01

54 3 1
                                    

Agustus 2016

"Assalamualaikum... Nama saya Mariana, kalian boleh panggil saya Bu Ana. Saya akan menjadi wali kelas kalian dalam semester ini. Ibu paham kalian berasal dari SMP yang berbeda-beda. Karena itu ibu minta kalian bisa berbaur dan beradaptasi dengan baik yaa anak-anak. Seusai pemilihan ketua kelas hari ini, ibu minta kalian semua menyerahkan formulir biodata pada ketua kelas terakhir nanti sore"

Bu Ana memulai hari ini dengan penuh semangat. Ternyata begini rasanya hari pertama masuk SMA. Misiku hari ini hanya mencari teman dan mengumpulkan formulir. Kulirik sekeliling, raut wajah yang tenang dan ramah akan menjadi target utamaku.

Tatapanku terhenti pada seseorang wanita berkulit putih. Senyumnya menampakkan lesung pipi dan giginya yang tidak rapi.Wahh, manisnya alami. Gumamku saat melihat kaca jendela yang memantulkan wajahku.

Aku terkekeh sendiri dan kembali melihat-lihat sekitarku. Sudahlah, biarkan aku saja yang mengatakan aku manis, karena jika kuharapkan kata-kata itu keluar dari orang lain sepertinya impossible. Keluargaku saja nyaris tidak pernah memuji rupaku. Aku hanya gadis sederhana yang bahkan tak pernah diganggu saat melewati kelompok cowok-cowok nongkrong di jalan. Namun aku mencintai diriku apa adanya. Memang banyak orang cantik di dunia ini tapi belum tentu mereka percaya diri atas apa yang dia punya.

Sesuatu menarik perhatianku. Seorang perempuan dengan senyum lebar. Perawakannya sederhana dan sepertinya ramah. Kulitnya yang tak lebih putih dariku namun wajahnya nampak ceria.

Aku menarik kursi pelan ke arahnya dan berdehem tepat disampingnya.
"ehemm..ehemmm"

"eh,, hallo" balasnya.

"Aku Wardah" ujarku ramah sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Hai Wardah, aku Ria" balasnya menerima salamku.

"Kamu kira-kira milih siapa?" tanyaku basa-basi sambil menunjuk kandidat ketua kelas yang sudah dipanggil bu Ana maju ke depan kelas.

"Belum tau dah, bingung" jawabnya polos.

"Kita samaan aja yaa, gimana kalo kita pilih no.1 aja. Sepertinya dia baik" kataku sok tau.

"Yaudahh boleh deh" jawab Ria sambil tertawa kecil.

Begitulah permulaanku bertemu Ria. Teman pertamaku di SMA. Dari sekolah Menengah tingkat pertamanya, Ria hanya sendirian memilih SMA N 1 Bakti, persis sama sepertiku. Kami berdua tidak mengenal siapapun di sekolah baru ini. Sahabatku, Ryan tidak mau mengikutiku masuk di sekolah ini. Padahal aku telah memohon dalam waktu yang sangat lama.

Hari-hari yang kulewati bersama dengan Ria semakin hari semakin akrab. Ria orang yang sangat sederhana dan suka tertawa walau leluconku tidak lucu. Seminggu sudah aku menginjakkan kaki di kelas X ipa 5. Aku semakin banyak mengenal orang-orang di kelasku. Aku juga mulai menghafal nama-nama guru. Adi, Ketua kelas yang terpilih-nomor urut 1 saat pemilihan-kini juga telah menjadi temanku.

Setiap bel istirahat berbunyi, akan ada 3 anak yang selalu berjalan bersama menuju kantin. Ya tentu saja aku, Ria dan Adi.

Adi adalah teman keduaku di sekolah setelah Ria.  Aku tidak menyangka dapat berteman dekat dengan cowok kurus tinggi dan sangat rupawan. Namun tingkahnya kadang-kadang lebih jahil dari penampilannya. Adi memiliki kecakapan dalam berdiskusi dan memimpin. Dia akhirnya di amanahi sebagai ketua kelas. Namun tak ada yang segan padanya karena dia terlalu sering mengganggu orang lain di saat tenang.

Aku tidak menyangka bisa satu geng dengan cowok terganteng kelas ini. Kuakui dia memang ganteng. Rambutnya yang sering acak-acakkan namun garis wajahnya yang tegas selalu menjadi pembicaraan murid-murid perempuan seangkatan kami. Mereka semua tidak tahu, mungkin hanya Ria dan aku saja yang tahu bahwa Adi itu tak selembut wajahnya. Dia gampang emosi dengan hal-hal kecil.

PaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang