kamu mau apa?
tolong, beri tahu.kamu sudah membuat rasa jadi porak-poranda,
kamu sudah membuatku menjadi seorang pencinta,
kamu juga yang sudah membuatku menjadi manusia penuh lara.cukup.
kamu harus pergi.tidak mau?
kalau begitu biar aku.
asal kamu tahu,
ini demi bahagiamu.aku menghindar.
aku menghindar dari semuanya. teh yeeun, haechan, bahkan eunbin yang gak tau masalahku.
semua bingung, tapi aku gak peduli. aku cuma pusing dengan segala masalah yang ada di hidupku.
curhat? nggak ah.
kalau aku curhat, mereka gak akan peduli dengan masalahku. mereka cuma ingin tahu, apa yang sedang terjadi dalam hidupku.
"kay, kamu kenapa kok—"
"nggak papa. udah ya, aku pulang dulu." kataku menunduk, gak berani melihat eunbin.
maaf ya, bin. padahal kamu gak tau apa-apa, tapi malah kena marahku. aku emang gak jelas. aku bahkan gak tau apa yang terjadi sama aku.
langkahku terhenti di parkiran. eh, ngapain ya ke parkiran? aku baru ingat kalo hari ini aku lagi gak bawa motor. kok aku bodoh banget hari ini?
"pulang sama aku."
sebuah suara bikin noleh, ada haechan di atas motornya.
aku berdecak, "gak, gak usah."
"pulang sama aku."
"kamu tuh ada minju! ntar dikira aku cewek aneh-aneh!"
"minju lagi gak masuk sekolah,"
"terus kenapa kalau minju gak masuk sekolah? emang itu sebuah pembelaan dan alasan biar aku pulang sama kamu, gitu?" kataku panjang lebar yang bikin haechan menghela nafas. "disuruh teh yeeun, kay. aku juga khawatir sama kamu, kamu kan abis sakit."
"beneran?"
"gak percaya? telpon teh yeeun."
aku lagi-lagi berdecak. hadeh, teh yeeun ngapain sih nyuruh aku pulang sama haechan?
"naik, ayo. ini helmnya."
akhirnya aku nerima helm dari haechan dan duduk di jok belakangnya.
haechan kenapa sih? dia sok-sokan ngelupain kejadian kemarin, gitu? atau apa?
perjalanan cuma diisi keheningan sampai ke rumahku. pas udah sampai, aku turun dan ngembaliin helm, "makasih."
haechan ngangguk.
aku balik badan dan buka pagar rumahku, tapi haechan manggil. "kayra."
"apa?"
"kamu jangan menjauh, dari aku maupun temen-temenmu. terutama temenmu, mereka kan gak tau apa masalahmu."
"gak usah terlalu ngatur aku." kataku cuek sambil kembali membuka pagar.
"aku bilang begini buat kebaikan kamu."
"apa yang harus bikin aku percaya sama kamu? gak ada, kan? kalau gitu, gak usah ngesok tau sama aku."
"aku peduli, kayra. aku peduli sama kamu." haechan turun dari motornya, berjalan mendekat ke aku.
"kamu peduli sama aku karena kasian kan? gak usah. gak butuh."
"nggak, kay! aku emang peduli sama kamu!"
"ada bukti? nggak kan! kalo gitu yaudah gak usah deket-deket aku! aku gak mau deket sama orang yang peduli karena kasian!" bentakku pada akhirnya.
"kamu butuh bukti?" kata haechan sambil natep aku serius. "oke. aku akan buktiin."
terus dia naik ke motornya, lalu pergi ninggalin aku yang kebingungan dengan semuanya.
boleh minta 60 komen nggak buat next wkwkwk cuma biasanya ga nyampe sih...
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] sampai jadi debu, haechan✅
Fanficft. lee haechan ❃selamanya, biarkan perasaan ini menetap, sampai menjadi debu. ©jeezvr, 2O19 [read seperti tulang, haechan too]