[I] sampai jadi debu, haechan✅

1O ❀ gak boleh

hoodie abu, pakaianmu.
sederhana, tapi cukup membuatku kelabu.
dasar hati, butuh rambu.
soalnya aku tahu, itu dari pacarmu.

hai mentari, rasanya aku harus mundur.

rasaku menetap dan keras, layaknya tugu.
yasudah, biarkan saja sampai jadi debu.
pada akhirnya, aku tetap yang menunggu.

aku mulai tau, kenapa haechan gak pernah melihat ke arahku.

aku jelek soalnya.

"kay, ayo ngantin," eunbin nyolek pergelangan tanganku. aku menggeleng, "gak ah, bin. lagi pusing,"

tadi pagi pas upacara, aku ke uks. pusing karena gak kuat panas matahari. aku juga gak sarapan, cuma minum air putih.

"yaaah," kata eunbin. "yaudah gak papa deh, kamu kan lagi sakit. mau nitip nggak?"

"nggak laper."

"eh, gak boleh, harus makan!" eunbin noyor aku pelan. "kubeliin makanan, ntar kamu makan. harus!"

setelah itu eunbin ninggalin aku. selang beberapa menit, dia balik ke kelas, bawa makanannya sendiri dan makanan buatku.

"nih!" dia ngasih nasi kuning sama air mineral sebotol. aku senyum, dia perhatian banget untuk jadi temanku. "makasih. berapa nih? aku ganti."

"lain kali aja, kalau aku lagi gak ada uang," eunbin ketawa. "cepet dimakan, ntar kamu pusing lagi."

aku ngangguk pelan. duh, aku kan gak boleh makan. nanti aku makin gendut.

"ayo ih kay, dimakan,"

akhirnya aku mulai ngebuka bungkus nasi kuning itu, memakannya perlahan. "udah abis nih, bin."

"nah, pintar anak mama!" lagi-lagi eunbin ketawa. aku bangkit dari tempat dudukku. "mau cuci tangan dulu ya,"

"iyaaa,"

aku lari ke kamar mandi.

cepet, harus cepet.

kamar mandi lagi sepi. aku masuk ke salah satu bilik kamar mandi, buat mencoba sesuatu yang kemarin kubaca di internet.

hoek!

berhasil.

berhasil.

berhasil.

aku muntahin makanan itu. aku berhasil. aku gak boleh masukin banyak makanan ke badanku. gak boleh.

aku harus kurus.