Seperti biasa, sebelum pulang dari kampus, aku akan ke kantin terlebih dahulu. Masih dengan tujuan sama, mencari buku diary-ku yang sudah hilang selama tiga hari ini. Sangat memalukan! Disana terdapat banyak aib tentang diriku.
Padahal aku sudah memberi tawaran yang menggiurkan untuk para ibu kantin. Bagi siapa yang menemukan, aku siap memberi dua lembar uang berwarna merah dengan gambar Pak Soekarno dan Mohammad Hatta. Tapi nihil, belum ada yang menemukan sama sekali. Sampai-sampai aku rela untuk mencari disetiap tempat sampah di dekat kantin. Barangkali ada yang membuang mungkin?
Padahal sudah tertera jelas nomor handphone-ku di sampul buku itu. Kalaupun ada yang menemukan, tentu sudah menghubungiku.
"Gimana bu, hari ini udah ketemu bukunya?" Tanyaku pada Ibu Wati--ibu kantin yang sedang membereskan mangkuk-mangkuk di meja. Ah, akhir-akhir ini aku jadi dekat dengan ibu kantin.
"Belum mba," jawabnya masih dengan aktivitas yang sama.
"Besok jangan tanya-tanya lagi ke pengunjung. Ini komisi terakhir buat ibu. Mungkin emang udah hilang bukunya," kataku kemudian menyerahkan uang kepada Bu Wati.
"Aahh.. makasih mba," senyum menyeringai penuh kemenangan nampak jelas di wajahnya.
Aku segera berdiri dan keluar dari kantin.
Drrtt.. drrtt..
Ponsel di sakuku bergetar. Nomor tidak dikenal. Dengan ragu-ragu aku mengangkat panggilan tersebut.
"Halo," kataku mengawali panggilan.
"Halo. Ini Ellena?" Tanya dari seberang panggilan dengan suara beratnya.
"Iya, ini siapa?"
"Kamu kehilangan buku diary 'kan?"
"Iya, ada di kamu? Kita ketemu ya, sekarang!" Sergapku dengan semangat.
"Kamu masih di kampus?"
"Iya. Kita ketemu, sekarang!"
"Ya. Aku tunggu di kantin lantai dua. Langsung ke sana, aku pakai hoodie abu-abu."
"Oke."
Tanpa pikir panjang, aku segera menutup panggilan dan melesat menuju tangga ke kantin lantai dua. Persiapkan saja mental untuk sekarang atau aku siap habis menahan malu. Bagaimana tidak, privasiku diketahui orang lain. Itu sangat memalukan.
Sambil merapalkan do'a, aku berjalan dengan langkah setengah berlari. Semoga dia tidak membaca. Semoga dia tidak membaca. Semoga dia tidak membaca seluruh catatan pribadiku!
Ketika sampi di kantin, aku memandang ke sekitar. Mencari seseorang yang memakai hoodie abu-abu. Belum ada.
Aku memutuskan untuk duduk seorang diri. Setiap orang yang masuk ke area kantin selalu kuperhatikan. Mataku tercengang ketika mendapati seseorang dengan hoodie abu-abu, bertas hitam, memakai celana jeans, dan rambut hitam yang dipotong dengan gaya quiff. Dia orangnya?
Keadaan mulai canggung ketika tatapan kami bertemu. Dia mulai mendekat. Bola matanya masih lekat memandang ke arahku. Matanya hitam berbinar di bingkai dengan alisnya yang tebal. Siapa pun yang memandangnya akan terpesona. Tak terkecuali aku. Rasanya tak kuat, aku segera menunduk.
Tarik napasmu dalam-dalam Ellena, orang yang ada di hadapanmu kini, mungkin sudah tahu aib buruk tentang dirimu, dari catatan di buku diary tentunya.
"Hai," sapanya ketika sudah duduk di depanku.
"Oh, hai," sapaku balik, kemudian mendongak. Dia sedang sibuk membuka tasnya dan mengeluarkan buku diary-ku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semu
RomanceSeuah cerita yang mengangkat kisah cinta seorang remaja. Dibangun dengan tokoh utama bernama Ellena Zarra. Kisah cintanya berawal dari ia mencintai seseorang bernama Yogi. Yogi mampu mengubah segalanya. Ellena merasa dunia akan indah apabila ada Yog...