"Kau sudah menemukan nya?" Ruangan itu gelap, hanya cahaya dari jendela yang meneranginya. Juga bau anggur yang mengguar, sejak melangkahkan kakinya Dean bisa melihat banyak sekali botol anggur yang berserakan di lantai.
Dean berdiri tegap dengan tangan yang yang berada di samping tubuhnya. "Ya."
"Baguslah. Bagaimana hasilnya?" Pria dengan topi hitam itu membalikan kursi menghadap pada Dean.
"Ternyata dia sudah menikah." Jawab Dean santai.
Pria bertopi itu meletakan gelas yang di pegangnya dengan keras ke meja sehingga menimbulkan suara dentingan kaca. "Siapa?" Tanyanya.
Dean jelas mengerti apa maksud pertanyaan singkat itu. "Itu kabar baik, tuan." Seringaian kecil keluar dari Dean. "Richard Park."
Satu nama yang membuat pria bertopi itu memberikan tiga tepukan tangan. Dengan bangganya dia berkata. "Rencana yang luar biasa. Kita bisa menghancurkan NIS dan Kim secara bersamaan berkat gadis itu."
Dean mengangguk kecil, matanya tidak lepas menatap pria itu. Meski gelap wajah tegas yang keluar dari garis wajahnya tetap terlihat. "Dia tahu gadis itu anggota Kim?" Pria itu menuangkan anggur pada gelas lain dan menyodorkannya pada Dean.
"Tidak." Dean mengambil anggur itu dan menyesapnya sedikit. "Richard belum tahu siapa istrinya."
"Bagus. Tetap jaga rahasia itu. Aku tidak sabar bagaimana Richard akan menghancurkan Kim dan bagaimana gadis itu menghancurkan Richard. Lalu NIS diam-diam akan hancur juga karena Richard. Wow, saat-saat yang aku tunggu sejak lama."
Dean tidak menjawab apapun, ia kembali menyesap anggur miliknya. Matanya tidak berhenti memperhatikan pria itu. "Kau memiliki foto gadis itu?" Dengan cepat Dean mengeluarkan ponselnya lalu menunjukan sebuah foto yang di ambil diam-diam beberapa hari yang lalu.
"Woah, Richard beruntung memiliki istri yang cantik." Ujarnya tenang, namun siapa sangka matanya mengkilap itu memancarkan kebencian yang teramat dalam.
"Dean? Pastikan bom yang kita siapkan meledak tepat pada waktunya." Kata pria itu dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya.
.
."Aku lapar Richard." Rengek Carol sambil memangku tangan. Matanya menatap Richard yang sedang fokus dengan laptop itu kesal.
"Kau harusnya biarkan saja aku di jalanan tadi jika mengabaikan ku seperti patung." Sejak belasan menit yang lalu hanya Carol yang bersuara di ruangan dengan cat putih dan perabotan yang berwarna cokelat atau abu. Warna yang menurutnya sangat monoton.
"Richard!" Rengek Carol lagi karena sejak tadi dia diabaikan oleh Richard. Carol menghentakkan kakinya lalu berjalan mendekat menuju Richard yang lebih memilih berpacaran dengan laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Castile Kim
FanfictionJadi siapa yang akan menjadi King Castile Kim? 18-12-2019