalau Lo itu, unik dengan cara Lo sendiri. Lo punya daya tarik yang kuat tanpa Lo sadari, membuat banyak cowok diluar sana tertarik sama Lo. Maka dari itu, gue gak mau ada satupun seseorang yang merebut Lo dari gue, Dara."

^^^

Asmara DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang