Wánměile [COMPLETED]

0.6

"...masih mikirin Junlin? Kenapa gak coba susul ke rumahnya?"

Azy nepuk bahu Zhenyuan dua kali.
Dia jengah liat sobatnya ini merenung gak jelas. Semenjak insiden Junlin pingsan, Zhenyuan jadi sering ngelamun di tempat biasa Junlin menenangkan diri. Entah apa yang ada di fikirannya.

Sedangkan Junlin sendiri, anak itu seminggu absen dari sekolah. Gak ada yang tau kemana perginya dia.

"Gak perlu nyuruh, gue udah datengin rumahnya. Hasilnya? Dia dan mamanya gak ada. Itu info yang gue dapat dari pembantu dirumahnya."

"Udah coba hubungin Junlin?"

"Nomornya gak aktif."

Azy termangu sejenak.
Dia bingung kenapa Zhenyuan bisa sefrustasi ini.
Padahal hubungan keduanya hanya sebatas teman. Dan Zhenyuan berakting layaknya kekasih yang ditinggal pergi pujaan hatinya.

"Coba tanya nyokap atau bokap lo. Siapa tau aja mereka tau dimana keberadaan Junlin."

Azy benar—kenapa dia gak kefikiran sama sekali?

"Gue cabut."

"Yakh! Gak seka—astaga anak itu."

;

Cabut sekolah, tujuan Zhenyuan kali ini adalah rumah. Dia akan nanya ibunya kemana Junlin pergi. Seingat dia, terakhir Junlin dibawa kerumah sakit, ibunya ikut nemenin.

Brugh!

"Ibu!"

"Yakh! Kamu bisa ngerusak pintu, Zhen. Ada apa? Hei, ini blm jam pulang sekolah."

"Ibu tau Junlin kemana?"

Zhenyuan duduk di samping ibunya.
Natap harap agar ibunya bisa beritahu keberadaan Junlin dimana.

"Loh, dia gak masuk sekolah?"

Zhenyuan ngedecak.
Ibunya kenapa gak bisa mikir sih?
Kalau Junlin ada di sekolah dia gak akan nanya dimana keberadaannya.

"Bu, Zhenyuan gak akan nanya dimana dia kalau wujudnya ada di sekolah. Seminggu dia gak masuk, bu."

Ibu ngehela nafas, ngegenggam tangan anaknya lalu senyum sendu.

"Terakhir ibu ketemu itu seminggu yang lalu, Zhen. Tepat saat kamu bawa dia kerumah sakit. Setelah kamu pulang, mamanya datang. Dan gak lama mamanya bilang kalau dia harus bawa Junlin pergi untuk sementara waktu. Ibu gak tau mereka kemana. Yang pasti—saat itu keadaannya,"

"Bu, jangan terlalu cepat. Zhenyuan kesulitan baca gerak bibir ibu."