BAB 6 : Kampus

171 23 24
                                    

Hari ini merupakan hari terakhir OSPEK di kampusku. Hari dimana tidak ada lagi PBB di bawah terik matahari, bermain games menggunakan topi dari bola plastik yang dibelah, dan senam pagi menggunakan kalung dengan tali rafia berbandul terong.

Sudah empat hari aku menginjakkan kaki di kampus dan sudah beradaptasi dengan banyak teman baru. Malam ini merupakan malam berlangsungnya penutupan OSPEK. Mahasiswa senior menyebutnya dengan 'Malam Keakraban'. Malam inilah mahasiswa baru dibolehkan untuk berkreasi dan terbebas dari aturan senior.

Seluruh mahasiswa baru dikumpulkan di aula kampus untuk menonton sederet penampilan drama dari senior. Setelah satu jam, acara dilanjutkan dengan makan malam outdoor di taman kampus.

Candle light dinner! Saung-saung dari bambu dan atap jerami membentuk payung, tertata rapi di taman kampus. Lampion-lampion besar menggantung di sudut-sudut taman. Tepat di sebelah air mancur, terdapat satu panggung lengkap dengn alat musik.

"Sesi makan malam dibuka. Selamat menikmati makan malam kalian. Bagi yang masih berdiri, dimohon untuk duduk dan segera menempati tempat yang telah disediakan," tutur salah satu dosen pembimbing lewat sumber suara di panggung.

Semua mahasiswa baru langsung memilih tempat duduk. Aku berkumpul bersama Mega, Saras, dan Lita. Mereka semua teman baruku.

Aku mulai menyuapkan nasiku. Begitu juga dengan yang lain. Mereka nampak menikmati makan malam kali ini.

Dua puluh menit berlalu, acara digantikan dengan penampilan musik sukarela. Aku hanya menjadi penonton setia. Sesekali mengangguk dan menghentak-hentakkan kaki ketika lagu favoritku dinyanyikan. Sama dengan Mega yang duduk di sampingku. Ia sangat antusias bahkan berteriak dan bersorak ria.

"Mega! Maju sana, daripada teriak-teriak sendiri di sini," ucap Saras. Dia berani berkata seperti itu karena Saras dan Mega sudah kenal lama sejak SMA.

"Aku mau maju. Saras, kamu rekam aku ya di depan," kata Mega sambil mengarahkan handy cam ke Saras. Aku bahkan tidak tahu, kapan ia mengeluarkan handy cam dari ransel mininya dan untuk apa dia membawa handy cam. Sudah berniat tampil dari rumah?

Saras mengangguk cepat.

"Ellena, kamu ikut maju! Kemarin dites suara satu-persatu waktu OSPEK, suara kamu bagus menurutku," sahut Lita.

Aku menggeleng dengan cepat.

"Malas!" Hanya jawaban itu yang keluar dari mulutku.

Andaikan saja ini adalah masa SMP atau SMA, sudah kupastikan aku jadi penyumbang lagu pertama. Aku memang menyukai musik. Bahkan masih suka sampai sekarang. Suaraku memang tidak sebagus suara Raisa. Hanya terbilang 'bisa' bernyanyi dan cukup enak untuk didengar, menurutku.

Entahlah, dimalam ini aku hanya ingin menjadi penikmat saja.

"Iya Elle, sama aku duet!" Sambung Mega dengan posisi sudah berdiri.

"Kamu saja Mega. Aku duduk nonton kamu di sini," jawabku acuh tak acuh.

"Oke. Kalian harus tepuk tangan terus ikut nyanyi! Aku mau konser tunggal,"
Mega melenggang diikuti Saras di belakangnya.

Satu poin plus untuk Mega. Tingkat percaya dirinya bagus!

Terlihat Mega sudah menaikki tangga panggung dan mulai berbicara dengan salah satu anggota pemain musik di sana. Kemudian setelah itu ia memegang mikrofon dan mulai bernyanyi. Aku akui suaranya memang nyaring dan nikmat untuk didengar.

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang