9. Tease

101K 4.6K 57
                                    

Kierra melirik Adrian, sejak kemarin dia diam. Saat sarapan dia juga diam, pergi bekerja kemudian pulang saat sudah mulai gelap. Pria itu segera masuk ke kamar, mandi, keluar lagi untuk makan malam. Masih diam.

"Ray." Panggil Kierra.

Adrian membisu, memandangi piring di depannya.

"Ray." Panggil Kierra lebih keras. Adrian masih diam. Kierra menoleh ke arah Bude Asti yang berdiri di pinggir meja makan itu bersama pelayan lain. Bude Asti menggeleng.

Kierra mendesah. "Kenapa sih? Sudah deh makan duluan aja."

Bagaimana bagian depannya? Pasti lebih menggoda. Adrian mengangkat wajahnya. Setiap Adrian ingin menggoda gadis itu, selalu berakhir dengan kekacauan.

"Kamu siapa namamu?" Adrian bertanya pada pelayan muda yang cantik.

"Sadar juga akhirnya." Kata Kierra. Tapi matanya kemudian terfokus pada Adrian yang mengajak bicara seorang pelayan muda yang cantik.

"Vinna, tuan."

Kenapa suara cewek itu kaya kejepit gitu sih? Dibuat-buat. Hiiiii! Apa sih Kierra. Kierra memarahi diri sendiri.

"Nanti malam ke kamarku." Kata Adrian.

Kierra menoleh. N..ngapain?

"Aku lelah mau dipijit." Adrian meninggalkan meja makan, menuju kamarnya.

Dasar buaya! Mau dipijit kenapa harus milih yang paling cantik? Aku juga mau kok mijitin kamu. Kierra menekuk wajah dengan kesal. Hhh...dia sudah mulai gila. Kierra membereskan piring makannya dan masuk ke kamar.

Tunggu! Bukankah ini tugasku untuk merayu Adrian? Ngapain saja aku selama ini? Padahal biaya pengobatan Kalil sudah dibayar sampai bulan ini.

Kierra mondar-mandir di kamar. Memikirkan sesuatu. Kierra mengintip dari pintu kamar. Kemudian mengendap-ngendap ke arah ruang televisi, agar dapat melihat jelas kamar Adrian dari lantai bawah.

Apa? Kenapa pelayan cantik itu telah berganti pakaian yang sangat terbuka dan ketat? Harusnya ada pelayan pria yang tampan bak model juga, biar dia bisa minta dipijit. Besok dia akan bilang sama Tante Camilla.

"Nona Kierra sedang apa?" Tegur Bude Asti saat melihat Kierra memantau kamar Adrian.

"Mau ngecek bude, jangan sampai ada kegiatan tidak senonoh di rumah ini."

Bude Asti tertawa, "Non Kierra berpikir, tuan muda minta pijat plus-plus?"

Wajah Kierra memerah. "Iya siapa tau kebablasan, nanti aku harus lapor apa sama Tante Camilla?"

Bude Asti mengulum senyum. "Bukan karena cemburu kan?"

"K..kenapa aku cemburu, bude ini." Dada Kierra berdebar keras. "Kan dari tadi Ray melamun terus, mungkin saja dia memikirkan yang aneh-aneh. Pria pada dasarnya genit bude, kita harus waspada."

Bude Asti mengangguk-angguk. Kierra melanjutkan, "Aku mau baca buku di perpustakaan." Kierra menaiki tangga dengan cepat.

Besok dia harus melengkapi diri dengan teropong dan alat sadap. Agar pergerakan Adrian terbaca. Kenapa pintu kamarnya di tutup? Kierra semakin curiga. Dia keluar masuk perpustakaan. Sayup-sayup dia mendengar suara Adrian mendesah.

"Sakit tuan." Suara pelayan muda cantik itu berbisik.

"Terus saja. Yah...bagus..." Adrian mendesah lirih.

Brak! Kierra membuka pintu kamar Adrian. Adrian menoleh ke arah pintu. Kierra melebarkan mata, di lihat Adrian sedang duduk di kursi dan tangannya diurut oleh pelayan.

Blame The Silence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang