1.0

187 34 8
                                    

Hari ini tepat tiga bulan atas koma nya Junlin. Sosok cantik itu tidur telelap dalam damai sampai-sampai kedua matanya enggan terbuka. Meninggalkan dua orang yang hingga kini betah menunggu tanpa lelah.

"Zhen, maafin Junlin ya. Anak ini nakal memang. Sampai sekarang tetap keukeuh gak mau buka kedua matanya."

Zhenyuan beralih menatap mama, sosok yang tiga bulan terakhir ini selalu bersamanya.

"Gapapa, ma. Dengar suara detakan jantungnya aja udah buat Zhenyuan tenang. Seenggaknya Zhenyuan tau bahwa masih ada harapan untuk Junlin sadar."

"Dulu, Junlin itu bercita-cita menjadi dokter. Katanya ingin membantu orang-orang seperti dia. Mama dengan senang hati mendukungnya, tapi beda dengan sesuatu yang ada ditubuh Junlin. Penyakit itu perlahan membuat mimpi Junlin sirna tanpa harapan. Tapi memang dasarnya Junlin keras kepala, dengan segala usaha yang dia punya. Dia lakukan apapun sebisanya. Duh, mama jadi kangen ocehan rewelnya."

Mama menyendu, menatap anak kesayangannya dengan mata berkaca-kaca. Dalam hatinya selalu berdoa agar Tuhan mengembalikan Junlin-nya.

"Ma, Zhenyuan mau minta izin. Biarkan setelah ini Zhenyuan yang menjaga Junlin. Zhenyuan—sayang anak mama."

Genggaman tangannya mengerat.
Zhenyuan mengeratkan genggamannya di dalam genggaman Junlin. Berusaha menyalurkan rasa yang selama ini ia tahan.

Kata orang, kekuatan cinta itu dahsyat, bukan?

Kali ini biarkan Zhenyuan merasakan kebenarannya.













;














Beberapa jam setelah keadaan hening, kini ruangan Junlin ramai dengan suara berbagai mesin penunjang hidupnya. Suara nyaring alat-alat itu datang tanpa di undang diwaktu tak diduga.

Sontak Zhenyuan dan mama teriak histeris saat melihat tubuh kesayangannya mengejang kuat dengan berbagai macam alat mengeluarkan suara nyaring tanpa henti.

Mama jatuh dipelukan Zhenyuan dengan tangisan kerasnya. Menatap sedih anaknya dibalik kaca yang sedang berusaha dibantu beberapa dokter hebat untuk tetap bertahan.

Sedangkan Zhenyuan, anak itu tetap berusaha kuat walau nyatanya hatinya hancur. Rasanya ingin mendobrak pintu ruangan kemudian memeluk erat Junlin dengan bisikan penyemangat agar kedua mata indah itu terbuka.

Namun sayang, semua hanya angan.

Zhenyuan kini hanya bisa diam dengan rapalan doa tanpa henti seraya memberikan kalimat penenang untuk mama.

Dia yakin, Junlinnya bisa bertahan.

Wánměile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang