1. Laugh and Cry

267K 6.7K 68
                                    

"Plak!" Suara tamparan keras terdengar dari ruang sekretariat magister ekonomi. Sambil menahan malu lelaki yang ditampar itu, memegangi pipinya.

"Brengsek!" teriak perempuan itu.

"K-kau!"

Matanya yang indah dibuka dengan lebar. "Mau aku laporkan karena pelecehan?"

Sialan! Dia tadi meremas bokong gadis itu. Sangat menggoda, seperti terhipnotis dia mengarahkan tangannya ke pantat sekal itu. Tercetak sempurna di balik celana jeans yang dia kenakan.

"Maaf Kierra, tadi tidak sengaja." Dia berkata. Menahan malu karena sekelilingnya telah dikerumuni dan dia menjadi tontonan.

"Sekali lagi kamu lakukan, aku tak segan melaporkan pada polisi!" teriak Kierra lagi. Lelaki itu pergi menjauh.

Kierra mendengus kesal, dikibaskan rambutnya yang panjang sepunggung.

"Aku benci sekali!" keluh Kierra pada sahabatnya Choky dan Letta. Di hempaskan diktat di atas meja kafe.

Letta menoleh malas, "Tubuhmu menjadi inceran lelaki hidung belang," kata Letta.

"Aku sudah memakai kaus kedodoran dan celana jeans yang sangat belel, Letta," kata Kierra kesal.

"Bukan hanya hidung belang, bahkan lelaki kutu buku saja tergoda imannya kalau melihat dia lewat."

"Bajingan kamu, Choky."

"Emm ... haha ...." Choky tertawa. Mereka telah bersahabat sejak SMP. Tidak ada yang ditutup-tutupi. "Untunglah aku sudah bertahun-tahun melihatmu, membuatku kebal." Choky menjilati bibirnya menggoda Kierra.

"Aku siram kamu," amuk Kierra, dia pura-pura mengangkat gelas minuman di depannya.

"Sekarang aku semakin di benci oleh beberapa wanita di kelasku," keluh Kierra.

"Hanya beberapa, mereka cuma iri karena kamu terlalu cantik juga sexy," jawab Letta lagi, dengan malas. Kejadian ini sering terjadi sejak mereka SMA.

"Hu um," timpal Choky.

"Aku tidak percaya ini. Aku seharusnya menjadi wanita kutu buku dan cerdas," kata Kierra. "Aku sudah memakai kacamata palsu juga membawa diktat kemana-mana."

"Apa kamu membutuhkan masker, babe?" tanya Choky.

"Sudahlah. Aku malas membahasnya," jawab Kierra jutek. "Lebih baik aku mengerjakan tugas dari dosenku, mendapat nilai A darinya membuatku menggila."

"Apa si dosen menatapmu seperti ingin menjamah tubuhmu juga?"

"B-bahasamu terlalu vulgar Choky," sentak Kierra.

Letta tertawa melihat pipi Kierra bersemu. "Haha ... Kau menyukainya Kierra? Aku penasaran bagaimana wujudnya."

Kierra bungkam. Dia menulis kertas di hadapannya.

"Hei...hei...sepertinya ada yang jatuh cinta. Makanan hari ini aku yang bayar." Kata Choky.

Letta segera bersemangat, "Jangan pura-pura Kierra, ayo katakan, apa dia ganteng? hot? Sexy? Menggoda?"

Sial! Kierra terjebak. "Stop!! Aku mau konsentrasi."

Kierra manyun, mereka lebih tertarik pada pria yang mampu membuat Kierra tersipu ketimbang pelecehan yang dia alami tadi. Huh!

"Sahabat macam apa kalian?" kata Kierra dengan kesal.

Letta menoel-noel hidung Kierra. "U ... uuu ... aku diam-diam jatuh cinta pada dosenku."

"Lettaaaaa!!!!!"

"Katakan, atau aku akan mengganggumu tanpa ampun." Letta melotot. Choky bersandar di kursi, ditarik-tariknya diktat Kierra.

Blame The Silence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang