Kicauan burung di luar sana terdengar merdu sebagai pengawal hari. Tidak ada mendung yang kelabu di langit hari ini. Terlihat begitu cerah dan membuat mood untuk beraktivitas pun menjadi semakin meningkat.
Di jam yang menunjukkan pukul 7.30 am. Kini Hans juga Justin telah siap dengan setelan baju santai di tubuhnya.
Hans dengan celana hitam dan kaos putih panjang polos. Dan Justin dengan kaos bermotif kotak kotak berwarna merah yang di padu dengan celana Jeans casual milik Hans.
Hari ini adalah hari libur untuk mereka. Dan membuat mereka akhirnya memilih menghabiskan waktu dalam mansion besar keluarga Hans.
Di balkon kamarnya, Hans terlihat menikmati udara pagi yang sejuk di temani dengan secangkir kopi hitam miliknya.
Rasa pahit dengan aroma harum kopi yang menyeruak membuat mood nya jadi lebih baik.
Hampir semalaman Hans tidak dapat tertidur nyenyak. Meskipun sebisa mungkin Ia mengabaikan kejadian semalam, rasanya bayang bayang mata biru itu tetap tak mau pergi dari kepalanya. Semakin dipikirkan maka semakin yakin pula Hans tentang pemilik mata itu.
Dia adalah seseorang yang benar benar berarti di hidupnya. Bagian dari potongan masa lalu yang Hans punya. Orang yang selalu ada di masa-masa terpuruknya.
Namun sudah setahun terakhir ini dia menghilang dari hidup Hans. Meski sudah Ia coba cari kemanapun, sosoknya seakan telah hilang di telan bumi.
Dan setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka berhasil dipertemukan. Entah haruskah Hans merasa bahagia karena tahu orang yang selama ini dia cari ternyata masih hidup dan baik-baik saja. Ataukah merasa kecewa karena sosok yang dulu selalu menguatkannya kini berubah menjadi seorang yang penuh tekad untuk menghabisinya.
"Hans." panggil Justin dari ambang pintu yang sukses membuat lamunan Hans terpecah.
Mendengarnya, si pemilik nama itu langsung menoleh kebelakang. Dan mendapati Justin yang datang kearahnya dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Justin.
"Ya?" tanya Hans balik. "Apa ini yang kau tanyakan?" ucap Hans sambil menunjuk pipinya yang sudah Ia balut menggunakan plester luka.
"Jika iya, sudah ku obati sendiri."
"Apa di punggung atau perutmu tidak ada luka atau memar lain? Kemarin seingatku punggungmu menghantam pintu mobil. Kemarilah akan ku oleskan salep."
"Tidak perlu, Kak. Tidak ada luka lain selain ini."
Justin berjalan ke arah Hans yang memandangi keadaan luar sana.
"Kak," panggil Hans. Sedikit ragu, tapi bagaimanapun juga Justin tetap harus mengetahuinya.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and Flash
Mystery / Thriller"Mari lihat sampai seberapa lama kau akan bertahan..."