Dua tahun lalu.
Senno menghela napas sembari memutar setir mobilnya. Ia terlalu mabuk semalam dan efeknya membuat kepalanya serasa dipukul dengan balok. Ia bahkan tak ingat bagaimana ada wanita di kamar hotel sewaannya. Yah apapun itu dan bagaimanapun caranya, cinta satu malam mereka berakhir saat matahari terbit. Lagipula, Senno sudah memberikan cek sejumlah seratus juta rupiah agar wanita tak dikenal itu tak mencarinya.
Seratus juta rupiah. Rasanya ia seolah hanya mengeluarkan seratus ribu saja.
Senno mendengus pelan, melaju pelan dengan mobilnya dan berhenti ketika lampu merah menyala. Jalanan masih sepi karena masih pagi, tetapi ada beberapa penyeberang di jalan. Ia terdiam sejenak, mengamati orang-orang yang lewat. Seorang wanita tua menjatuhkan belanjaannya dan seekor anak kucing yang nampak kotor, membuat Senno menatap wanita itu sejenak. Ah, ini akan memakan waktu lama.
Ia awalnya ingin keluar dari mobil untuk membantu wanita tua itu segera menyingkir, tetapi seorang gadis kecil sudah berlari maju menolongnya. Pergerakan Senno terhenti. Gadis kecil itu kelihatan begitu mungil dan manis dengan senyuman secerah langit sore ketika ia selesai menolong wanita tua itu mengumpulkan belanjaannya dan menggandengnya menuju tepi jalan.
Ia beranjak pergi setelah menolong wanita tua itu sambil menggendong anak kucing kecil yang terjatuh itu dengan hati-hati. Tentunya dengan senyum lebar dan tulus yang terukir di bibirnya. Gadis itu seolah tak merasa jijik walau anak kucing itu nampak kotor. Senno terdiam untuk beberapa saat lagi, memandangi arah kepergian gadis itu dan memutuskan untuk pergi dari sana ketika lampu hijau menyala dan klakson mobil di belakangnya dengan nyaring memecah lamunannya.
Senno penasaran pada gadis itu.
Keesokan harinya, ia kembali ke jalan yang sama di waktu yang sama pula. Namun, ia tak menemukan gadis itu. Begitu terus setiap pagi dan gadis itu menghilang tanpa jejak. Senno bukan orang yang mau tahu urusan orang lain, tetapi ia ingin tahu tentang gadis itu. Senyuman dan kebaikannya telah menarik hati Senno. Padahal, ia tak mengenal siapa gadis itu dan masih berkeras ingin melihatnya.
Ia tak pernah menyerah. Selalu kembali ke jalanan yang sama setiap paginya dan tak pernah menemukannya. Senno kemudian berhenti datang untuk beberapa waktu, cukup lama hingga ia melupakan tentang gadis itu. Walau kadang sesekali ia kembali lagi dengan harapan bisa melihat senyuman manis di wajahnya.
Hingga hari itu tiba dan gadis itu muncul lagi di hadapannya. Tidak tepat di hadapannya karena ia berada beberapa meja jauhnya di seberang Senno, nampak cemas dan serba salah sambil memandangi dua gadis yang sedang berdansa bersama pria-pria di sekitarnya. Salah satu dari kedua gadis itu adalah keponakannya yang nakal dan manja. Syua dan teman baiknya yang sama nakal dan manjanya, Yuki.
Senno bertanya-tanya bagaimana bisa ia mencari seorang gadis itu berbulan-bulan hampir setahun dan malah menemukannya di klub malam langganannya bersama dengan Syua. Senno memicingkan matanya, mengamati wajah gadis itu. Rautnya nampak tak senang, kelihatan mengkhawatirkan kedua gadis itu dengan tangan menyentuh gelas berisi susu.
Dengusan geli lepas begitu saja dari bibir Senno. Susu. Bagaimana bisa ia memesan susu di tempat seperti ini? Senno beranjak hendak menghampirinya ketika gadis itu tiba-tiba berdiri, beranjak menuju Syua dan Yuki menarik untuk keduanya agar duduk bersamanya lagi. Melihatnya yang nampak gusar sembari membuat kedua gadis lainnya duduk merupakan pemandangan yang menarik.
Senno memutuskan untuk kembali diam dan mengamati gadis itu. Wajahnya kelihatan berkerut-kerut dengan lucunya, sementara bibirnya menggerutu tanpa henti. Senno tak tahu apa yang diucapkan oleh gadis itu, tetapi ia dapat membaca gerakan bibirnya. Bahaya, nggak boleh, kuis, ulangan, dosa, dimarahin, kata-kata itu bisa Senno baca. Sisanya, ia menebak-nebak jika anak itu sedang menceramahi Syua dan Yuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Chérie
Ficción GeneralFull Chapter on Karyakarsa! Link on bio. Ma Chérie {France} (n) honey Hidup di lingkungan orang kaya itu susah, tahu. Setidaknya, itu yang Miu rasakan. Ia bisa saja ditindas oleh orang kaya di Universitas Garuda Emas kalau saja Syua dan Yuki bukan s...