"SEASON KE II DARI MY SWEETHEART"
(disarankan untuk membaca MY SWEETHEART untuk memahami karakter tokoh)
Senyum itu terus mengembang saat kedua matanya terbuka.
Masih dengan orang yang sama, namun, manik mata sehitam jelaga itu menatapnya asing.
"Ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jennie menunggu dengan resah di depan pintu ruang operasi. Tangannya bergetar, dalam hatinya terus menggemakan do'a tiada henti. Kondisi yang cukup buruk, membuat Taeyong harus segera dioperasi. Jennie bahkan tidak dapat berpikir apapun, tangannya gemetar saat harus menandatangani dokumen untuk operasi. Apapun, Jennie pinta, apapun harus dilakukan, untuk keselamatan Taeyong.
Jennie langsung beranjak begitu melihat pintu operasi terbuka. Jennie bergegas menghampiri Dokter Yunho yang telah keluar dari ruang operasi.
"Ba-bagaimana keadaan Tae, Dok?" Jennie menautkan kedua tangannya, berharap dan memohon agar kabar baiklah yng dia terima. Sungguh, Jennie tidak sanggup jika menerima yang lebih buruk lagi. Karna bukan lagi hatinya, tapi jiwa Jennielah yang akan hancur nantinya.
"Kondisi Taeyong-ssi saat ini sudah stabil. Kami telah melakukan operasi dengan lancar. Saat ini Taeyong-ssi akan kami pindahkan ke ruang perawaatan untuk pemulihan dan menunggu dia sadar."
Jennie berterimakasih sebelum Dokter Yunho berlalu dari hadapannya. Jennie saat ini terduduk di bangku tunggu yang ada di koridor rumah sakit. Punggungnya menyandar dengan mata yang terpejam. Helaan nafas panjang mengiringi rasa syukur yang dia kumandangkan dalam hatinya. Setidaknya, kabar baiklah yang dia terima.
Jennie membuka matanya perlahan, melihat buku jarinya yang pucat, memperhatikan penampilannya yag berantakan saat ini. Gadis itu baru tersadar, sakit kini bukan hanya mendera kakinya, namun sekujur tubuhnya. Hawa dingin baru dia rasakan menusuk kulitnya. Matanya perih dan lelah, karna terus menangis dan kurang tidur. Namun, rasa sesak masih mendera hatinya hingga sekarang. Sakit pada raganya tidak seberapa dibanding sakit yang Jennie derita di hatinya saat ini.
Jennie mengusap wajahnya pelan, menghalau kantuk yang sulit dia abaikan. Seolah sadar telah melupakan hal penting, Jennie terburu-buru mengambil ponselnya, dan segera mencari kontak Appa Taeyong.
"Yeoboseyo?" Ujar suara diseberang telfon, ya Appa Taeyong.
"Yeoboseyo Appa, ini J."
"Ada apa J, kenapa menelfon pagi-pagi sekali?"
"Appa. Tae.. Tae kecelakaan." Air mata Jennie kembali mengalir. Diseberang sana, Jaejong seakan terkena serangan jantung saat mendengar kabar dari calon menantunya itu. Kantuk yang dirasakannya seolah hilang tak berbekas. Kwatir, takut, cemas, dan berbagai perasaan kini menyergap masuk dalam dadanya.
"Kamu dimana sekarang J? Bagaimana kondisinya?" Sungguh, Jaejong harus menekan segala kegelisahannya. Dia harus dapat berfikir tenang saat ini.
"J saat ini di rumah sakit SNU, Appa. Tae telah menyelesaikan operasinya, dan Dokter juga memastikan kondisi Tae telah stabil saat ini."
Jaejong terdiam, bersyukur pada Tuhan karna masih melindungi putranya. Dia yakin, putranya kuat, dan pasti akan segera sembuh, dan dia yang akan mengupayakan apapun untuk hal itu.