Castile. 05

848 142 13
                                    

"Astaga Naomi! Kau benar-benar cantik." Puji Laura. Putri tunggal tuan Adam.

Naomi hanya menggigit bibir bawahnya. Gugup juga takut bercampur menjadi satu. Hari ini pernikahannya dengan William. Sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan.

Menikah adalah suatu hal besar. Menikah berarti menyerahkan seluruh hidup untuk pasangannya nanti.

"Eoh, kenapa menangis?" Cemas Laura.

Naomi menggeleng. Disaat seperti ini ia membutuhkan keluarganya. Paling tidak sang kakak ada disampingnya. Ia tidak mungkin berharap agar kedua orang tuanya ada, karena mereka telah lama berpulang pada Yang Maha Esa.

"Aku tidak apa-apa." Naomi berdiri. Kemudian menghadap kaca yang menampilkan seluruh tubuhnya yang dibalut dengan gaun panjang yang elegan. Dengan riasan mahkota di kepalanya.

Cantik. Seperti pernikahan yang dia impikan selama bertahun-tahun. Harusnya ia bahagia. William bukan orang yang jahat, atau setidaknya belum menunjukan bahwa dirinya jahat. Tapi tetap saja Naomi tidak rela menikah begitu saja. Terlebih dia tidak mencintai calon suaminya.

"Aku yakin tuan Kim akan sangat menyukai dirimu. Kau terlihat sangat menakjubkan." Ucap Laura lagi.

.
.

Willian benar-benar dibuat jengkel dengan tingkah kekanakan dari adik bungsunya, Caroline.

"Belum ada kabar dari Carol?" Tanya Jayden. Dia juga terlihat cemas dengan keadaan sang adik.

"Astaga! Hyung, aku tidak tahu kalau Carol akan bertingkah sejauh ini." Ucap William.

"Kita sama-sama tahu Carol menginginkan kebebasan bukan?" Jayden tampak tenang memakai dasi sambil bercermin.

"Ya. Tentu saja. Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu pada Carol? Kita tahu banyak yang menginginkannya untuk bisa masuk ke keluarga kita."

"Tenang, Will. Aku sudah menyuruh anak buahku untuk mencari adik kesayanganmu itu."

William mengepalkan tangannya. "Hyung, Carol itu adik kita. Bukan hanya adikku saja. Kami lahir dari satu ibu."

Jayden menatap William dari pantulan kaca. "Oh, ya. Bukanlah semua orang tahu bahwa kelahiran Caroline adalah sebuah kesalahan? Jangan mengelak, Will."

.
.

Caroline menatap sengit Richard. Laki-laki menyebalkan yang dia temui tadi malam.

"Silakan kalian tanda tangan disini!" Ujar salah satu petugas kantor pencatatan sipil.

Caroline melirik paman dan bibi Hwang yang memperhatikan mereka.

"Silakan nona-tuan tanda tangani berkas ini dan kalian resmi menjadi suami-istri." Ujar petugasnya lagi.

Astaga! Aku kabur untuk menghindari perjodohan bukan untuk menikah dengan orang asing. Batin Caroline.

Ia meratapi keputusannya semalam. Ia menyesal karena menjahili laki-laki itu. Richard Park.

Caroline membulatkan matanya saat melihat Richard dengan santai menandatangani berkas-berkas itu.

"Nona, sekarang giliran anda." Petugas itu menunjukan tempat dimana Caroline membubuhkan tandatangannya.

Dengan gemetar Caroline mengambil pulpen yang tersedia, lalu menandatangani semua berkas itu.

Castile KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang