Mimpi Pemberi Petunjuk

2K 112 0
                                    

Assalamualaikum

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Deg...

"Kak Hafidz" seruku lirih.

"Ya Allah apakah aku sekarang sedang bermimpi. Tapi mengapa ini terasa nyata" pikirku masih tak percaya.

"Ana hanya bercanda ukhty, La tahzan innallaha ma'na" ucapnya santai seakan-akan dia tidak mengucapkan kalimat yang membuat jantung orang didepannya hampir lompat.

Aku hanya diam menyimak setiap pembicaraannya tanpa memandang wajahnya,,dan tentu saja pipiku sudah memanas layaknya kepiting rebus,, walaupun aku sendiri tidak tahu arti kalimat yang dia katakan,,tapi aku yakin jika dia memberi motivasi untukku.

"Ana awalan, Assalamualaikum" ucapnya sambil melenggang pergi dan seperti menuju ke arah masjid.

"Wa..Wa'alaikumssalam" jawabku gugup dan masih dengan kepala menunduk tentunya.

Tak lama setelah kak Hafidz pergi terdengar suara adzan subuh berkumandang dari arah masjid. Aku diam terpaku dan berpikir apakah kak Hafidz yang adzan? Jikalau benar sungguh beruntung siapa pun yang dapat menjadi pendamping hidupnya.

Ais bangun sayang, sudah subuh! Seru umi.

Kenapa umi ada di sini? Lalu kenapa dia membangunkanku bukanya aku sudah bangun dari tadi? Pikirku

Kemudian ku buka perlahan kedua mataku sambil meregangkan kedua tanganku ke atas,, dan saat itulah aku tersadar bahwa kejadian itu hanya mimpi. Dan nyatanya umi sudah ada di sampingku sambil mengusap kepalaku yang tak tertutup jilbab.

Aku sendiri memang jarang memakai jilbab saat tidur karena aku sendiri kasihan dengan rambutku yang masih ingin bernapas dan mungkin akan sesak jika selalu ku tutup. Tapi tak masalah bagiku jika tidak memakai jilbab saat dikamar.
___________

Aisyah POV

Tak terasa sudah hampir dua minggu aku libur sekolah dan pastinya tak lama lagi aku akan kembali ke rutinitasku menjadi seorang pelajar. Namun kali ini berbeda karena aku akan meneruskan sekolahku ke jenjang yang lebih tinggi. Lebih tepatnya sederajat dengan SMA /SMK.

Namun bukan orang tua jika tidak ingin melihat anaknya mendapat ilmu agama yang baik. Alhasil  pesantren lah yang menjadi Sambaran hangat yang harus aku hadapi setiap naik jenjang yang lebih tinggi.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya aku mengalami situasi seperti ini. Lebih tepatnya ini sudah kali ke tiga. Namun aku merasa berbeda dengan tawaran orang tuaku untuk yang ke tiga ini.
_________

Di ruang keluarga

"Bagaimana keputusanmu Syah, tentang tawaran Abi Tempo hari?" Ucap Abi memecah keheningan.

Diam. Itulah yang aku lakukan saat ini pikiranku melayang entah kemana dan tiba-tiba aku teringat sebuah mimpi dimana aku bertemu dengan kak Hafidz. Aku menggulung senyumku ke atas tanpa aku sadari.

"Syah bagaimana, apa kamu setuju sayang?" Tanya umi.

"Insyaallah Ais mau umi" ucapku tanpa sadar.

"Alhamdulillah, semoga kamu semakin Sholehah ya sayang" ucap umi sambil mencium keningku. dan tentu saja aku baru sadar apa yang aku ucapkan tadi.

"Iya.. aamiin umi" jawabku membalas pelukan umi sambil tersenyum kecil.

"Kalau begitu kamu sekarang siap-siap besok kita berangkat" ucap Abi.

"Sekarang? Kan libur sekolah masih seminggu lagi bi!" Jawabku merengek.

"Aisyah, Sekolah biasa dengan sekolah pesantren itu beda sayang! Termasuk tanggal masuk sekolahnya" jawab Abi panjang lebar.

"Hemm... iya bi,, Aisyah beres-beres dulu ya" ucapku sambil melangkah menuju kamar.

"Nanti umi susul sayang" ucap umi ku bersemangat.

"Iya umi" jawabku sedikit berteriak.
__________

Di kamar

Aku sudah menata pakaianku untuk kubawa ke pesantren. Saat aku sedang asik memilih baju. Umi datang dengan membawa tumpukan baju yang lumayan banyak. Lalu diletakan di samping koper ku sambil senyum manis ke arahku.

"Ini pakaian yang akan kamu kenakan saat di pesantren sayang" ucap umi sambil melirik ke arah baju yang umi bawa tadi.

Aku tak terlalu ambil pusing. mungkin umi sengaja membelikanku baju baru untuk dibawa ke pesantren. Dan sekarang aku sibuk memutar-mutarkan badanku kearah cermin sambil memegang baju yang umi bawa tadi.

Tiba-tiba, ada barang yang jatuh saat aku sedang asik mencoba baju. Ku ambil barang yang jatuh itu terlihat seperti masker tetapi berbeda. Aku membolak-balikkan kain itu dan hanya ditatap dengan senyum oleh umi.

"Umi ini untuk apa?" Tanya ku bingung.

"Suatu saat kamu pasti tahu kegunaan kain itu Syah" jawab umi dengan senyum.

"Apa aku harus membawanya ke pesantren umi?" Tanya ku.

"Iya nak" jawab umi "dan umi belum bisa menjelaskannya sekarang sayang, karena kamu akan mengerti dengan sendirinya suatu saat nanti" sambungnya.

"Iya umi, nanti Ais masukan ke dalam koper" ucapku

Akhirnya aku menyiapkan barang yang akan aku bawa ke pesantren tentu saja dibantu umi dan juga membawa beberapa stel gamis beserta kain yang entah aku tak tau apa itu.

Dan perlu kalian tahu aku ini memang berpakaian seperti seorang muslimah lainnya hanya bedanya aku berpakaian tapi seperti telanjang. Seperti memakai celana, baju yang ketat dan jilbab yang tidak menutupi dada.

Dan mungkin aku sekarang sadar alasan kenapa Abi dan umi menyuruhku untuk sekolah di pesantren. Dan itu mungkin salah satu alasan mereka. Ditambah dengan pergaulan ku dimasa berseragam putih biru yang cukup mengenaskan.

Walaupun pergaulanku tidak separah mereka tetapi pasti akan terkena dampaknya.

--*karena seorang teman adalah cerminan dari diri kita*--

walaupun tidak cerminan keseluruhannya dari diri kita kalimat itu ada benarnya juga.

Bersambung....

Afwan banyak typo😇
Jangan lupa vote dan komennya✏
------Desember 2019------

Aisyah jadi ke pesantren🤗🤗

Aisyah bakal ketemu kak Hafidz nggak ya😚😙

Ikutin Terus ya😊😉


Kisah Cinta SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang