"Dimana? Lama banget belum sampai."
"Bentar. Otw kesitu kok. Tunggu ya." Mega, menutup panggilan dari seberang sana dengan suara yang gugup.
Janjian jam sembilan datang jam sepuluh adalah hal yang lumrah bagi warga Indonesia. Seperti sekarang menunggu Mega di toko buku adalah hal yang melelahkan. Duduk sendiri di pojok tempat parkir hingga kepanasan.
"Ellena!" Tegur pria dengan jaket hitamnya.
Sial! Kenapa Viko di sini?
"Apa?" Datar, ya jawabanku datar dan dingin.
"Ke sini sama siapa?" Tanyanya.
Pura-pura merapikan tatanan rambut aku segera berdiri, "sama pacar. Dia ada di dalam. Minggir aku mau masuk!"
Tanpa memedulikan jawaban Viko aku segera melenggang dengan angkuh. Entahlah aku juga tidak percaya dengan apa yang barusan kuucapkan. Pacar? Aih, mana punya! Biarlah yang terpenting adalah kabur dari sini.
"Jangan bohong. Bilang aja ke sini sendiri," Viko mengikuti langkahku kemudian memosisikan dirinya sejajar denganku.
"Iya kan? Mana yang katanya pacar? Katanya di dalam," Viko masih mengoceh tanpa ada responku sedikit pun.
Mengabaikan adalah cara terbaik daripada harus berdebat dan membuat tekanan darah bertambah naik.
"Ellena. Kamu nggak lupa kan sama panti asuhan Pelita Kasih? Anak-anak di sana nanyain kamu loh. Selama aku di Batam kamu pasti jarang ya nengok mereka?" Viko membuka suara lagi ketika kami sudah sampai di jajaran novel-novel best seller.
Aku tidak boleh lupa senakal apa pun Viko, hatinya bisa berubah ketika dia berkunjung ke panti asuhan. Entahlah hatinya terbuat dari apa. Namun, aku juga tidak boleh melupakan, dia pernah menjadi harimau di masa laluku. Tidak! Jangan lembek! Jangan terpengaruh omongan Viko!
"Kok diam? Lagi pilih novel ya? Ini nih coba baca blurb- nya. Aku masih ingat loh penulis favoritmu," pinta Viko sambil memberi novel hardcover namun dengan cepat aku menolaknya dengan gelengan.
"Mana sih pacar kamu? Bilang aja kesini sendiri," Viko kembali dengan ocehannya.
Alih-alih, aku mengabaikan Viko lagi. Mencoba berjalan ke rak lain kemudian menoleh ke arah utara. Wait! Kak Yogi? Dia sendirian?
Aku segera berlari menuju pemandangan yang menjadi fokus mataku sekarang. Viko kembali mengekor dari belakang. Memperhatikanku dan terkejut ketika tangan Kak Yogi sudah melekat di jari tanganku. Sama halnya dengan Kak Yogi, ia tampak kebingungan dan belum mampu membaca situasi yang sekarang.
"Aku pinjam tangannya sebentar ya. Tolong pura-pura jadi pacarku," bisikku sangat pelan tepat di telinga Kak Yogi.
Deg! Tahan detak jantungmu Ellena!
"Masih ragu? Aku ke sini sama dia. Catat ya, pacar. PACAR!" sarkasku dengan nada penuh penekan pada kata 'pacar'.
"Nggak percaya!" Sinis Viko.
"Terserah, bukan urusan aku juga," tanganku segera menarik Kak Yogi menjauh dari tempat ini sebelum Viko bertanya banyak hal. Kak Yogi masih memasang mimik kebingungan, membiarkan tubuhnya ditarik olehku begitu saja.
"Maaf ya," tanganku segera melepas dari genggaman hangat tadi setelah aku memastikan Viko sudah tidak mengikutiku.
"Nggak usah minta maaf," Kak Yogi menepuk bahuku kemudian pergi begitu saja.
Sakit! Ternyata sesakit ini, orang yang kita cintai bahkan bersikap biasa saja dan tidak peduli dengan kita.
"Ellena kok bengong. Nunggu lama ya?" Mega berdiri sambil senyum-senyum tak jelas tanpa merasa bersalah sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
RomanceSeuah cerita yang mengangkat kisah cinta seorang remaja. Dibangun dengan tokoh utama bernama Ellena Zarra. Kisah cintanya berawal dari ia mencintai seseorang bernama Yogi. Yogi mampu mengubah segalanya. Ellena merasa dunia akan indah apabila ada Yog...