0.3

289 45 22
                                    

"Lin, habis ini mau kemana?"

Junlin mengedikkan bahu, tanda dia gak tau harus kemana. Lagi pula, dia orang baru di sekitar rumahnya. Mau jalan sendiri juga gak mungkin, yang ada dia nyasar nanti.

"Yaxuan, lo tau cowok tampan itu gak?"

Yaxuan mengernyit—cowok tampan disekolah tuh banyak. Gak cuma satu dua, dan Junlin salah nanya itu ke dia. Sebab di mata Yaxuan, semua cowok tuh tampan. —Kalau ada yang traktir dia makan.

"Lo bilang cowok itu seakan gue tau gimana rupanya. Ya jelas gue gak tau."

"Benar juga!"

"Rumah lo, masih jauh dari sini? Soalnya rumah gue belok ke kanan."

"Oh, enggak, Rumah gue tinggal lurus doang kok. Kita pisah disini ya."

Yaxuan senyum sambil melambaikan tangan. Dia melanjutkan jalan ke arah rumahnya dan begitu juga Junlin. Di sepanjang jalan, Junlin terus memikirkan siapa cowok tadi. Seingatnya, itu cowok yang gak sengaja dia tabrak.

Sebentar—
Junlin baru sadar kalau cowok itu yang gak sengaja dia tabrak.

"Jadi cowok itu yang gue tabrak. Tapi kenapa setiap ngobrol, dia selalu minta gue untuk bicara secara perlahan? Apa dia astaga—"

Junlin mematung ditempat.
Gak jauh darinya, Junlin melihat sosok cowok tampan-nya. Turun dari motor dan masuk ke dalam salah satu rumah yang letaknya berhadapan dengan rumahnya sen—

"OH TUHAN! JADI GUE SAMA DIA—"




;





"Ma, kenal tetangga depan rumah gak?"

Junlin memulai interogasi.
Dia harap mama nya kenal dan berakhir dengan mamanya mau ngejodohin dia dengan cowok itu. Baik—Harapan Junlin terlalu tinggi. Tolong sadarkan Junlin dan bilang padanya kalau hidup dia bukan di dalam drama picisan.

"Mama belum kenal, dek. Mungkin nanti mama akan kesana sekalian nganter makanan sebagai tanda perkenalan. Kenapa emangaya?"

Helaan nafas terdengar, Junlin kecewa. Harapannya hancur begitu saja.

"Mau ikut ya. Mau kenalan juga sama mereka. Siapa tau nanti kalau mama gak ada Lin bisa sedikit minta bantuan mereka. Iyakan?"

Cerdik alasannya.

Dan dengan senyuman lebarnya, mama ngangguk mengiyakan. Baginya, semua omongan anak manisnya benar. Siapa tau suatu saat nanti dia lagi gak dirumah, dia bisa titipin Junlin ke mereka.

"Oke! Sekarang kamu mandi dan siap-siap. Habis itu temenin mama ke beberapa rumah untuk kenalan. Buru gih"

Tanpa bantahan, Junlin memekik senang menuruti perintah mamanya.
Duh, dia gak sabar ketemu cowok tampan itu lagi.

Wánměile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang