3. An Order

111K 5K 138
                                    

Kierra berdiri di depan rumah putih dan megah itu. Halamannya begitu luas, Kierra yakin dia akan tersesat di sana. Tadinya keluarga Kierra termasuk orang berkecukupan, tapi dibandingkan dengan Tante Camilla, dia seperti tenggelam di bawah tanah.

"Di rumahku banyak kamar kosong. Kalau mau tinggal saja di sana. Katanya kamu kos di daerah yang rawan Kierra. Apa kamu tidak takut?"

Nada suaranya seperti perintah. Kierra menurut, dia hanya perlu mengawasi rumah itu. Suami Tante Kierra di luar negeri, anaknya jarang pulang, begitu pula dengan Tante Camilla.

"Ada 8 orang pembantu di sana. Kamu cukup bilang apa keinginanmu," kata Tante Camilla lagi saat itu.

Kierra menahan nafas. Ketika dia masuk security menyambutnya, dia melihat tukang kebun sedang merapikan rumpun tanaman bunga.

"Nona Kierra?" Seorang wanita paruh baya menyambutnya.

"Eh iya."

"Saya kepala pelayan di rumah ini. Ibu Asti. Tapi yang lain memanggil saya bude."

Kierra mengangguk. Bude Asti mengantar Kierra ke kamar.

"Nyonya Camilla sudah berpesan, kamar ini yang akan digunakan oleh Nona Kierra. Silahkan beristirahat, nanti panggil saya kalau ingin berkeliling rumah."

"Baik bude."

Kierra menghempaskan tubuh di atas ranjang empuk, "Apa ini mimpi?" Tante Camilla sangat baik.

Oh astaga, dia bahkan tidak punya banyak pekerjaan. Hanya memberi saran terhadap penampilan wanita itu, juga menemaninya berbelanja, ke salon kemudian bertemu beberapa klien. Kalau Tante Camilla berada di kantor, dia akan menyuruh Kierra pulang, dia akan menelpon lagi saat membutuhkannya.

Kamar itu luas, di dominasi warna putih. Kierra membuka koper dan menyusun baju-bajunya di lemari yang cukup besar. Sudah tidak banyak barang yang dia bawa. Dia tidak perlu beristirahat, karena dia tidak lelah. Kierra segera keluar untuk menemui Bude Asti.

Bude Asti memperkenalkan Kierra kepada semua pelayan yang ada di sana. Kierra tercengang.  Bahkan ada beberapa pelayan yang tampak seperti model, tinggi, langsing, cantik sekalipun memakai celemek.

Mereka naik ke lantai dua. "Itu kamar tuan muda, dia jarang pulang. Tidak perlu khawatir. Ada perpustakaan, ruang belajar tuan muda, ruang untuk menonton televisi dan beberapa ruangan lain juga kamar kosong, "nona boleh membaca buku di perpustakaan tapi jangan masuk ke kamar tuan muda."

Mata Kierra membulat, ngapain juga dia masuk ke kamar itu?

Bude Asti mengajak Kierra untuk makan. Mereka menyiapkan hidangan untuk Kierra. Astaga, dia makan dilayani oleh begitu banyak orang. Membuatnya jengah.

"A-aku akan makan di kamarku," kata Kierra.  Bude Asti mengangguk. Kierra menikmati makanan itu, kenapa begitu banyak pelayan di rumah yang nyaris kosong. Lagipula kenapa semua penghuni rumah tidak ada yang tinggal di sini? Kierra meletakkan piring makan di wastafel, dan dengan cepat salah satu pelayan menghampiri untuk mencuci piring itu. Setelan mengucapkan terima kasih Kierra kembali ke kamarnya.

Kamar yang begitu nyaman dan indah, jauh berbeda di banding kos Kierra yang sekarang, tak lama dia segera tertidur pulas. Dia berharap setiap malam untuk kesembuhan sang adik.

☀️

Mata Kierra bengkak dan sembab, hari-harinya sekarang kerap di lalui dengan menangis. Kierra berusaha tersenyum saat menemani Tante Camilla makan siang. Tapi melihat sekilas orang akan tau dia telah menangis cukup lama. Kierra mengompres matanya dengan air dingin, meneteskan obat tetes mata. Semuanya percuma. Kierra tertawa dengan terpaksa, Tante Camilla mengatakan tidak suka melihatnya murung.

Blame The Silence (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang