Ryu Takahashi
Gadis berkucir dua mondar-mandir dalam ruang serba guna yang telah disulap menjadi dapur oleh anak-anak klub memasak. Ia mengoceh ini-itu sambil memberi penjelasan dan instruksi, menggantikan guru prakarya yang terduduk pucat bersama bulir-bulir keringat dingin. Perlu diperhatikan bahwa Bu Fumiko--guru prakarya--tidak sakit, ia hanya terkejut dan didera kebingungan setelah kelas sebelumnya menghanguskan tiga per empat ruang praktik.
Penyebab pasti dari terbakarnya ruang praktik masih menjadi misteri, tapi anak-anak berandal kelas sebelas B telah dicurigai sebagai pelaku utama. Kelakuan mereka memang patut dipertanyakan, lagi kabarnya mereka bergerombol dekat sumber api saat kebakaran terjadi. Beruntung tidak ada korban jiwa pun luka dari insiden menghebohkan itu. Namun praktik memasak untuk kelas sebelas C dan D nyaris dibatalkan.
Sejatinya, aku lebih sependapat dengan wacana pembatalan kelas, tapi murid-murid perempuan memprotes dengan alasan sudah bersusah payah menyiapkan bahan-bahan serta resep, bahkan telah sesumbar akan memanggangkan kue untuk kekasihnya. Rangkaian protes dari sebagian besar murid perempuan mengusik hingga si gadis kucir dua dan kawan-kawannya dari klub memasak memutuskan untuk turun tangan. Mengesalkan memang, terlebih kami--aku dan murid laki-laki lain--hanya bisa menurut sambil mengolah bahan-bahan yang ada sebaik mungkin.
"Setelah itu adonan harus didiamkan hingga mengembang," ucap si kucir dua lantang dengan senyum sehangat musim panas. Anggukan dan "oh" menyusul setelahnya dari sebagian besar murid perempuan kelas sebelas C SMA Ueno. Mereka melingkari Asami dengan berisik dan tidak efisien, persis seperti karakteristik anak-anak SMA kebanyakan. Sementara aku dan si jakung Kazuhiko mengamati sambil bersandar di sisi depan ruangan, bersebelahan dengan Bu Fumiko yang--masih--terduduk lemas.
Praktik memasak bukan masalah besar untukku dan Kazuhiko, mengingat aku kerap memasakkan sarapan dan makan malam untuk Kakek, sementara Kazuhiko--mungkin--sering memasak untuk ayahnya. Terlebih kami berteman baik dengan Asami alias si kucir dua yang mendapat julukan malaikat dari klub memasak.
Kemampuan si gadis kucir dua memang tidak bisa dianggap remeh. Ia telah belajar memasak terutama membuat kue serta roti-rotian sejak kecil. Bakat serta ilmu dari orangtuanya yang menjadi pemilik toko kue legendaris di komplek pertokoan Yanaka Ginza--Sato's Bakery--jelas diwariskan pada Asami. Lalu aku dan Kazuhiko yang notabene bertetangga dengan Asami sedikit mendapat pengalaman sebab kadang membantunya berkreasi atau sekedar mencicipi.
"Ini enak," Bu Fumiko berkomentar setelah memamah sebongkah kukis dengan taburan cokelat chip yang Aku dan Kazuhiko buat. Lihat, kami--aku dan Kazuhiko--benar-benar tidak kesulitan dan telah berhasil memanggang setoples kecil kukis. Sementara murid-murid lain masih sibuk menyimak penjelasan Asami. "Seharusnya kalian tidak satu kelompok supaya kelas memasak ini lebih cepat selesai, atau kalian pasti bisa memantu Asami memberi penjelasan." Aku dan Kazuhiko saling menatap.
Kazuhiko mengumbar tawa lalu tersenyum sebelum memberi jawaban diplomatis. "Haha, kami hanya akan menghambat Asami Bu." Aku diam-diam mengacungkan jempol ke arah Kazuhiko dan ia membalas sambil mengerling.
Bu Fumiko kembali menikmati kukis, sementara aku dan Kazuhiko sepakat untuk tidak mempertanyakan hak kami sebagai pemilik sah dari apa-apa yang berada dalam toples kecil. "Benar-benar calon penerus toko kue legendaris dari Ginza," ia melanjutkan. Aku menyikut lengan Kazuhiko beberapa kali, memberi kode agar ia menanggapi komentar Bu Fumiko.
Si jangkung ini sempat membisikan sesuatu seperti, kenapa tidak kamu saja atau sejenisnya sebelum menyerah. "Iya Bu, Asami memang pandai memasak, ia juga tanggap dan senang menolong, seperti bulan lalu, ia mencarikan rumah untuk anak anjing yang dibuang di dekat jalan masuk Ginza, saya dan Ryu juga ikut membantu, lebih tepatnya dipaksa membantu," Kazuhiko menepuk pundakku. "Kami tidak bisa menolak Asami, sulit sekali, dan berakhir dengan diseret ke sana-kemari." Ia mengakhiri dengan tawa renyah dan Bu Fumiko mengikuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komorebi
Teen FictionMasing-masing dari kita adalah cahaya yang lolos dari sela-sela dedaunan. Lembut dan hangat, memeluk tiap-tiap emosi yang ditumpahkan dengan membabi-buta. Lantas, siapa yang lebih terang? Omongan orang-orang, impian yang dipaksakan, mereka yang dipe...