Kakek membangunkanku pagi-pagi buta, pukul lima lebih tepatnya, seolah akan ada perayaan besar dan aku harus bersiap-siap lebih awal. Meski nyatanya Kakek hanya ingin aku mendatangi kediaman Kazuhiko untuk melakukan "apa saja" yang mungkin bisa meringankan kekhawatiran serta kegelisahan Paman dan Bibi Ito.Benar, Si Jangkung itu belum kembali sejak kemarin, pun tidak dapat dihubungi. Ia benar-benar membuat masalah kali ini dan membuatku semakin dihantui.
"Apa ada kabar dari teman-temanmu?" Kakek bertanya dari pintu geser yang membatasi toko dengan kediaman Saito--Kakek. Aku yang sedang memutar kunci-kunci etalase dan toko menoleh sambil menggeleng. "Ito tetangga yang baik, bantu lah ia." Kakek melanjutkan sebelum berpindah ke hadapan meja reparasi. Aku mengangguk lantas meninggalkan Kakek dan mesin-mesin sederhana bobrok di depan matanya.
Papan bertuliskan "open" tergantung di hadapan Ito Manufacture--kediaman Kazuhiko. Pintu kacanya terbuka lebar dan aku bisa menemukan Bibi Ito tengah mengusap kucing-kucing pembawa keberuntungan--maneki neko--dengan pelan dan penuh kehati-hatian. Beberapa keramik bulat berbentuk babi juga kucing yang berfungsi sebagai tempat membakar obat nyamuk--katori neko, katori buta--pun tidak luput dari belaian-belaian lembut.
Nampaknya Bibi Ito cukup menikmati kegiatan berbenah dan berberes, meski jelas terlalu dini untuk mulai bekerja apalagi menjajakan barang dagangan. Lagipula unit-unit bisnis dalam naungan Yanaka Ginza biasa mengawali operasi sekitar pukul sembilan hingga sepuluh pagi, sesuai perjanjian kesepakatan antar pedagang dan pengurus wilayah setempat. Apapun itu aku rasa tidak masalah, tidak akan ada yang tega menegur Bibi Ito mengingat akar dari anomali ini adalah hilangnya Kazuhiko.
Belum sempat aku mengucap salam atau mempertontonkan keberadaan, Bibi Ito sudah menoleh sambil memasang senyum tulus bertabur lelah. Perempuan berwajah lembut itu rupanya menyadari kehadiranku, ia lantas menyambut dengan pertanyaan menjebak. "Ryu, apa Kazuhiko menghubungimu?"
Aku menggeleng, mengabaikan gurat kawatir bercampur gelisah di sudut-sudut mata Bibi Ito. Seperti jejak dari malam-malam panjang tanpa tidur dan kesulitan-kesulitan sejenis. Padahal ketiadaan eksistensi putranya baru berlangsung satu hari, bagaimana jadinya jika Kazuhiko tidak kembali? Apa mungkin ia akan menyusul Ibu dan tidak lagi mengenali keluarganya?
"Begitu, tolong kabari Bibi ya jika kamu mendapat kabar."
Aku menjawab "tentu" sambil membungkuk sebelum masuk dan berusaha berbasa-basi dengan Bibi Ito. Menanyakan apakah ia bisa tidur semalam dan melayangkan beberapa gurauan untuk memperkecil kekhawatiran serta kegelisahan--seperti perintah Kakek. Meski gagal dan berakhir dengan kecanggungan-kecanggungan. Beruntung Maeko dan Asami muncul di saat yang tepat.
Gadis-gadis penghuni Yanaka Ginza itu tidak datang dengan sendirinya. Keduanya merespon panggilanku dan mendatangi Ito Manufacture seperti apa-apa yang aku usulkan pagi tadi--beberapa menit setelah dibangunkan dengan tidak menyenangkan oleh Kakek. Lebih jelasnya, aku mengajak mereka berkumpul dan menyusur kawasan sekitar Yanaka Ginza demi menemukan keberadaan atau petunjuk keberadaan Kazuhiko.
Asami mengambil alih keadaan, ia berbincang-bincang ringan dengan Bibi Ito, gadis kucir dua itu jelas lebih mampu menyenangkan orang lain dibanding aku. Sementara Maeko berusaha tersenyum sambil membereskan keramik-keramik, meletakan replika kucing dan babi aneka rupa ke rak-rak. "Bibi, kami akan pergi mencari Kazuhiko." Ia--Maeko--berucap setelahnya.
Omong-omong, gadis tangguh itu menginap di kediaman Asami semalam. Sebab Paman Nakamura tidak kunjung pulang dan aku sudah terlalu dewasa untuk menemaninya tidur. Ia menolak pada awalnya, tidak ingin meninggalkan toko Nakamura pun menerima usulan sebaliknya--Asami yang menginap. Melelahkan sekali, aku harus menggoda dengan berbagai ucapan seperti "kamu ingin tidur denganku" dan "jujur saja tidak perlu malu" hingga menerima berbagai jenis pukulan mematikan--aku melebih-lebihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komorebi
Teen FictionMasing-masing dari kita adalah cahaya yang lolos dari sela-sela dedaunan. Lembut dan hangat, memeluk tiap-tiap emosi yang ditumpahkan dengan membabi-buta. Lantas, siapa yang lebih terang? Omongan orang-orang, impian yang dipaksakan, mereka yang dipe...